Jember (Antaranews Jatim) - Kenaikan tarif air perusahaan daerah air minum (PDAM) menjadi salah satu penyumbang terbesar yang memicu laju inflasi bulan Mei 2018 di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

"Pada Mei 2018, Kabupaten Jember mengalami inflasi sebesar 0,25 persen yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks harga konsumen dari bulan April 2018 sebesar 128,23 persen menjadi 128,55 persen pada Mei 2018," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Indriya Purwaningsih di Kantor BPS setempat, Senin.

Menurutnya komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi yakni kenaikan tarif air PDAM, telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, udang basah, baju kaos berkerah, ikan asin belah, semangka, ketimun, dan kopi bubuk.

"Tarif air PDAM berdasarkan SK Bupati Jember No. 188.45/317/1.12/2018 dan SK Direksi PDAM Jember No.05 tahun 2018 terhitung mulai tanggal 1 April 2018 mengalami kenaikan tarif air minum berdampak pada inflasi bulan Mei 2018 di Jember," katanya.

Kenaikan tarif air minum PDAM tersebut diberlakukan untuk kelompok pelanggan rumah tangga 1, rumah tangga 2 dan rumah tangga 3, sehingga pengaruh kenaikan inflasi komoditas tarif air minum PDAM pada Mei 2018 sebesar 20,29 persen dengan sumbangan inflasi sebesar 0,083 persen.

"Seandainya pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan kenaikan tarif air PDAM, maka laju inflasi Jember pada Mei 2018 tidak setinggi 0,25 persen atau kisaran laju inflasi Jember 0,17 persen seperti inflasi Jawa Timur," tuturnya.

Selain tarif air PDAM, lanjut dia, kenaikan harga telur ayam ras juga mengalami inflasi sebesar 7,12 persen dengan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,072 persen dan daging ayam ras juga memberikan sumbangan inflasi yang cukup besar yakni 0,071 persen.

"Secara umum, inflasi bulan Mei 2018 pada komponen inti mengalami inflasi 0,14 persen, komponen diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,42 persen, dan komponen bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,38 persen," katanya.

Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, tujuh kota mengalami inflasi dan satu kota mengalami deflasi yakni inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,30 persen; diikuti Kota Malang sebesar 0,29 persen; Kabupaten Jember sebesar 0,25 persen; dan Kota Surabaya sebesar 0,17 persen.

Kemudian Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,13 persen; Kota Madiun sebesar 0,12 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kota Probolinggo sebesar 0,09 persen, sedangkan kota yang mengalami deflasi adalah Kota Kediri sebesar 0,17 persen.

"Inflasi Jember pada bulan Mei 2018 atau `month to month` lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Timur yang tercatat sebesar 0,17 persen dan inflasi nasional sebesar 0,21 persen," katanya.

Sementara Kasi Statistik Distribusi BPS Jember Candra Birawa mengatakan kenaikan tarif PDAM yang merupakan komoditas diatur pemerintah daerah seharusnya dikonsultasikan lebih dulu dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), agar tidak berdampak signifikan pada laju inflasi di daerah.

"Di satu sisi Pemkab Jember melakukan kegiatan pasar murah untuk mengendalikan inflasi, namun di sisi lain ada kenaikan tarif PDAM yang bertepatan menjelang Ramadhan dan Lebaran, sehingga tarif air PDAM memberikan andil sumbangan inflasi terbesar pada inflasi Mei 2018," katanya.

Dari delapan kota IHK di Jatim, lanjut dia, sebagian besar penyumbang terbesar inflasi adalah komponen bergejolak seperti daging ayam ras dan telur ayam ras seperti di Kota Surabaya dan Kota Madiun, namun inflasi Jember dipicu oleh kenaikan tarif air PDAM.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018