Surabaya (Antaranews Jatim) - Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Jawa Timur menegaskan perdagangan antardaerah menjadi kekuatan utama dari perekonomian di wilayahnya sehingga harus dipertahankan.
"Bahkan harus ditingkatkan lagi perdagangan antardaerah ini," ujar Ketua Umum BKOW Jatim Fatma Saifullah Yusuf di sela pembukaan Pameran "Batik Fashion Fair Tahun 2018" di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk lebih mengembangkan usahanya sebab memiliki peranan penting mendukung perekonomian di Jatim.
Meski situasi ekonomi saat ini sangat dinamis dan tidak menentu, tapi ia menyampaikan bahwa ekonomi Jatim pada Triwulan III tahun 2018 tumbuh sebesar 5,40 persen.
Sedangkan, perdagangan barang dan jasa antarpulau surplus Rp101,59 triliun, dan surplus neraca perdagangan antarpulau dalam lima tahun terakhir meningkat 133,55 persen.
Berdasarkan sensus ekonomi 2016, kata dia, populasi UMKM Jatim mengalami pertumbuhan signifikan, yakni 4,61 juta UMKM non-pertanian dan 7,50 juta UMKM pertanian sehingga total 12,1 juta UMKM.
"Ini menunjukkan pesatnya pertumbuhan UMKM sekaligus besarnya kontribusi UMKM sebagai sumber pendapatan utama masyarakat di Jatim yang berperan penting terhadap penyerapan tenaga kerja," ucapnya.
Istri Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf tersebut juga menyampaikan kontribusi UMKM terhadap perekonomian Jatim yakni sebesar 57,52 persen pada tahun 2016.
Terkait batik, ia mengajak masyarakat tak berhenti melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa, terlebih sejak 2 Oktober 2009, UNESCO mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan, untuk budaya lisan dan non-bendawi sehingga ditetapkan Hari Batik Nasional.
"Pengakuan UNESCO tersebut tentunya membawa konsekuensi logis bahwa kita wajib menjaga warisan budaya bangsa ini agar tetap lestari dan bermanfaat secara ekonomi guna menyejahterakan masyarakat," katanya.
Di tempat sama, Ketua Ikatan Pemberdayaan Pedagang Kecil Indonesia (IPPKINDO) Titi Cacuk Sudarianto mengatakan organisasinya memiliki misi agar UMKM bisa menjadi pilar ekonomi Bangsa Indonesia.
"Kami berharap UMKM dapat terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta selalu menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman, baik kreativitas maupun teknologinya sehingga maju dan mampu ke dunia internasional," katanya.
Sementara itu, pameran diselenggarakan 5-9 Desember 2018 di Exhibition Hall Grand City Surabaya yang diikuti 222 peserta dan menampilkan berbagai karya seperti batik, tenun, bordir, sasirangan, aksesories dan sulaman.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Bahkan harus ditingkatkan lagi perdagangan antardaerah ini," ujar Ketua Umum BKOW Jatim Fatma Saifullah Yusuf di sela pembukaan Pameran "Batik Fashion Fair Tahun 2018" di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk lebih mengembangkan usahanya sebab memiliki peranan penting mendukung perekonomian di Jatim.
Meski situasi ekonomi saat ini sangat dinamis dan tidak menentu, tapi ia menyampaikan bahwa ekonomi Jatim pada Triwulan III tahun 2018 tumbuh sebesar 5,40 persen.
Sedangkan, perdagangan barang dan jasa antarpulau surplus Rp101,59 triliun, dan surplus neraca perdagangan antarpulau dalam lima tahun terakhir meningkat 133,55 persen.
Berdasarkan sensus ekonomi 2016, kata dia, populasi UMKM Jatim mengalami pertumbuhan signifikan, yakni 4,61 juta UMKM non-pertanian dan 7,50 juta UMKM pertanian sehingga total 12,1 juta UMKM.
"Ini menunjukkan pesatnya pertumbuhan UMKM sekaligus besarnya kontribusi UMKM sebagai sumber pendapatan utama masyarakat di Jatim yang berperan penting terhadap penyerapan tenaga kerja," ucapnya.
Istri Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf tersebut juga menyampaikan kontribusi UMKM terhadap perekonomian Jatim yakni sebesar 57,52 persen pada tahun 2016.
Terkait batik, ia mengajak masyarakat tak berhenti melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa, terlebih sejak 2 Oktober 2009, UNESCO mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan, untuk budaya lisan dan non-bendawi sehingga ditetapkan Hari Batik Nasional.
"Pengakuan UNESCO tersebut tentunya membawa konsekuensi logis bahwa kita wajib menjaga warisan budaya bangsa ini agar tetap lestari dan bermanfaat secara ekonomi guna menyejahterakan masyarakat," katanya.
Di tempat sama, Ketua Ikatan Pemberdayaan Pedagang Kecil Indonesia (IPPKINDO) Titi Cacuk Sudarianto mengatakan organisasinya memiliki misi agar UMKM bisa menjadi pilar ekonomi Bangsa Indonesia.
"Kami berharap UMKM dapat terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta selalu menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman, baik kreativitas maupun teknologinya sehingga maju dan mampu ke dunia internasional," katanya.
Sementara itu, pameran diselenggarakan 5-9 Desember 2018 di Exhibition Hall Grand City Surabaya yang diikuti 222 peserta dan menampilkan berbagai karya seperti batik, tenun, bordir, sasirangan, aksesories dan sulaman.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018