Probolinggo (Antaranews Jatim) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur meningkatkan produksi bawang putih dengan menargetkan penanaman bawang putih seluas 100 hektare melalui kerja sama dengan importir bawang putih.
"Mulai tahun ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) RI Nomor 38 tahun 2017 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH), para importir bawang putih diwajibkan menanam 5 persen dari kebutuhan impor di dalam negeri," kata Kepala DKPP Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari di Probolinggo, Kamis.
Menurutnya wilayah Kecamatan Sukapura pernah menjadi sentra bawang putih beberapa puluh tahun yang lalu, namun sejak 20 tahun terakhir keberadaan sentra bawang putih itu hilang dari peredaran.
"Bahkan kini areanya tersisa 1 hingga 3 hektare saja, itupun orientasinya hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dijadikan sebagai tanaman sela," tuturnya.
Terkait Permentan Nomor 38 tahun 2017, lanjut dia, importir melakukan kerja sama dengan DKPP Kabupaten Probolinggo menargetkan penanaman bawang putih di lahan seluas 100 hektare, namun realisasinya baru mencapai 49 hektare meliputi 26 hektare di Kecamatan Sukapura, 22 hektare di Kecamatan Sumber dan 1 hektare di Kecamatan Krucil.
"Momentum itulah yang kami manfaatkan, agar bawang putih yang pernah hilang di Kecamatan Sukapura bisa berkembang dan tumbuh kembali, sehingga harapannya Kabupaten Probolinggo tidak hanya dikenal sebagai penghasil bawang merah saja, tetapi juga dikenal sebagai penghasil bawang putih," katanya.
Untuk mengembalikan kejayaan bawang putih di Kabupaten Probolinggo, pihak DKPP juga bekerja sama dengan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jawa Timur melakukan demplot di Dusun Punjul, Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura seluas 2 hektare.
"Hasil demplot itu, selain umbinya besar-besar, hasil panen ubinan mencapai 20 ton umbi basah per hektare. Ini terindikasi bahwa pengembangan bawang putih di Kecamatan Sukapura lebih menjanjikan bagi petani," ujarnya.
Ia menjelaskan persoalan budi daya bawang putih terletak pada ketersediaan benih yang berkualitas, sehingga hasil demplot di Kecamatan Sukapura itu akan dijadikan sebagai benih dan dibagikan kepada petani.
"Dalam rangka memenuhi persoalan benih bawang putih, kami sudah membentuk lima penangkar bawang putih yakni PB Agro Mandiri, Poktan Makmur, PB Jasa Tani, PB Puspa Agro dan Gemilang 78 karena selama ini benihnya mengambil dari luar daerah, sehingga harapannya ke depan bisa mengambil benih bawang putih dari Kecamatan Sukapura," katanya.
Dengan adanya sentra bawang putih di Sukapura, kata da, setidaknya akan mampu memenuhi kebutuhan bawang putih di Kabupaten Probolinggo karena harga bawang putih mencapai Rp30.000 per kg dengan "BEP" Rp19.000.
"Dengan demikian masih ada keuntungan Rp11.000 per kilogram dan harapannya Kabupaten Probolinggo kembali menjadi sentra bawang putih," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Mulai tahun ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) RI Nomor 38 tahun 2017 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH), para importir bawang putih diwajibkan menanam 5 persen dari kebutuhan impor di dalam negeri," kata Kepala DKPP Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari di Probolinggo, Kamis.
Menurutnya wilayah Kecamatan Sukapura pernah menjadi sentra bawang putih beberapa puluh tahun yang lalu, namun sejak 20 tahun terakhir keberadaan sentra bawang putih itu hilang dari peredaran.
"Bahkan kini areanya tersisa 1 hingga 3 hektare saja, itupun orientasinya hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dijadikan sebagai tanaman sela," tuturnya.
Terkait Permentan Nomor 38 tahun 2017, lanjut dia, importir melakukan kerja sama dengan DKPP Kabupaten Probolinggo menargetkan penanaman bawang putih di lahan seluas 100 hektare, namun realisasinya baru mencapai 49 hektare meliputi 26 hektare di Kecamatan Sukapura, 22 hektare di Kecamatan Sumber dan 1 hektare di Kecamatan Krucil.
"Momentum itulah yang kami manfaatkan, agar bawang putih yang pernah hilang di Kecamatan Sukapura bisa berkembang dan tumbuh kembali, sehingga harapannya Kabupaten Probolinggo tidak hanya dikenal sebagai penghasil bawang merah saja, tetapi juga dikenal sebagai penghasil bawang putih," katanya.
Untuk mengembalikan kejayaan bawang putih di Kabupaten Probolinggo, pihak DKPP juga bekerja sama dengan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jawa Timur melakukan demplot di Dusun Punjul, Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura seluas 2 hektare.
"Hasil demplot itu, selain umbinya besar-besar, hasil panen ubinan mencapai 20 ton umbi basah per hektare. Ini terindikasi bahwa pengembangan bawang putih di Kecamatan Sukapura lebih menjanjikan bagi petani," ujarnya.
Ia menjelaskan persoalan budi daya bawang putih terletak pada ketersediaan benih yang berkualitas, sehingga hasil demplot di Kecamatan Sukapura itu akan dijadikan sebagai benih dan dibagikan kepada petani.
"Dalam rangka memenuhi persoalan benih bawang putih, kami sudah membentuk lima penangkar bawang putih yakni PB Agro Mandiri, Poktan Makmur, PB Jasa Tani, PB Puspa Agro dan Gemilang 78 karena selama ini benihnya mengambil dari luar daerah, sehingga harapannya ke depan bisa mengambil benih bawang putih dari Kecamatan Sukapura," katanya.
Dengan adanya sentra bawang putih di Sukapura, kata da, setidaknya akan mampu memenuhi kebutuhan bawang putih di Kabupaten Probolinggo karena harga bawang putih mencapai Rp30.000 per kg dengan "BEP" Rp19.000.
"Dengan demikian masih ada keuntungan Rp11.000 per kilogram dan harapannya Kabupaten Probolinggo kembali menjadi sentra bawang putih," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018