Surabaya (Antaranews Jatim) - Tiga film pendek karya siswa SMK Dr Soetomo Surabaya masuk dalam Festival Film Surabaya (FFS) yang dimulai Jumat hingga Minggu (27-29) April 2018.
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMK Dr Soetomo (Smekdors) Surabaya Supardi di Surabaya, Kamis mengatakan, dari 11 film yang diikutkan, tiga film pendek itu berjudul The Box, Duel Viral dan Monokrom ibu itu yang masuk FFS.
"Ada 11 karya yang diikutikan FFS. Memang kelas 12 diwajibkan punya karya dan oleh pembimbing ternyata diikutkan FFS namun hanya tiga saja yang lolos," ujar Supardi.
Kewajiban memiliki karya sendiri ituuntuk memotivasi siswa agar memberanikan diri dan mencoba. Sebab, jika tidak ada keberanian, sambung dia, maka tidak akan mencapai keberhasilan.
Sutradara salah satu film pendek yaitu The Box, Setya Wisnu Pradana Putra menjelaskan, film garapannya bercerita tentang seorang anak yang ingin merubah seorang pengemis yang masih muda agar lebih berusaha lagi dan tidak mengharapkan belas kasihan orang.
"Seorang anak itu memberikan sebuah kotak yang berisi semir sepatu kepada si pengemis dengan tujuan agar dia mau berusaha lagi," ujarnya.
Setya mengatakan selama proses penggarapan film berdurasi enam menit itu menghabiskan waktu satu bulan dan dirinya tidak menghadapi masalah berarti. Hanya terdapat kendala pada pencahaan dan audio. Selain itu sempat terkendala kamera namun bisa diselesaikan dengan meminjam sekolah dan tempat magangnya.
Sutradara film Duel viral, Aditya Yudha Islamic mengatakan filmnya bercerita tentang sesama teman yang saling beradu untuk menjadi viral di media sosial. Saat yang satu kalah, maka minumannya akan dikasih ke teman yang lainnya.
"Produksinya memakan waktu sebulan. Untuk narasinya saya pakai dan membuat sendiri. Sementara durasi film ini 4.20 menit.
Satu film lagi berjudul Monokrom Ibu karya Raditya Wahyu.
Pembimbing film SMK Dr Soetomo Ashari mengemukakan, total ada 309 dari kota Surabaya, Lampung, Denpasar, Depok, Bandung, Aceh, Payakumbuh, Klaten dan Boyolali yang masuk FFS. Film itu dikurasi pada tanggal 14-16 April. Dari 309 karya itu nantinya ada 44 yang akan "discreaning".
"Nantinya film itu akan dinilai oleh juri yakni Enggong Supardi dan Sol Amrida. Panitia hanya membantu juri kurasi," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMK Dr Soetomo (Smekdors) Surabaya Supardi di Surabaya, Kamis mengatakan, dari 11 film yang diikutkan, tiga film pendek itu berjudul The Box, Duel Viral dan Monokrom ibu itu yang masuk FFS.
"Ada 11 karya yang diikutikan FFS. Memang kelas 12 diwajibkan punya karya dan oleh pembimbing ternyata diikutkan FFS namun hanya tiga saja yang lolos," ujar Supardi.
Kewajiban memiliki karya sendiri ituuntuk memotivasi siswa agar memberanikan diri dan mencoba. Sebab, jika tidak ada keberanian, sambung dia, maka tidak akan mencapai keberhasilan.
Sutradara salah satu film pendek yaitu The Box, Setya Wisnu Pradana Putra menjelaskan, film garapannya bercerita tentang seorang anak yang ingin merubah seorang pengemis yang masih muda agar lebih berusaha lagi dan tidak mengharapkan belas kasihan orang.
"Seorang anak itu memberikan sebuah kotak yang berisi semir sepatu kepada si pengemis dengan tujuan agar dia mau berusaha lagi," ujarnya.
Setya mengatakan selama proses penggarapan film berdurasi enam menit itu menghabiskan waktu satu bulan dan dirinya tidak menghadapi masalah berarti. Hanya terdapat kendala pada pencahaan dan audio. Selain itu sempat terkendala kamera namun bisa diselesaikan dengan meminjam sekolah dan tempat magangnya.
Sutradara film Duel viral, Aditya Yudha Islamic mengatakan filmnya bercerita tentang sesama teman yang saling beradu untuk menjadi viral di media sosial. Saat yang satu kalah, maka minumannya akan dikasih ke teman yang lainnya.
"Produksinya memakan waktu sebulan. Untuk narasinya saya pakai dan membuat sendiri. Sementara durasi film ini 4.20 menit.
Satu film lagi berjudul Monokrom Ibu karya Raditya Wahyu.
Pembimbing film SMK Dr Soetomo Ashari mengemukakan, total ada 309 dari kota Surabaya, Lampung, Denpasar, Depok, Bandung, Aceh, Payakumbuh, Klaten dan Boyolali yang masuk FFS. Film itu dikurasi pada tanggal 14-16 April. Dari 309 karya itu nantinya ada 44 yang akan "discreaning".
"Nantinya film itu akan dinilai oleh juri yakni Enggong Supardi dan Sol Amrida. Panitia hanya membantu juri kurasi," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018