Jember (Antaranews Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi Kabupaten Jember surplus sebanyak 162.404 ton beras pada tahun 2018 berdasarkan hasil penghitungan produksi padi dengan menggunakan metode kerangka sampel area (KSA).
"Hasil tersebut berdasarkan produksi beras Januari-September 2018 dan potensi produksi beras Oktober-Desember 2018 yang dihitung dengan menggunakan metode KSA yang merupakan metodelogi baru dalam menghitung produksi padi," kata Kepala BPS Jember Indriya Purwaningsih di Kantor BPS setempat, Jumat.
Menurutnya latar belakang penggunaan metodelogi KSA karena ketidakakuratan data produksi padi, sehingga perlu perbaikan metodelogi perhitungan data produksi padi dengan menggunakan "objektive measurement", teknologi terkini, metodelogi yang transparan, dan "up to date".
"Metode KSA merupakan kerja sama antara BPS, BPPT, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, BIG, dan LAPAN, sehingga hasilnya lebih akurat," tuturnya.
Dalam metode KSA, lanjut dia, menghitung produksi padi berdasarkan luas panen dikalikan produktivitas, kemudian hasilnya dikonversi dari gabah menjadi beras.
Indriya mengatakan luas panen dan produksi gabah kering giling di Kabupaten Jember yang dihitung dengan metode KSA tercatat total luas panen mencapai 133,39 ribu hektare dengan total produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 745,41 ribu ton.
"Berdasarkan data BPS tercatat produksi gabah kering giling di Kabupaten Jember sebesar 745.410 ton yang menempati urutan keempat tertinggi, setelah Kabupaten Lamongan (924.212 ton), Bojonegoro (757.441 ton), dan Ngawi (753.199 ton)," katanya.
Ia menjelaskan penghitungan surplus dan defisit produksi beras di Jember selama tahun 2018 tercatat pada Januari mengalami defisit 13.793 ton, Februari defisit 796 ton, kemudian Maret surplus 78.469 ton, April surplus 46.531 ton, Mei surplus 2.897 ton, Juni surplus 3.347 ton, kemudian Juli surplus 50.996 ton, dan Agustus surplus 18.165 ton.
Pada September 2018 diprediksi defisit 6.022 ton, Oktober defisit 7.173 ton, November defisit 8.651 ton, dan Desember defisit 1.566 ton, sehingga total pada akhir 2018 diprediksi Kabupaten Jember masih surplus sebanyak 162.404 ton beras.
BPS menyebutkan bahwa KSA merupakan metode perhitungan luas panen, khususnya tanaman padi, dengan memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari Badan Informasi dan Geospasial (BIG) dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
BPS pun melakukan pengambilan sampel secara statistik untuk mengetahui fase pertumbuhan padi yang diamati. Dengan pengamatan setiap bulan, BPS mendapatkan data produksi dan potensi hingga tiga bulan ke depan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Hasil tersebut berdasarkan produksi beras Januari-September 2018 dan potensi produksi beras Oktober-Desember 2018 yang dihitung dengan menggunakan metode KSA yang merupakan metodelogi baru dalam menghitung produksi padi," kata Kepala BPS Jember Indriya Purwaningsih di Kantor BPS setempat, Jumat.
Menurutnya latar belakang penggunaan metodelogi KSA karena ketidakakuratan data produksi padi, sehingga perlu perbaikan metodelogi perhitungan data produksi padi dengan menggunakan "objektive measurement", teknologi terkini, metodelogi yang transparan, dan "up to date".
"Metode KSA merupakan kerja sama antara BPS, BPPT, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, BIG, dan LAPAN, sehingga hasilnya lebih akurat," tuturnya.
Dalam metode KSA, lanjut dia, menghitung produksi padi berdasarkan luas panen dikalikan produktivitas, kemudian hasilnya dikonversi dari gabah menjadi beras.
Indriya mengatakan luas panen dan produksi gabah kering giling di Kabupaten Jember yang dihitung dengan metode KSA tercatat total luas panen mencapai 133,39 ribu hektare dengan total produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 745,41 ribu ton.
"Berdasarkan data BPS tercatat produksi gabah kering giling di Kabupaten Jember sebesar 745.410 ton yang menempati urutan keempat tertinggi, setelah Kabupaten Lamongan (924.212 ton), Bojonegoro (757.441 ton), dan Ngawi (753.199 ton)," katanya.
Ia menjelaskan penghitungan surplus dan defisit produksi beras di Jember selama tahun 2018 tercatat pada Januari mengalami defisit 13.793 ton, Februari defisit 796 ton, kemudian Maret surplus 78.469 ton, April surplus 46.531 ton, Mei surplus 2.897 ton, Juni surplus 3.347 ton, kemudian Juli surplus 50.996 ton, dan Agustus surplus 18.165 ton.
Pada September 2018 diprediksi defisit 6.022 ton, Oktober defisit 7.173 ton, November defisit 8.651 ton, dan Desember defisit 1.566 ton, sehingga total pada akhir 2018 diprediksi Kabupaten Jember masih surplus sebanyak 162.404 ton beras.
BPS menyebutkan bahwa KSA merupakan metode perhitungan luas panen, khususnya tanaman padi, dengan memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari Badan Informasi dan Geospasial (BIG) dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
BPS pun melakukan pengambilan sampel secara statistik untuk mengetahui fase pertumbuhan padi yang diamati. Dengan pengamatan setiap bulan, BPS mendapatkan data produksi dan potensi hingga tiga bulan ke depan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018