Surabaya (Antaranews Jatim) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong peneliti mengembangan riset produk alami dengan memanfaatkan kekayaan alam dan biodIversitas (keanekaragaman hayati) yang melimpah ruah di Indonesia.
Nasir saat membuka acara Bromo Conference bertajuk "Symposium On Natural Products & Biodiversity" di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Rabu mengatakan hampir 92 persen bahan untuk farmasi di Indonesia merupakan hasil impor.
"Diperlukan riset agar hal tersebut dapat ditanggulangi. Kita harus kembangkan terus riset produk alami dan biodiversitas sehingga tidak hanya berhenti menjadi penelitian di perpustakaan," kata Nasir.
Nasir berharap dengan seminar tersebut dapat dihasilkan inovasi baru atau produk baru yang dapat menangani beberapa masalah di bidang farmasi. "Saya ingin Unair juga berperan penting lahirkan inovasi baru di bidang itu," ujar Nasir.
Sementara itu, Rektor Unair Prof Mohammad Nasih mengemukakan seminar internasional itu bekerjasama dengan lembaga Penyakit Tropis Unair (ITD), Perhimpunan Peneliti Bahan Alam (PERHIPBA), Phytochemical Society of Asia (PSA) dan diikuti oleh narasumber dari 12 negara ahli dalam bidang farmakognosi, fitokimia, industri bioteknologi, dan kebijakan pemerintah tentang obat tradisional.
Nasih menilai, konferensi ini penting karena berfokus pada produk nasional yang dibuat dari bahan-bahan alami dan biodiversitas, karena Indonesia kaya akan biodiversitas dan bahan dari alam yang bila diolah dapat hasilkan produk melawan berbagai penyakit.
Unair juga, lanjut Nasih, melalui lembaga penyakit tropis sudah berkontribusi dengan melakukan riset di bidang penanggulangan malaria dan HIV-AIDS dengan menggunakan bahan-bahan alami.
"Riset harus semakin kuat dan berdampak baik pada masyarakat. Konferensi ini untuk memperkuat produk alami dan memperdalam riset biodiversitas di Indonesia dengan mengundang para peneliti internasional dalam bidang tersebut," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Unair juga lakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Konimex dalam bidang pendidikan dan riset.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Nasir saat membuka acara Bromo Conference bertajuk "Symposium On Natural Products & Biodiversity" di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Rabu mengatakan hampir 92 persen bahan untuk farmasi di Indonesia merupakan hasil impor.
"Diperlukan riset agar hal tersebut dapat ditanggulangi. Kita harus kembangkan terus riset produk alami dan biodiversitas sehingga tidak hanya berhenti menjadi penelitian di perpustakaan," kata Nasir.
Nasir berharap dengan seminar tersebut dapat dihasilkan inovasi baru atau produk baru yang dapat menangani beberapa masalah di bidang farmasi. "Saya ingin Unair juga berperan penting lahirkan inovasi baru di bidang itu," ujar Nasir.
Sementara itu, Rektor Unair Prof Mohammad Nasih mengemukakan seminar internasional itu bekerjasama dengan lembaga Penyakit Tropis Unair (ITD), Perhimpunan Peneliti Bahan Alam (PERHIPBA), Phytochemical Society of Asia (PSA) dan diikuti oleh narasumber dari 12 negara ahli dalam bidang farmakognosi, fitokimia, industri bioteknologi, dan kebijakan pemerintah tentang obat tradisional.
Nasih menilai, konferensi ini penting karena berfokus pada produk nasional yang dibuat dari bahan-bahan alami dan biodiversitas, karena Indonesia kaya akan biodiversitas dan bahan dari alam yang bila diolah dapat hasilkan produk melawan berbagai penyakit.
Unair juga, lanjut Nasih, melalui lembaga penyakit tropis sudah berkontribusi dengan melakukan riset di bidang penanggulangan malaria dan HIV-AIDS dengan menggunakan bahan-bahan alami.
"Riset harus semakin kuat dan berdampak baik pada masyarakat. Konferensi ini untuk memperkuat produk alami dan memperdalam riset biodiversitas di Indonesia dengan mengundang para peneliti internasional dalam bidang tersebut," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Unair juga lakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Konimex dalam bidang pendidikan dan riset.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018