Kediri (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, akan menyelenggarakan kegiatan peragaan busana dengan melibatkan desainer kondang Didiet Maulana dan Lenny Agustin.

"Kegiatan ini bagian dari upaya kami mengangkat nilai (value) tenun ikat Kota Kediri, yakni konsep warisan agung Panji Sekartaji yang bagian dari konten marketing. Kami percaya pemasaran modern saat ini adalah membangun cerita di balik sebuah produk atau `story-telling`," kata Ketua Dewan Kerajian Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar di Kediri, Minggu.

Kegiatan "Dhoho Fashion Street 2018" ini akan digelar pada 13 Desember 2018 di Taman Sekartaji, Kota Kediri. Acara ini merupakan agenda tahunan yang telah berlangsung sejak 2014. Konsep dari kegiatan ini yakni memadukan peragaan busana jalanan di area terbuka dengan mengundang desainer busana nasional kenamaan.

Pada agenda yang keempat kali ini mengusung tema 'Warisan Agung Panji Sekartaji'. Panji Sekartaji merupakan sebuah epos yang lahir pada masa kejayaan Kerajaan Kadiri dengan ibukota Dhaha (yang kini diambil menjadi nama jalan, yakni Jalan Dhoho di pusat Kota Kediri).

Panji Asmoro Bangun dan Dewi Sekartaji merupakan tokoh utama dalam epos tersebut. Sebagai legenda, kisah ini cukup mengakar di masyarakat Kota Kediri melalui seni tradisional Jaranan.  Cerita Panji juga berkembang dan telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia dan dunia.

Pada 31 Oktober 2017, Cerita Panji ditetapkan oleh "United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization" (UNESCO) sebagai ingatan dunia atau Memory of the World (MoW).

Epos ini akan ditampilkan dengan menghadirkan dua desainer kenamaan Didiet Maulana dan Lenny Agustin untuk menafsirkan kisah tersebut melalui busanananya.

Didiet Maulana akan menampilkan busana berbahan tenun ikat yang merupakan produk unggulan Kota Kediri dan Lenny Agustin akan menampilkan busana berbahan batik karya perajin Kota Kediri. Masing-masing desainer akan menampilkan 24 karya. 

Sementara talenta desainer lokal Kota Kediri juga akan ikut memeriahkan Dhoho Street Fashion 2018 antara lain Desty Rachmaning, Ahmad Qosim, Numansa, dan pelajar SMKN 3 Kediri.

"Dengan mengundang perancang busana berkelas nasional, kami berharap bisa mengangkat kepercayaan diri desainer lokal dengan mengajak mereka berkolaborasi dan berbagi pengalaman," ujar istri Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar ini.

Direktur Kediri Creative City Forum Abdul Hakim Bafagih menambahkan kegiatan ini juga bisa membawa dampak positif, yakni UMKM bisa lebih dikenal dan bisa berkembang.

"Kegiatan seperti ini patut diapresiasi agar pemerintah tidak hanya fokus pada upaya peningkatan kapasitas produksi produk UMKM. Kami berharap nantinya nilai jual produk tenun ikat Kota Kediri bisa meningkat," kata Hakim.

Lebih lanjut Hakim mengatakan Kediri Creative City Forum juga turut serta mendukung acara ini, agar generasi muda mau berwirausaha.

"Bunda Fey telah memberikan standar tinggi dengan mengundang desainer kenamaan, tidak hanya berkelas nasional, bahkan internasional. Didiet Maulana dengan brand Ikat Indonesia-nya telah melanglang buana di industri fashion dunia, begitu juga Lenny Agustin. Semoga ke depan kolaborasi ini bisa mengundang nama besar di industri fashion lainnya," ujar dia.

Tenun Ikat khas Kediri telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada mulanya yang mempelopori industrI tenun ikat di Kota Kediri kebanyakan pada pendatang Tionghoa. Setelah sempat mengalami masa-masa keemasan, pada 1985 ketika alat tenun mesin masuk ke Indonesia, seketika kejayaan tenun ikat ini surut, sebab tidak bisa bersaing dengan alat tenun modern yang menawarkan harga kain menjadi sangat murah.

Namun, alat tenun mesin bukan lantas tidak mempunyai kelemahan, karena hanya bisa menghasilkan kain bermotif kotak-kotak.

Keragaman motif yang dimiliki oleh alat tenun bukan mesin (ATBM) menjadi keunggulan yang tidak bisa ditiru oleh mesin.  Seiring dengan perkembangan zaman, pada 1990-an, perajin tenun ikat Kota Kediri mulai bangkit dengan memroduksi tenun ikat berbagai motif yang bervariasi di antaranya motif ceplok, kawung, tirto tirjo, kuncup, es lilin, bunga, gelombang air, dan beberapa motif abstrak lainnya.

Kini, banyak motif makin berkembang hingga ke rupa kontemporer. Kelurahan Bandar Kidul menjadi sentra produksi tenun ikat Kota Kediri dengan 11 pengusaha tenun yang menyerap setidaknya 500 pekerja. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018