Surabaya, (Antaranews Jatim) - Lima mahasiswa Universutas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membuat biskuit kaya kalsium dari kolang kaling yang dinamakan Biskuit Kolang Kaling (Bikoling).
Salah satu mahasiswa yang membuat biskuit itu Ika Maya Megawati Putri ditemui di Surabaya, Sabtu mengatakan, dirinya membuat camilan yang dikemas dalam kaleng bersama dua mahasiswa D3 kebidanan Fakultas Keperawatan dan kebidanan (FKK) dan dua mahasiswa S1 Gizi Fakultas Kesehatan.
Keempat temannya itu adalah Shofia Rizkyanti, Siti Khunainatul Muarofah dari D3 kebidanan Fakultas Keperawatan dan kebidanan (FKK) dan Imam Sholichin serta Eka Zulfiana Yussyifa dari S1 Gizi Fakultas Kesehatan.
"Kolang kaling adalah salah satu bentuk tumbuhan yang kaya akan kalsium yang belum diketahui khasiatnya oleh banyak masyarakat," kata Ika.
Ika mengatakan kelompoknya menggabungkan ilmu yang mereka tekuni untuk membuat camilan kaya kalsium itu untuk segala usia yang memungkinkan balita hingga dewasa mengonsumsinya.
Sementara Imam yang merupakan mahasiswa Ilmu Gizi mengungkapkan manfaat biskuit itu untuk bayi adalah bisa membantu pertumbuhan tulang. Teksturnya yang renyah juga bisa membantu melatih kekuatan gigi anak.
Bagi usia remaja biskuit ini dapat digunakan sebagai program diet. Sebab terdapat kandungan rendah kalori yang menyebabkan ketahanan kenyang lebih lama. Usia dewasa, bisa sebagai asupan kalsium sehingga tidak cepat keropos tulang dan keriput.
"Dengan mengonsumsi Bikoling setiap hari dapat mengurangi berat badan hingga satu sampai tiga kilogram dalam satu bulan," ujarnya.
Mahasiswa lain Siti Khunainatul menambahkan, pembuatan Bikoling butuh berbagai bahan layaknya pembuatan biskuit. Mulai dari gula halus, sagu, mentega, coklat , tepung tapioka dan kolang kaling.?
"Gula mentega dimikser hingga halus dan berwarna putih. Lalu tambahkan kolang kaling yang sudah diblender. Dan tepung terigu dan sagu. Seluruh bahan di mixer hingga kalis. Selanjutnya, siap dicetak dan dioven. Lalu, cetak pakai plastik," ujar mahasiswa Diploma Kebidanan ini.
Meskipun terlihat sederhana, namun Naina mengungkapkan mereka membutuhkan waktu untuk menentukan komposisi yang tepat. Hal itu karena kolang-kaling yang mereka gunakan mengandung cukup banyak kadar air.
"Kami harus pakai banyak kolang-kaling karena harus memisahkan sari dan ampas. Kami ambil sarinya saja, karena kami ingin mengambil kalsiumnya. Kalau pakai ampas efeknya di adonan tidak bisa dicetak karena kadar airnya tinggi," tuturnya.
Untuk menentukan komposisi mereka bahkan menambahkan sagu yang awalnya tidak dalam resep. Hingga kini, kelima anggota tim berbagi tugas untuk produksi biskuit di rumah Naina. Sebab, tahun lalu mereka bisa memproduksi hingga 300 kemasan kaleng dan pouch biskuit tiap bulannya.?
"Kalau awal kami selalu ready sembilan kaleng untuk penjualan online, tapi sekarang hanya `made by order` karena terbatasnya waktu kami," katanya.
Produk buatan mahasiswa Unusa ini juga mendapat bantuan hibah dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebesar Rp10 juta.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Salah satu mahasiswa yang membuat biskuit itu Ika Maya Megawati Putri ditemui di Surabaya, Sabtu mengatakan, dirinya membuat camilan yang dikemas dalam kaleng bersama dua mahasiswa D3 kebidanan Fakultas Keperawatan dan kebidanan (FKK) dan dua mahasiswa S1 Gizi Fakultas Kesehatan.
Keempat temannya itu adalah Shofia Rizkyanti, Siti Khunainatul Muarofah dari D3 kebidanan Fakultas Keperawatan dan kebidanan (FKK) dan Imam Sholichin serta Eka Zulfiana Yussyifa dari S1 Gizi Fakultas Kesehatan.
"Kolang kaling adalah salah satu bentuk tumbuhan yang kaya akan kalsium yang belum diketahui khasiatnya oleh banyak masyarakat," kata Ika.
Ika mengatakan kelompoknya menggabungkan ilmu yang mereka tekuni untuk membuat camilan kaya kalsium itu untuk segala usia yang memungkinkan balita hingga dewasa mengonsumsinya.
Sementara Imam yang merupakan mahasiswa Ilmu Gizi mengungkapkan manfaat biskuit itu untuk bayi adalah bisa membantu pertumbuhan tulang. Teksturnya yang renyah juga bisa membantu melatih kekuatan gigi anak.
Bagi usia remaja biskuit ini dapat digunakan sebagai program diet. Sebab terdapat kandungan rendah kalori yang menyebabkan ketahanan kenyang lebih lama. Usia dewasa, bisa sebagai asupan kalsium sehingga tidak cepat keropos tulang dan keriput.
"Dengan mengonsumsi Bikoling setiap hari dapat mengurangi berat badan hingga satu sampai tiga kilogram dalam satu bulan," ujarnya.
Mahasiswa lain Siti Khunainatul menambahkan, pembuatan Bikoling butuh berbagai bahan layaknya pembuatan biskuit. Mulai dari gula halus, sagu, mentega, coklat , tepung tapioka dan kolang kaling.?
"Gula mentega dimikser hingga halus dan berwarna putih. Lalu tambahkan kolang kaling yang sudah diblender. Dan tepung terigu dan sagu. Seluruh bahan di mixer hingga kalis. Selanjutnya, siap dicetak dan dioven. Lalu, cetak pakai plastik," ujar mahasiswa Diploma Kebidanan ini.
Meskipun terlihat sederhana, namun Naina mengungkapkan mereka membutuhkan waktu untuk menentukan komposisi yang tepat. Hal itu karena kolang-kaling yang mereka gunakan mengandung cukup banyak kadar air.
"Kami harus pakai banyak kolang-kaling karena harus memisahkan sari dan ampas. Kami ambil sarinya saja, karena kami ingin mengambil kalsiumnya. Kalau pakai ampas efeknya di adonan tidak bisa dicetak karena kadar airnya tinggi," tuturnya.
Untuk menentukan komposisi mereka bahkan menambahkan sagu yang awalnya tidak dalam resep. Hingga kini, kelima anggota tim berbagi tugas untuk produksi biskuit di rumah Naina. Sebab, tahun lalu mereka bisa memproduksi hingga 300 kemasan kaleng dan pouch biskuit tiap bulannya.?
"Kalau awal kami selalu ready sembilan kaleng untuk penjualan online, tapi sekarang hanya `made by order` karena terbatasnya waktu kami," katanya.
Produk buatan mahasiswa Unusa ini juga mendapat bantuan hibah dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebesar Rp10 juta.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018