Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Goa temuan di Desa Jadi, Kecamatan Semanding, Tuban, Jawa Timur, layak dikembangkan sebagai objek wisata untuk mengalihkan pekerjaan warga dari menambang batu kumbung ke pengelolaan objek wisata.
Perwakilan Asosiasi Wisata Goa Indonesia Komisariat Jawa Timur, Nafikur Rochman, dihubungi dari Bojonegoro, Rabu, menjelaskan goa di Desa Jadi yang ditemukan penambang pada 2 Agustus lalu, layak dikembangkan sebagai objek wisata umum, edukasi juga minat khusus.
Dengan dikembangkan sebagai objek wisata, lanjut dia, bisa mengalihkan pekerjaan warga sebagai penambang batu kumbung sebagai pengelola objek wisata.
"Saat ini penambangan batu kumbung masih berlangsung, tapi tidak lagi di atas rongga goa. Penambangan yang sudah berlangsung mengakibatkan sudah mendekati atap goa," ucapnya.
Meurut dia, kalau ada penambangan batu kumbung berlangsung di atas rongga goa akan mengancam goa yang bisa mengakibatkan runtuh.
"Goa bisa ambrol kalau di atasnya ada penambangan, sebab posisinya sudah mendekati atap goa," kata dia yang juga anggota Mahasiswa Pencinta Alama Universitas Ronggolawe (Mahipal) Tuban.
Sesuai hasil survei yang dilakukan Tim Astaga pada 5 Agustus menyebutkan goa di desa setempat yang oleh pemilih tanahnya Sumosayu (73) diberi nama Goa Pertiwi itu, memiliki panjang 226 meter, tapi kalau diukur secara datar panjangnya 224 meter.
Goa memiliki kedalaman 26 meter, sedangkan kalau dilihat dari permukaan tanah tambang kedalamannya mencapai 31 meter. Ketinggian atap goa sampai lantai dasar tertinggi 11 meter dan terendah 0,5 meter.
"Tim Astaga membagi goa menjadi 18 stasiun," ucapnya.
Ia menyebutkan dari 18 stasiun goa itu, di antaranya, stasion goa terlebar 18,3 meter di stasion 11 dan paling sempit 1,7 meter di stasion 15.
Menurut dia, cara menentukan stasiun yaitu kalau ada perubahan lorong, perubahan bentuk lorong atau arah, perubahan sudut kemiringan. Lainnya faktor adanya penemuan-penemuan penting seperti mata air atau ornamen atau ditemukan sungai.
"Jarak maksimal 30 meter per stasiun, dengan isi di dalam setiap stasiun antara lain, berupa ornamen langka seperti "helektit" bebatuan yang membentuk aliran kesamping dan helemid dari bawah ke atas," kata dia menjelaskan.
Kapolsek Semanding, Tuban AKP Desis Susilo, menambahkan petugas terus melakukan penjagaan agar penambangan batu kumbung tidak merusak goa temuan.
"Kami menempatkan sejumlah petugas untuk berjaga-jaga di lokasi goa temuan," ucapnya.
Goa di lokasi penambangan batu kubung di desa setempat ditemukan Totok Sugianto (24), anak Sumosayu ketika bekerja menambang batu kumbung pada 2 Agustus. Ketika ia, mengergaji batu kumbung diketahui berlubang dan keluar angin yang cukup kencang dari dalam goa.
Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein, yang berkunjung ke lokasi goa temuan meminta penambangan batu kumbung dihentkan agar tidak mengakibatkan goa runtuh. "Pemkab akan mendukung kalau memang goa temuan ini layak dikembangkan sebagai objek wiasta," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Perwakilan Asosiasi Wisata Goa Indonesia Komisariat Jawa Timur, Nafikur Rochman, dihubungi dari Bojonegoro, Rabu, menjelaskan goa di Desa Jadi yang ditemukan penambang pada 2 Agustus lalu, layak dikembangkan sebagai objek wisata umum, edukasi juga minat khusus.
Dengan dikembangkan sebagai objek wisata, lanjut dia, bisa mengalihkan pekerjaan warga sebagai penambang batu kumbung sebagai pengelola objek wisata.
"Saat ini penambangan batu kumbung masih berlangsung, tapi tidak lagi di atas rongga goa. Penambangan yang sudah berlangsung mengakibatkan sudah mendekati atap goa," ucapnya.
Meurut dia, kalau ada penambangan batu kumbung berlangsung di atas rongga goa akan mengancam goa yang bisa mengakibatkan runtuh.
"Goa bisa ambrol kalau di atasnya ada penambangan, sebab posisinya sudah mendekati atap goa," kata dia yang juga anggota Mahasiswa Pencinta Alama Universitas Ronggolawe (Mahipal) Tuban.
Sesuai hasil survei yang dilakukan Tim Astaga pada 5 Agustus menyebutkan goa di desa setempat yang oleh pemilih tanahnya Sumosayu (73) diberi nama Goa Pertiwi itu, memiliki panjang 226 meter, tapi kalau diukur secara datar panjangnya 224 meter.
Goa memiliki kedalaman 26 meter, sedangkan kalau dilihat dari permukaan tanah tambang kedalamannya mencapai 31 meter. Ketinggian atap goa sampai lantai dasar tertinggi 11 meter dan terendah 0,5 meter.
"Tim Astaga membagi goa menjadi 18 stasiun," ucapnya.
Ia menyebutkan dari 18 stasiun goa itu, di antaranya, stasion goa terlebar 18,3 meter di stasion 11 dan paling sempit 1,7 meter di stasion 15.
Menurut dia, cara menentukan stasiun yaitu kalau ada perubahan lorong, perubahan bentuk lorong atau arah, perubahan sudut kemiringan. Lainnya faktor adanya penemuan-penemuan penting seperti mata air atau ornamen atau ditemukan sungai.
"Jarak maksimal 30 meter per stasiun, dengan isi di dalam setiap stasiun antara lain, berupa ornamen langka seperti "helektit" bebatuan yang membentuk aliran kesamping dan helemid dari bawah ke atas," kata dia menjelaskan.
Kapolsek Semanding, Tuban AKP Desis Susilo, menambahkan petugas terus melakukan penjagaan agar penambangan batu kumbung tidak merusak goa temuan.
"Kami menempatkan sejumlah petugas untuk berjaga-jaga di lokasi goa temuan," ucapnya.
Goa di lokasi penambangan batu kubung di desa setempat ditemukan Totok Sugianto (24), anak Sumosayu ketika bekerja menambang batu kumbung pada 2 Agustus. Ketika ia, mengergaji batu kumbung diketahui berlubang dan keluar angin yang cukup kencang dari dalam goa.
Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein, yang berkunjung ke lokasi goa temuan meminta penambangan batu kumbung dihentkan agar tidak mengakibatkan goa runtuh. "Pemkab akan mendukung kalau memang goa temuan ini layak dikembangkan sebagai objek wiasta," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018