Tulungagung (Antaranews Jatim) - Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, melibatkan warganet untuk ikut mengajukan pertanyaan secara "livestreaming" kepada dua pasangan calon kepala daerah saat digelarnya Debat Publik II yang digelar KPU, Minggu (22/4) malam.
"Alhamdulillah meski kesempatan mengajukan pertanyaan itu cuma kami buka dua hari sebelum (hari H) debat, banyak sekali pertanyaan yang masuk sehingga harus disaring ulang," kata Ketua KPU Tulungagung Suprihno di Tulungagung, Senin.
Total ada 22 pertanyaan warga dalam format livestreaming yang diterima KPU melalui akun resmi lembaga penyelenggara pemilu/pilkada ini di @kputulungagung.
Namun dari 22 pertanyaan yang rata-rata berdurasi 1 menit itu, akhirnya hanya lima yang dipilih KPU untuk ditampilkan dalam sesi ketiga debat publik calon bupati/wakil bupati.
Lima pertanyaan warganet tersebut mewakili tema besar debat publik II tentang layanan publik, dari mulai soal pendidikan, kesehatan, keperempuanan, pelestarian situs-situs budaya, hingga isu narkoba.
"Ada beberapa pertanyaan yang itu sejenis sehingga setelah dilakukan pembahasan akhirnya diambil lima yang mewakili isu yang diangkat dalam debat kali ini," kata Suprihno.
Rekaman pertanyaan warga dalam bentuk video yang dipilih itu selanjutnya ditampilkan dalam layar besar sehingga terkesan interaktif, namun tidak langsung (rekaman).
Setiap pertanyaan yang diajukan warga dan diulang oleh pemandu acara debat (moderator) itu lalu dijawab secara bergantian oleh masing-masing pasangan calon dengan durasi dua menit.
"Intinya, melalui rekaman video interaktif berisi pertanyaan warga ini, kami ingin melihat sejauh mana respon dan partisipasi publik terhadap kegiatan debat publik yang digelar," ucap Suprihno.
Selain video interaktif dengan warganet itu, debat publik yang berlangsung di hall utama Hotel Crown Victoria mulai pukul 20.30 WIB hingga 22.30 WIB itu juga melibatkan panelis berlatar belakang dosen dari tiga lembaga pendidikan tinggi di Indonesia.
Mereka adalah Prof Dr Zainudin Maliki dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Yahri Ahmad, Phd dari UGM, dan Ketua Pusat Studi Kebijakan Publik, Dr Agus Mahfud Fauzi.
Sejumlah warga dan tamu undangan yang hadir menilai debat publik II berlangsung cukup seru.
Manajemen waktu dan alur pertanyaan dari panelis ke pasangan calon, pembagian kesempatan antara calon bupati dan wakil bupati, serta aksi lempar pertanyaan dinilai lebih baik dibanding debat publik I yang digelar sebelumnya.
Ada aksi saling sindir dan sedikit menyerang antara pasangan calon itu bagus sebagai bagian dari uji program serta visi misi yang diusung masing-masing.
"Namun dalam konteks isu layanan publik ini tentu pasangan petahana akan lebih diuntungkan karena mereka akan bicara data dan pengalaman yang sudah dilakukan. Bukan sekedar program dan rencana kebijakan yang masih wacana," kata Ryan, warga Kota Tulungagung yang menonton jalannya debat.
Pilkada Tulungagung diikuti dua pasangan calon, yaitu Margiono-Eko Prisdianto yang diusung koalisi sembilan partai politik dan mendapat nomor urut 1, dan pasangan calon petahana Syahri Mulyo-Maryoto Bhirowo yang diusung PDIP-Partai Nasdem yang mendapat nomor urut 2. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Alhamdulillah meski kesempatan mengajukan pertanyaan itu cuma kami buka dua hari sebelum (hari H) debat, banyak sekali pertanyaan yang masuk sehingga harus disaring ulang," kata Ketua KPU Tulungagung Suprihno di Tulungagung, Senin.
Total ada 22 pertanyaan warga dalam format livestreaming yang diterima KPU melalui akun resmi lembaga penyelenggara pemilu/pilkada ini di @kputulungagung.
Namun dari 22 pertanyaan yang rata-rata berdurasi 1 menit itu, akhirnya hanya lima yang dipilih KPU untuk ditampilkan dalam sesi ketiga debat publik calon bupati/wakil bupati.
Lima pertanyaan warganet tersebut mewakili tema besar debat publik II tentang layanan publik, dari mulai soal pendidikan, kesehatan, keperempuanan, pelestarian situs-situs budaya, hingga isu narkoba.
"Ada beberapa pertanyaan yang itu sejenis sehingga setelah dilakukan pembahasan akhirnya diambil lima yang mewakili isu yang diangkat dalam debat kali ini," kata Suprihno.
Rekaman pertanyaan warga dalam bentuk video yang dipilih itu selanjutnya ditampilkan dalam layar besar sehingga terkesan interaktif, namun tidak langsung (rekaman).
Setiap pertanyaan yang diajukan warga dan diulang oleh pemandu acara debat (moderator) itu lalu dijawab secara bergantian oleh masing-masing pasangan calon dengan durasi dua menit.
"Intinya, melalui rekaman video interaktif berisi pertanyaan warga ini, kami ingin melihat sejauh mana respon dan partisipasi publik terhadap kegiatan debat publik yang digelar," ucap Suprihno.
Selain video interaktif dengan warganet itu, debat publik yang berlangsung di hall utama Hotel Crown Victoria mulai pukul 20.30 WIB hingga 22.30 WIB itu juga melibatkan panelis berlatar belakang dosen dari tiga lembaga pendidikan tinggi di Indonesia.
Mereka adalah Prof Dr Zainudin Maliki dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Yahri Ahmad, Phd dari UGM, dan Ketua Pusat Studi Kebijakan Publik, Dr Agus Mahfud Fauzi.
Sejumlah warga dan tamu undangan yang hadir menilai debat publik II berlangsung cukup seru.
Manajemen waktu dan alur pertanyaan dari panelis ke pasangan calon, pembagian kesempatan antara calon bupati dan wakil bupati, serta aksi lempar pertanyaan dinilai lebih baik dibanding debat publik I yang digelar sebelumnya.
Ada aksi saling sindir dan sedikit menyerang antara pasangan calon itu bagus sebagai bagian dari uji program serta visi misi yang diusung masing-masing.
"Namun dalam konteks isu layanan publik ini tentu pasangan petahana akan lebih diuntungkan karena mereka akan bicara data dan pengalaman yang sudah dilakukan. Bukan sekedar program dan rencana kebijakan yang masih wacana," kata Ryan, warga Kota Tulungagung yang menonton jalannya debat.
Pilkada Tulungagung diikuti dua pasangan calon, yaitu Margiono-Eko Prisdianto yang diusung koalisi sembilan partai politik dan mendapat nomor urut 1, dan pasangan calon petahana Syahri Mulyo-Maryoto Bhirowo yang diusung PDIP-Partai Nasdem yang mendapat nomor urut 2. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018