Kediri (Antaranews Jatim) - Dinas Kesehatan Kota Kediri, Jawa Timur, mengungkapan seorang warga meninggal dunia karena penyakit demam berdarah, sehingga warga lainnya diminta untuk proaktif melakukan program "3M" demi mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti yang menyebarkan penyakit tersebut.

"Tahun ini ada satu yang meninggal dunia, masih anak-anak. Tahun lalu juga satu warga meninggal dunia karena DBD (demam berdarah dengue). Pada tahun ini jumlah penderita juga mengalami peningkatan, tapi masih dalam batas normal," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adima di Kediri, Sabtu.

Ia mengungkapkan, jumlah penderita DBD yang terdata di Dinkes Kota Kediri pada 2018 ini kurang lebih 206 orang. Jumlah itu lebih besar ketimbang tahun sebelumnya yang hanya sekitar 120 orang penderita.

Mereka juga terdiri dari berbagai macam usia, mulai anak-anak hingga orang dewasa.

Menurut dia, peningkatan kasus demam berdarah juga dipengaruhi banyak faktor, misalnya karena pengaruh musim hingga daya tahan tubuh manusia.

Hujan yang turun dan intensitasnya tidak tentu berpotensi untuk berkembang biak nyamuk demam berdarah. Proses berkembangnya memanfaatkan air yang tertampung di berbagai wadah.

Selain itu, di Kota Kediri juga terdapat tim pemantau jentik yang bertugas berkunjung ke rumah warga. Tim akan membantu dan mengingatkan warga tentang bahaya jentik nyamuk.

Jika ada jentik terlihat, tim meminta warga secepatnya membersihkan, sehingga jentik tidak sampai tumbuh menjadi nyamuk dewasa.

Fauzan juga mengajak warga untuk menerapkan pola hidup sehat, dengan 3M plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur. Sedangkan, untuk plus adalah memanfaatkan beragam alat mencegah perkembangan demam berdarah, misalnya memanfaatkan obat nyamuk maupun ikan yang ditempatkan di kolam ikan.

Untuk foging atau pengasapan, Fauzan mengatakan bisa dilakukan. Namun, dalam realisasinya ada syarat yang harus dipenuhi, misalnya ada penderita yang positif terkena DBD.

Selain itu, selama proses fogging tidak semua nyamuk dan jentiknya bisa mati, melainkan hanya nyamuk dewasa saja dan jentik masih bisa berkembang.

"Yang efektif tetap gerakan 3M tersebut. Untuk fogging kan ada syaratnya, yakni ada yang menderita dilakukan epidemologi baru fogging dan itu hanya membunuh nyamuk bukan sumbernya. Jika 3M menghilangkan sarang dan sumber nyamuk," kata Fauzan.

Dinkes juga mengungkapkan permintaan untuk fogging di masyarakat juga banyak, namun tidak semua permintaan fogging tersebut dipenuhi. Dinkes juga memastikan bahan untuk fogging juga masih tersedia, sehingga stoknya mencukupi untuk kebutuhan di masyarakat.  (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018