Surabaya (Antaranews Jatim) - Unit Pelaksana Teknis Daerah Kampung Anak Negeri menampung dua dari lima anak yang tertangkap Satpol PP karena kedapatan mabuk saat menghirup aroma lem atau "ngelem" di Jalan Banyu Urip, Kota Surabaya, Jatim, Senin (19/11).
     
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, di Surabaya, Rabu, mengatakan lima anak yang berusia rata-rata 15–16 tahun tersebut, dua di antaranya berstatus telah putus sekolah dan tiga anak lainnya masih berstatus pelajar SMP. 
     
"Untuk ketiga pelajar itu, telah dikembalikan ke orang tua masing-masing dan  pihak sekolah dan  yang dua anak itu (putus sekolah) dibawa ke Kampung Anak Negeri," ujarnya.
     
Ia menjelaskan dua remaja yang putus sekolah itu, mereka telah menjalani pembinaan oleh para pendamping di Kampung Anak Negeri. Bahkan, mereka juga telah didampingi oleh dokter psikolog. 
     
Ia berharap agar ke depannya, anak-anak itu bisa menjalani hidupnya dengan wajar dan mau kembali bersekolah. "Yang dua kan dia udah putus sekolah lama. Dia kan harus menyesuaikan hidupnya dulu, sekarang di Kampung Anak Negeri," ujarnya.
     
Wali Kota Risma mengatakan saat dilakukan assesmen terhadap dua remaja tersebut, mereka sebelumnya minta agar dititipkan di pondok. Namun, karena pondok yang dipilih luar kota, ditakutkan anak-anak itu jauh dari pengawasan sehingga Risma merayu mereka agar mau tinggal di Kampung Anak Negeri.
     
"Awalnya ia minta ke pondok, tapi kan saya tidak bisa ngawasi. Karena dia mintanya di pondok luar kota. Jadi saya rayu, akhirnya dia mau di Kampung Anak Negeri," katanya.
     
Meskipun tinggal di Kampung Anak Negeri, lanjut dia, mereka akan dibina dengan pendekatan yang berbeda. Bahkan, mereka mendapatkan pembinaan baik secara formal maupun informal. 
     
Selain itu, Risma menuturkan di tempat ini juga ada pelatihan-pelatihan bakat minat yang diberikan mulai dari seni lukis, musik, olahraga hingga wirausaha. Tak jarang, beberapa anak dari mereka telah menoreh banyak prestasi. 
     
"Ada psikolog, terus ada pembinanya di Kampung Anak Negeri. Nanti kita lihat perkembangannya," katanya.
     
Berdirinya Kampung Anak Negeri di Kota Surabaya, lanjut dia, menjadi suatu harapan untuk Indonesia dalam mengurangi permasalahan anak-anak. Di tempat ini, anak-anak jalanan kembali memiliki harapan dalam menjalani kehidupan. 
     
Bahkan, anak-anak jalanan yang tadinya dianggap meresahkan masyarakat menjadi anak-anak terdidik yang memiliki kemampuan tertentu. (*)

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018