Malang (Antaranews Jatim) - Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Fauzan menyatakan di kampus itu perlu adanya percepatan bagi dosen yang bergelar doktor untuk segera menyandang gelar guru besar.

"Dari ratusan dosen di UMM, sekitar 80 orang yang bergelar doktor dan memenuhi syarat untuk mengajukan gelar guru besar. Namun, itu kan tidak mudah dan prosesnya cukup panjang dan lama," kata Fauzan usai pengukuhan Prof Dr Lili Zalizar sebagai guru besar ke-16 UMM di Theater Dome kampus setempat, Sabtu.

Ia mencontohkan Prof Lili yang mengajukan sebagai guru besar pada tahun 2012 dan Surat Keputusan (SK) sebagai guru besar Bidang Kesehatan Ternak Fakultas Pertanian, Perikanan dan Peternakan UMM baru turun pada 2017, namun baru bisa dikukuhkan tahun 2018.

Oleh karena itu, lanjutnya, para guru besar yang sudah dikukuhkan tersebut bisa melakukan pendampingan kepada doktor-doktor yang sudah memenuhi syarat. "Idealnya memang seluruh dosen bisa mencapai gelar tertinggi secara akademik, yakni guru besar," ucapnya.

Untuk mewujudkannya, kata Fauzan, UMM melakukan program percepatan guru besar sesuai yang diinginkan Kemenristekdikti.

"Kami juga sudah mengundang sejumlah pihak yang punya kewenangan dan pengambil kebijakan terkait guru besar ini untuk membantu percepatan bagi dosen agar segera meraih gelar guru besar tersebut," katanya.

Hanya saja, kata Fauzan, ada program percepatan atau tidak dari Kemenristekdikti, idealnya perguruan tinggi harus mendorong dosennya yang memenuhi syarat segera mengajukan diri sebagai guru besar (profesor).

"Kami terus mendorong doktor-doktor di UMM segera mengajukan, meski untuk mencapai gelar tertinggi akademik ini perlu proses dan tidak mudah," ujarnya.

Prof Dr Lili Zalizar dikukuhkan sebagai guru besar ke-16 UMM. Dosen Fakultas Pertanian Peternakan itu dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Kesehatan Ternak.

Sementara itu, Prof Lili dalam pidato ilmiahnya yang berjudul "Peranan Kesehatan Ternak dalam Peningkatan Produktivitas Tenak, Perekonomian, dan Kesehatan Masyarakat" itu mengatakan ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ternak, yakni lingkungan, ternak dan agen penyakit (patogen).

"Lingkungan, ternak, dan agen penyakit (patogen) membentuk segitiga yang saling berhubungan dan saling memengaruhi," katanya.

Selain itu, Lili juga mengupas tentang kesalahan manajemen pada peternak ayam petelur. Lili menemukan fakta bahwa pemberian obat cacing secara terus menerus tanpa pemeriksaan terlebih dahulu, selain tidak ekonomis, juga dapat meningkatkan peluang resistensi cacing terhadap obat yang diberikan.

"Menjaga dan mencegah ternak agar tidak terserang penyakit jauh lebih bijaksana dan murah dibandingkan dengan mengobati," kata Lili.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018