Situbondo (Antaranews Jatim) - Seorang warga di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, berhenti atau keluar dari kepesertaan sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) karena sudah merasa mampu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.
"Keluarga penerima manfaat PKH yang mengundurkan diri dan keluar dari kepesertaan PKH tersebut, yakni Yuliana, warga Dusun Secangan, Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kendit," ujar Koordinator PKH Kabupaten Situbondo Agus Ari Cahyadi di Situbondo, Jumat.
Menurut Agus, Yuliana, istri dari Abu Talib dan memiliki dua anak yang masih duduk di bangku SMK dan SD itu, terdaftar menjadi peserta KPM PKH sejak tahun 2016 ketika yang bersangkutan sedang kesulitan ekonomi keluarganya karena usaha kerajinan yang ditekuninya bangkrut.
Selama tahun 2016 hingga 2017, katanya, Yuliana menjadi peserta penerima Program Keluarga Harapan yang merupakan program dari Kementerian Sosial, dan setiap bulannya, Yuliana memperoleh Rp1.890.000 selama satu tahun.
Setelah dua tahun (2016-2017), lanjut dia, Yuliana bersama suaminya di depan pendamping PKH kecamatan setempat menyatakan mengundurkan diri atau keluar (graduasi mandiri) dari kepesertaan PKH karena merasa sudah mampu dan mereka kembali menekuni usaha kerajinannya yang sebelumnya terpuruk.
"Keluarga Yuliana keluar dari kepesertaan KPM PKH pada akhir 2017 karena sadar bahwa dirinya sudah tidak laik mendapatkan bantuan dan meminta kepesertaannya digantikan kepada masyarakat lain yang lebih laik menerima," paparnya.
Agus menyampaikan bahwa dengan kesadaran Ibu Yuliana keluar dari kepesertaan KPM PKH karena keluarganya telah sejahtera, merupakan keberhasilan dan prestasi baik bagi pendamping PKH kecamatan karena dapat mengubah pola pikir (minsed) KPM PKH.
"Keputusan yang diambil Ibu Yuliana keluar sebagai kepesertaan KPM PKH tidak lepas dari usaha yang dilakukan oleh Ariyanto, seorang pendamping PKH yang dalam setiap pertemuan kelompok selalu memberikan motivasi dan semangat kepada KPM agar bisa memberdayakan potensi yang dimiliki para penerima PKH," ujarnya.
Informasi diperoleh, udaha kerajinan gantungan kunci maupun kerajinan dati kayu lainnya saat mengalami peningkatan dan bahkan omzet kerajinan Yuliana dan suaminya bisa mencapai Rp10.000.000 hingga Rp15.000.000 per bulannya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Keluarga penerima manfaat PKH yang mengundurkan diri dan keluar dari kepesertaan PKH tersebut, yakni Yuliana, warga Dusun Secangan, Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kendit," ujar Koordinator PKH Kabupaten Situbondo Agus Ari Cahyadi di Situbondo, Jumat.
Menurut Agus, Yuliana, istri dari Abu Talib dan memiliki dua anak yang masih duduk di bangku SMK dan SD itu, terdaftar menjadi peserta KPM PKH sejak tahun 2016 ketika yang bersangkutan sedang kesulitan ekonomi keluarganya karena usaha kerajinan yang ditekuninya bangkrut.
Selama tahun 2016 hingga 2017, katanya, Yuliana menjadi peserta penerima Program Keluarga Harapan yang merupakan program dari Kementerian Sosial, dan setiap bulannya, Yuliana memperoleh Rp1.890.000 selama satu tahun.
Setelah dua tahun (2016-2017), lanjut dia, Yuliana bersama suaminya di depan pendamping PKH kecamatan setempat menyatakan mengundurkan diri atau keluar (graduasi mandiri) dari kepesertaan PKH karena merasa sudah mampu dan mereka kembali menekuni usaha kerajinannya yang sebelumnya terpuruk.
"Keluarga Yuliana keluar dari kepesertaan KPM PKH pada akhir 2017 karena sadar bahwa dirinya sudah tidak laik mendapatkan bantuan dan meminta kepesertaannya digantikan kepada masyarakat lain yang lebih laik menerima," paparnya.
Agus menyampaikan bahwa dengan kesadaran Ibu Yuliana keluar dari kepesertaan KPM PKH karena keluarganya telah sejahtera, merupakan keberhasilan dan prestasi baik bagi pendamping PKH kecamatan karena dapat mengubah pola pikir (minsed) KPM PKH.
"Keputusan yang diambil Ibu Yuliana keluar sebagai kepesertaan KPM PKH tidak lepas dari usaha yang dilakukan oleh Ariyanto, seorang pendamping PKH yang dalam setiap pertemuan kelompok selalu memberikan motivasi dan semangat kepada KPM agar bisa memberdayakan potensi yang dimiliki para penerima PKH," ujarnya.
Informasi diperoleh, udaha kerajinan gantungan kunci maupun kerajinan dati kayu lainnya saat mengalami peningkatan dan bahkan omzet kerajinan Yuliana dan suaminya bisa mencapai Rp10.000.000 hingga Rp15.000.000 per bulannya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019