Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Sejumlah arsitek dari dalam dan luar negeri melakukan kunjungan wisata arsitektur di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dan mereka tertarik untuk mengetahui berbagai ruang publik yang dibangun dengan melibatkan sejumlah arsitek kondang, seperti Andra Matin, Adi Purnomo, Yori Antar dan Budi Pradono.

"Selamat datang di Banyuwangi, kami di sini mengajak sejumlah arsitek untuk berkolaborasi membangun daerah untuk mengoptimalkan fungsi produk infrastruktur baik secara fisik maupun nonfisik," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas lewat keterangan tertulisnya di Banyuwangi, Sabtu.

Ia menjelaskan bahwa pendekatan arsitektur yang berkonsep sangat penting untuk memastikan ruang publik yang dibangun dengan dana rakyat bisa berfungsi optimal.

Keterlibatan arsitek di Banyuwangi terekam jelas dan salah satu contohnya, katanya, seperti bangunan Pendopo dan Taman Blambangan dirancang Adi Purnomo, selain itu adapun Andra Matin adalah arsitek dari Bandara Banyuwangi, Terminal Pariwisata Terpadu dan RTH Taman Sayu Wiwit.

Sedangkan Yori Antar mendesain ruang terbuka hijau Kedayunan dan tempat peristirahatan (rest area) di TWA Ijen, sementara Budi Prodono mendesain Stadion Diponegoro dan Lapangan Atletik GOR Tawangalun.

"Bangunan harus bagus dari aspek teknis, tapi fungsinya juga harus bermanfaat bagi masyarakat. Tidak semata-mata bangunan dalam arti fisik semata, tapi juga menjadi ruang berinteraksi, membangun keakraban, dan sebagainya," ujar Anas yang pernah mendapat penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) itu.

Menurut Bupati Anas, Banyuwangi juga mewajibkan bangunan baru berskala besar untuk memasukkan unsur budaya lokal dalam arsitekturnya, seperti hotel hingga gedung perkantoran.

"Ini merupakan upaya menitipkan kebudayaan kami agar lestari, maka di Banyuwangi kita bisa melihat hotel berbintang memasukkan batik bermotif Gajah Oling dalam arsitekturnya dan sebagainya," paparnya.

Sementara Chief Editor Archinesia, Imelda Akmal mengatakan kunjungan arsitektur ini dilakukan sebagai ajang saling mencari inspirasi, sebab Banyuwangi dinilai layak dikunjungi karena perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir diiringi dengan keterlibatan arsitek.

"Biasanya kami berkunjung ke negara lain, namun di awal tahun ini secara khusus kami ajak ke Banyuwangi dan banyak yang berminat ikut. Mereka (arsitek lainnya) tertarik karena banyak arsitek nasional yang terlibat di sini," katanya.

Imelda mengakui bahwa selama ini jarang sekali arsitek dilibatkan dalam pembangunan daerah, selain itu juga dari faktor arsitek sendiri yang kerap enggan berurusan dengan urusan birokrasi.

"Akan tetapi kami melihat di sini berbeda, justru bisa menjembatani masalah tersebut. Banyuwangi bisa mewujudkan bangunan sesuai desain yang diinginkan arsitek, maka tak heran banyak arsitek yang terlibat pembangunan di sini jadi 'happy', padahal arsitek yang terlibat di Banyuwangi masuk jajaran Top 10 di Indonesia," tuturnya.

Salah satu peserta dari Kuala Lumpur, Malaysia, Mustofa Kamal mengaku kagum dengan berbagai desain arsitektur yang ditemui Banyuwangi.

"Bangunan di sini sangat unik dan memiliki banyak karakteristik tradisional namun tetap modern," ujar Kamal.

Kedatangan para arsitek dalam dan luar negeri di Banyuwangi ini diinisiasi oleh Archinesia, sebuah penerbitan ternama khusus arsitektur, dan Selama tiga hari 7 hingga 9 Februari 2019 para arsitek ini mengunjungi berbagai tempat ikonik Kabupaten Banyuwangi.

Wisata arsitektur ini diikuti oleh 15 arsitek, antara lain dari Kuala Lumpur, Malaysia, Jakarta, Surabaya dan Bandung. Lokasi yang dikunjungi antara lain Bandara Banyuwangi, Pendopo Kabupaten Banyuwangi, Ruang Terbuka Hijau Sayu Wiwit, penginapan atlet, Grand Watu Dodol hingga Kantor Pemkab Banyuwangi. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019