Kediri (Antaranews Jatim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Jawa Timur menyatakan capaian pemberian vaksin difteri pada warga terutama anak-anak di kabupaten ini sudah mencapai 98 persen, dengan harapan lebih bisa meminimalisasi penularan penyakit tersebut.

"Capaian kami sudah 98 persen. Sebenarnya capaian sudah terpenuhi, karena syaratnya adalah 95 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Adi Laksono di Kediri, Senin.

Ia mengatakan Dinas Kesehatan memang intensif untuk imunisasi demi mencegah penularan penyakit difteri. Salah satunya dengan datang ke sekolah untuk memberikan suntikan vaksin pada anak-anak. Mereka yang berusia di bawha 19 tahun harus mendapatkan vaksin tersebut.

Dia mengatakan tingkat kesadaran masyarakat untuk memberikan perlindungan kesehatan pada anak-anaknya juga semakin tinggi. Hal itu diketahui dari kesediaan orangtua untuk mengizinkan anaknya diberi vaksin.

"Alhamdulillah sekarang lebih mudah ketimbang vaksin yang MR (Imunisasi Measles Rubella untuk mencegah penyakit campak dan rubella). Banyak masyarat yang paham, mau untuk vaksin difteri ini. Karena, penyakit ini mematikan sekali," ujarnya.

Di Kabupaten Kediri, Adi mengatakan pada 2018 ini ada sembilan warga yang "suspect" atau terduga terkena difteri. Dari jumlah itu, diketahui satu di antaranya ternyata positif sakit difteri. Petugas juga langsung mengadakan sosialisasi, agar warga di sekitarnya untuk mau diberi vaksin.

Menurut Adi, pemberian vaksin tersebut tidak hanya cukup sekali, melainkan hingga tiga kali. Hal ini sebagai upaya untuk membentuk sistem kekebalan di tubuh terhadap serangan difteri. Bukan hanya pada anak-anak, tapi orangtua juga dianjurkan untuk suntik vaksin difteri.

"Yang `suspect` itu usianya campur antara 5-35 tahun. Mereka terus dipantau kesehatannya serta warga sekitar di cek lagi jangan sampai ada yang sakit juga. Pemberian vaksin tidak hanya sekali, tapi tiga kali. Pokok selama umur 19 tahun ke bawah, tetap imunisasi," ujar dia.

Difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.

Gubernur Jatim Soekarwo sempat mengatakan, bahwa Jatim berstatus kejadian luar biasa ( KLB) penyakit difteri. Sejumlah daerah yang pasien diteri banyak misalnya Kabupaten Sampang, Gresik, Nganjuk, Pasuruan, dan Kota Surabaya. Untuk penanganan kasus dan memutus rantai difteri, Pemprov Jatim mengalokasikan anggaran untuk "Outbreak Response Immunization" (ORI).

Vaksin imunisasi anak diberikan bagi yang berusia 1-19 tahun di seluruh Jatim lebih, dengan dari 10 juta orang. Imunisasi diberikan sebanyak tiga kali dengan interval lima bulan. (*)

 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018