Kediri (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, memberikan bantuan pada keluarga Wildan, santri sebuah pondok pesantren Kota Kediri, asal Kabupaten Tulungagung, yang tiba-tiba mengalami kelumpuhan setelah diberikan imunisasi di Kota Kediri.

"Wali Kota Kediri memerintahkan kepala Dinkes Kota Kediri untuk secepatnya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur soal kejadian tersebut. Hasil koordinasi membuahkan hasil bahwa biaya pengobatan pasien ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah, termasuk biaya perawatan selama di RSUD Saiful Anwar Kota Malang juga ditanggung oleh pemerintah," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Kediri Apip Permana di Kediri, Kamis.

Ia menambahkan, Pemkot Kediri juga akan memberikan bantuan untuk keluarga pasien lewat program living cost, yaitu sebuah program untuk membantu biaya hidup keluarga pasien saat menemani pasien dalam masa perawatan sebesar Rp125.000 per hari.

Terkait dengan persoalan yang dialami Wildan, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adzima juga telah menjelaskan bahwa yang bersangkutan awalnya diduga oleh rumah sakit di Tulungagung terkena Guillain-Barre Syndrome (GBS).

Diagnosa tersebut juga telah dipastikan oleh pemeriksaan tim medis di Rumah Sakit Saiful Anwar Kota Malang, bahwa Wildan positif menderita GBS atau penyakit yang menyerang susunan saraf tepi.

"Penyakit GBS tersebut tidak diakibatkan oleh imunisasi, tapi kelumpuhan ini adalah kejadian yang kebetulan terjadi atau coincidence setelah imunisasi," kata Apip.

Baca juga: Orangtua dari Anak Korban "Rubella" Aksi Jalan Kaki Tulungagung-Kediri

Apip juga mengatakan, Pemerintah Kota Kediri melalui Dinas Kesehatan juga menegaskan bahwa imunisasi yang baru dilaksanakan di Kota Kediri adalah ORI (Outbreak Response Immunization) difteri, bukan rubella seperti yang banyak diberitakan, karena imunisasi rubella telah dilaksanakan pada 2017.

Imunisasi ORI difteri merupakan salah satu program penting pemerintah pusat dalam mencegah penyakit difteri, karena penyakit ini sangat menular dan berbahaya serta dapat mengakibatkan kematian.

Wildan, santri di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, mengalami kelumpuhan setelah imunisasi yang diberikan oleh tim medis dari dinas kesehatan pada 24 Oktober 2018. Ia sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit di Kabupaten Tulungagung, kemudian dirujuk ke RSSA Malang.

Ia membutuhkan pengobatan plasmapheresis sebanyak lima kali dengan total biaya sebesar Rp120 juta. Namun, BPJS Kesehatan hanya menanggung biaya pengobatan awal. Orang tua Wildan merasa keberatan dengan biaya pengobatan tersebut, sehingga mengadu ke Dinas Kesehatan Kota Kediri, hingga akhirnya dibantu oleh pemkot. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018