Surabaya (Antaranews Jatim) - Ahli kesehatan mata Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center dr Nina Asrini Noor mengatakan penggunaan gawai menjadi salah satu penyebab terbesar meningkatnya tren sindrom mata kering di Indonesia.
"Sindrom mata kering atau `dry eye syndrome` adalah kondisi mata yang mengalami kekurangan cairan akibat air mata yang mudah menguap atau produksi air mata terlalu sedikit," kata dia dalam dialog bersama Ferron, di Surabaya, Sabtu.
Dia mengemukakan, menurut laporan dari US National Library of Medicine National Institute of Health (NCBI), sekitar 60 juta orang di dunia mengalami mata kering. Di Indonesia sendiri prevalensi mata kering pada 2017 mencapai 30,6 persen dari jumlah penduduk.
"Penyebab sindrom mata kering sebenarnya beragam, mulai dari usia, faktor lingkungan seperti debu dan asap rokok, riwayat operasi mata, penyakit autoimun dan diabetes, penggunaan obat tertentu seperti tetes mata, dan aktivitas penggunaan komputer atau gawai," ucapnya.
Namun, penggunaan gawai apalagi dalam waktu yang lama dan kurang tepat, tanpa disadari membuat mata menjadi lelah, perih, dan gatal, yang dapat menyebabkan gangguan yang akan berdampak serius pada kesehatan mata.
"Sayangnya, banyak orang kurang menyadari gejala-gejala ini adalah gangguan yang harus ditangani segera. Apalagi dari pasien yang terdeteksi terkena sindrom mata kering ini, 40 persennya tidak merasakan gejala," kata dia.
Beberapa ciri-ciri mata kering menurutnya bisa dirasakan mata mengganjal, sering berair, mata merah, terasa kering, berasa berpasir, kotoran mata hingga terasa lengket.
Penanganan mata kering, lanjutnya, disesuaikan jenisnya. Di usia muda dan lanjut jenisnya berbeda dan derajatnya apakah masih ringan, sedang atau berat.
"Terapi mata kering bisa dilakukan dengan tetes mata, bervariasi jenisnya. Sementara untuk tindakannya tidak lazim bagi masyatakat umum, karena air mata kering juga konsepnya tidak sederhana sistemnya," tuturnya.
Sementara itu, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Jawa Timur dr Ismi Zuhria SpM mengungkapkan kunjungan pasien dengan sindrom mata kering di RSUD Dr Soetomo tempatnya praktik mencapai 50 persen.
Ia menjelaskan, kondisi sindrom mata kering yang berat biasanya permukaan bola mata bisa sampai rusak dan menganggu penglihatan.
"Pasien saya banyaknya perempuan karena dipengaruhi hormonal, obat-obatan yang dipakai juga bisa mempengaruhi," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Sindrom mata kering atau `dry eye syndrome` adalah kondisi mata yang mengalami kekurangan cairan akibat air mata yang mudah menguap atau produksi air mata terlalu sedikit," kata dia dalam dialog bersama Ferron, di Surabaya, Sabtu.
Dia mengemukakan, menurut laporan dari US National Library of Medicine National Institute of Health (NCBI), sekitar 60 juta orang di dunia mengalami mata kering. Di Indonesia sendiri prevalensi mata kering pada 2017 mencapai 30,6 persen dari jumlah penduduk.
"Penyebab sindrom mata kering sebenarnya beragam, mulai dari usia, faktor lingkungan seperti debu dan asap rokok, riwayat operasi mata, penyakit autoimun dan diabetes, penggunaan obat tertentu seperti tetes mata, dan aktivitas penggunaan komputer atau gawai," ucapnya.
Namun, penggunaan gawai apalagi dalam waktu yang lama dan kurang tepat, tanpa disadari membuat mata menjadi lelah, perih, dan gatal, yang dapat menyebabkan gangguan yang akan berdampak serius pada kesehatan mata.
"Sayangnya, banyak orang kurang menyadari gejala-gejala ini adalah gangguan yang harus ditangani segera. Apalagi dari pasien yang terdeteksi terkena sindrom mata kering ini, 40 persennya tidak merasakan gejala," kata dia.
Beberapa ciri-ciri mata kering menurutnya bisa dirasakan mata mengganjal, sering berair, mata merah, terasa kering, berasa berpasir, kotoran mata hingga terasa lengket.
Penanganan mata kering, lanjutnya, disesuaikan jenisnya. Di usia muda dan lanjut jenisnya berbeda dan derajatnya apakah masih ringan, sedang atau berat.
"Terapi mata kering bisa dilakukan dengan tetes mata, bervariasi jenisnya. Sementara untuk tindakannya tidak lazim bagi masyatakat umum, karena air mata kering juga konsepnya tidak sederhana sistemnya," tuturnya.
Sementara itu, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Jawa Timur dr Ismi Zuhria SpM mengungkapkan kunjungan pasien dengan sindrom mata kering di RSUD Dr Soetomo tempatnya praktik mencapai 50 persen.
Ia menjelaskan, kondisi sindrom mata kering yang berat biasanya permukaan bola mata bisa sampai rusak dan menganggu penglihatan.
"Pasien saya banyaknya perempuan karena dipengaruhi hormonal, obat-obatan yang dipakai juga bisa mempengaruhi," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018