Tulungagung (Antaranews Jatim) - Seorang warga menyerahkan ratusan keping uang kuno yang diduga peninggalan masa penjajahan Jepang ke Museum Wajakensis, Tulungagung, Jawa Timur.
Pengelola Museum Wajakensis Hariyadi, Sabtu mengatakan, jumlah koin kuno yang dia terima sebanyak 789 keping.
Bentuk koin masih utuh, namun sudah karatan.
"Warga mengaku menemukannya di timbunan saat menggali pasir di bantaran Sungai Brantas," kata Hariyadi.
Rencananya kepingan uang kuno bakal dikirim ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan.
"Mungkin besok Selasa (9/10) kami kirim ke sana untuk dilakukan penelitian lebih lanjut," ujarnya.
Dugaan sementara, uang kuno merupakan peninggalan masa penjajahab Jepang.
Hal ini didapatkan setelah petugas museum menemukan ada beberapa huruf kanji Jepang pada uang logam itu.
"Masih dugaan sementara. Mungkin juga lebih lama (kuno) lagi. Untuk lebih detailnya tetap menunggu hasil penelitian dari BPCB Trowulan," katanya.
Hariyadi mengatakan, kalau dilihat dari bentuk fisiknya, uang kuno ini berbentuk lingkaran.
Ukurannya hampir sama dengan uang receh sekarang pecahan Rp500.
Di bagian tengah uang kuno itu, terdapat lubang.
Saking lamanya, uang kuno itu sudah saling menempel, serta dipenuhi karat atau korosi.
Haryadi mengatakan, uang kuno tersebut dikumpulkan oleh salah seorang anggota TNI yang mendapat koin kuno dari penambang pasir di bantaran Sungai Brantas, Desa Pulotondo, dan kemudian diserahkan ke Museum untuk disimpan.
Pada penyerahan tahap pertama, anggota TNI itu menyerahkan sekitar 582 biji pada Agustus.
Selanjutnya pada 3 Oktober, menyerahkan lagi 208 keping uang kuno sehingga total terdapat 798 keping uang kuno.
"Dia memang ingin menyelamatkan benda-benda purbakala, agar tidak jatuh ke orang yang salah," katanya
Di lokasi penemuan koin kuno itu memang dikenal sebagai ladang benda cagar budaya.
Berbagai benda bersejarah beberapa kali ditemukan di area kawasan yang sama yang berada tak jauh dari sungai itu.
Temuan dimaksud antara lain berupa batu bata berukuran besar, patung, ataupun lain sebagainya. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, wilayah ini dahulu menjadi pusat kehidupa dan pemukiman sebuah kerajaan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Pengelola Museum Wajakensis Hariyadi, Sabtu mengatakan, jumlah koin kuno yang dia terima sebanyak 789 keping.
Bentuk koin masih utuh, namun sudah karatan.
"Warga mengaku menemukannya di timbunan saat menggali pasir di bantaran Sungai Brantas," kata Hariyadi.
Rencananya kepingan uang kuno bakal dikirim ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan.
"Mungkin besok Selasa (9/10) kami kirim ke sana untuk dilakukan penelitian lebih lanjut," ujarnya.
Dugaan sementara, uang kuno merupakan peninggalan masa penjajahab Jepang.
Hal ini didapatkan setelah petugas museum menemukan ada beberapa huruf kanji Jepang pada uang logam itu.
"Masih dugaan sementara. Mungkin juga lebih lama (kuno) lagi. Untuk lebih detailnya tetap menunggu hasil penelitian dari BPCB Trowulan," katanya.
Hariyadi mengatakan, kalau dilihat dari bentuk fisiknya, uang kuno ini berbentuk lingkaran.
Ukurannya hampir sama dengan uang receh sekarang pecahan Rp500.
Di bagian tengah uang kuno itu, terdapat lubang.
Saking lamanya, uang kuno itu sudah saling menempel, serta dipenuhi karat atau korosi.
Haryadi mengatakan, uang kuno tersebut dikumpulkan oleh salah seorang anggota TNI yang mendapat koin kuno dari penambang pasir di bantaran Sungai Brantas, Desa Pulotondo, dan kemudian diserahkan ke Museum untuk disimpan.
Pada penyerahan tahap pertama, anggota TNI itu menyerahkan sekitar 582 biji pada Agustus.
Selanjutnya pada 3 Oktober, menyerahkan lagi 208 keping uang kuno sehingga total terdapat 798 keping uang kuno.
"Dia memang ingin menyelamatkan benda-benda purbakala, agar tidak jatuh ke orang yang salah," katanya
Di lokasi penemuan koin kuno itu memang dikenal sebagai ladang benda cagar budaya.
Berbagai benda bersejarah beberapa kali ditemukan di area kawasan yang sama yang berada tak jauh dari sungai itu.
Temuan dimaksud antara lain berupa batu bata berukuran besar, patung, ataupun lain sebagainya. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, wilayah ini dahulu menjadi pusat kehidupa dan pemukiman sebuah kerajaan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018