Juba, Sudan Selatan (Antara/Xinhua-OANA) - Lebih dari 20.000 orang Sudan Selatan telah mengungsi ke Ethiopia untuk menyelamatkan diri dari ketidak-amanan dan kelaparan, kata badan kemanusiaan PBB pada Rabu (23/5).

Dengan mengutip data terkini, Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan pendaftaran jumlah orang Sudan Selatan yang mencari keselamatan dan tempat berlindung di Ethiopia memperlihatkan jumlah orang yang mengungsi telah meningkat dari hampir 419.000 pada Desember 2017 jadi 440.000 hingga akhir April 2018.

"Kuartal pertama 2018 telah menyaksikan peningkatan kerusuhan antar-masyarakat dan konflik yang mempengaruh kebanyakan masyarakat Unity, Jonglei dan Upper Nile," kata OCHA di dalam laporan bulanannya yang dikeluarkan di Ibu Kot Sudan Selatan, Juba.

Menurut Badan PBB tersebut, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi, pengendali utama arus pengungsi meliputi kelaparan dan kondisi tidak aman yang meluas.

"Di Jonglei, pertempuran dilaporkan di Kabupaten Akobo, Nyirol dan Uror --tempat beberapa warga sipil tewas dan ribuan lagi meninggalkan kediaman mereka," kata OCHA.

Sebanyak 13.000 orang yang kehilangan tempat tinggal, kata OCHA, telah tiba di Desa Guiy, barat-laut Motot, setelah pertempuran di Kabupaten Nyirol dan Uror.

Ethiopia adalah penampung terbesar kedua pengungsi Sudan Selatan setelah Uganda.

Sudan Selatan terperosok ke dalam kerusuhan pada Desember 2013, setelah pertikaian politik antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya Riek Machar mengakibatkan perpecahan dengan SPLA, sehingga tentara berperang berdasarkan garis etnik.

Kesepakatan perdamaian 2015 untuk mengakhiri konflik itu menjadi lemah setelah meletusnya pertempuran baru pada Juli 2016.(*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018