Tulungagung (Antaranews Jatim) - Lembaga internasional Unicef meninjauan pelaksanaan program perlindungan sosial anak terpadu (PSAI) yang sudah beberapa tahun berjalan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa.

Dua perwakilan Unicef di Indonesia, yakni Chief Children Protection Amanda Bissex dan Chief Field Office Arie Rukmantara tiba di sekretariat Unit Layanan Terpadu PSAI di kompleks Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung sekitar pukul 10.00 WIB.

Setelah mendengar paparan singkat pelaksanaan dan kemajuan program di ULT PSAI Tulungagung, dilanjutkan ke RSUD dr Iskak serta kunjungan lapangan ke masyarakat dan panti asuhan setempat.

"Kedatangan kami ke Tulungagung ini untuk melihat sejauh mana program perlindungan sosial anak integratif ini berjalan, mengevaluasi jika ada kendala, sekaligus untuk mengetahui langsung apa yang mungkin masih bisa dilakukan Unicef dalam pengembangan PSAI ini ke daerah-daerah lain di Indonesia," kata Amanda Bissex.

Sehari sebelum kunjungan lapangan, tepatnya pada Senin (22/1) petang, tim Unicef perwakilan di Indonesia melakukan audiensi langsung dengan Bupati Tulungagung Syahri Mulyo beserta seluruh jajaran OPD (organisasi perangkat daerah).

Kesempatan tersebut dimanfaatkan Amanda untuk memetakan hambatan dan kendala dalam pelayanan program PSAI bagi anak-anak di Tulungagung, di semua sektor layanan publik.

"Secara umum pelaksanaan program perlindungan sosial anak integratif di Tulungagung sudah sangat baik. Koordinasi serta kerjasama antarkelembagaan mulai dari tingkat bupati, jajaran OPD bahkan dengan pihak nonbirokrasi juga sudah berjalan efektif," katanya.

Amanda secara khusus memberi apresiasi terhadap penerapan PSAI di Tulungagung yang menurutnya sudah berjalan sangat baik.

Keberadaan ULT PSAI juga dinilai cukup efektif dalam menjalankan program perlindungan sosial anak integratif bagi generasi belia Tulungagung, yang sebagian warganya berlatar belakang keluarga TKI.

"Pelaksanaan PSAI di Tulungagung layak menjadi percontohan, menjadi model yang sangat baik untuk diterapkan ke daerah-daerah lain, karena pelayanan anaknya yang sangat baik dan integratif," ujar Amanda maupun Arie Rukmantara.

Menurut Amanda, kunci keberhasilan program PSAI ada pada komitmen yang tinggi, mulai dari Bupati hingga tingkat bawah, dan semuanya merespon padu.

"Kami melihat banyak sekali pertimbangan respon time, kualitas pelayanan itu juga dijaga dengan sangat baik. Tulungagung adalah model yang bisa dicontoh untuk daerah-daerah lain," kata Amanda.

Saat di RSUD dr Iskak, Amanda dan Arie disambut perwakilan tim command centre layanan Tulungagung Emergency Medical Service (TEMS) yang dipimpin oleh dokter spesialis kedaruratan, dr Bobi Prabowo.

Perwakilan Unicef ini lalu diberi gambaran langsung fasilitas dan fungsi beberapa pos pelayanan kedaruratan, mulai di ruang isolasi penderita depresi/gangguan jiwa dan narkoba, fasilitas penanganan kedaruratan bayi, sistem instalasi rawat darurat medis di tiga zona kegawatdaruratan, hingga pusat komando TEMS di lantai dua ruang IRD.

"Pelayanan kesehatan maupun kedaruratan medis di rumah sakit ini, terutama pada fasilitas TEMS ini sudah bersifat terintegratif. Sistem yang ada memungkinkan kami siap melayani kasus kegawatdaruratan untuk semua pasien, termasuk anak-anak dengan standar `response time` yang sangat baik," ujar Arie Rukmantara menirukan penjelasan Amanda. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018