Probolinggo, (Antaranews Jatim) - Harga tembakau di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur cukup tinggi seiring dengan pabrikan yang mulai membuka masa pembelian tembakau petani akhir pekan ini di wilayah setempat.
"Saya menjual tembakau kepada pedagang atau pengepul dengan harga Rp27 ribu per kilogram, bahkan rekannya yang juga menjual tembakau dihargai Rp30.000 per kilogram. Harga jual tersebut sudah terbilang tinggi," kata petani tembakau Sugiono, di Kabupaten Probolinggo, Selasa.
Ia mengatakan daun tembakau bagian bawah dihargai diatas Rp25 ribu, maka kemungkinan besar harga jualnya akan jauh lebih tinggi pada saat panen daun berikutnya karena semakin ke atas, harga daun tembakau semakin bagus.
"Saya mempekerjakan total sembilan orang, dengan rincian lima orang pemetik daun, dua orang kuli angkut dan dua orang perajang tembakau dengan upah yang bervarasi sesuai pekerjaannya yakni berkisar Rp30.000 hingga Rp50.000 per orang.
Setiap panen tembakau, lanjut dia, pihaknya mengeluarkan biaya sekitar Rp500 ribu, namun dengan harga tembakau yang cukup tinggi, maka pihaknya akan mendapat keuntungan dalam setiap kali panen.
Sementara Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Probolinggo Achmad Mudzakir mengatakan tingginya harga tembakau karena berkurangnya areal tanaman tembakau di Kabupaten Probolinggo.
"Dari target areal tanam seluas 10.774 hektare, tahun ini realisasinya sekitar 9.000 hektare, sehingga hal tersebut juga berdampak pada mahalnya harga tembakau," katanya.
Ia mengatakan ada beberapa lahan yang tembakaunya terserang penyakit dan rata-rata karena hama penghisap hijau daun atau dikenal dengan penyakit Ker-Ker.
Kendati demikian, lanjutnya, sejauh ini masih belum ada kepastian harga jual tembakau karena pabrikan belum mulai membeli tembakau petani dan hanya pedagang kecil yang berspekulasi dengan penawaran harga tersebut.
"Sekarang harga jual petani tembakau berkisar Rp27 ribu hingga Rp33 ribu per kilogram. Tahun lalu, daun tembakau bagian bawah dihargai Rp27 ribu dan daun tengah harganya mencapai Rp42 ribu per kilogram. Semoga harga 'top grade' tahun ini bisa melebihi itu," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Saya menjual tembakau kepada pedagang atau pengepul dengan harga Rp27 ribu per kilogram, bahkan rekannya yang juga menjual tembakau dihargai Rp30.000 per kilogram. Harga jual tersebut sudah terbilang tinggi," kata petani tembakau Sugiono, di Kabupaten Probolinggo, Selasa.
Ia mengatakan daun tembakau bagian bawah dihargai diatas Rp25 ribu, maka kemungkinan besar harga jualnya akan jauh lebih tinggi pada saat panen daun berikutnya karena semakin ke atas, harga daun tembakau semakin bagus.
"Saya mempekerjakan total sembilan orang, dengan rincian lima orang pemetik daun, dua orang kuli angkut dan dua orang perajang tembakau dengan upah yang bervarasi sesuai pekerjaannya yakni berkisar Rp30.000 hingga Rp50.000 per orang.
Setiap panen tembakau, lanjut dia, pihaknya mengeluarkan biaya sekitar Rp500 ribu, namun dengan harga tembakau yang cukup tinggi, maka pihaknya akan mendapat keuntungan dalam setiap kali panen.
Sementara Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Probolinggo Achmad Mudzakir mengatakan tingginya harga tembakau karena berkurangnya areal tanaman tembakau di Kabupaten Probolinggo.
"Dari target areal tanam seluas 10.774 hektare, tahun ini realisasinya sekitar 9.000 hektare, sehingga hal tersebut juga berdampak pada mahalnya harga tembakau," katanya.
Ia mengatakan ada beberapa lahan yang tembakaunya terserang penyakit dan rata-rata karena hama penghisap hijau daun atau dikenal dengan penyakit Ker-Ker.
Kendati demikian, lanjutnya, sejauh ini masih belum ada kepastian harga jual tembakau karena pabrikan belum mulai membeli tembakau petani dan hanya pedagang kecil yang berspekulasi dengan penawaran harga tersebut.
"Sekarang harga jual petani tembakau berkisar Rp27 ribu hingga Rp33 ribu per kilogram. Tahun lalu, daun tembakau bagian bawah dihargai Rp27 ribu dan daun tengah harganya mencapai Rp42 ribu per kilogram. Semoga harga 'top grade' tahun ini bisa melebihi itu," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018