Sampang (Antara Jatim) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sampang, Jawa Timur, merawat sedikitnya 17 orang pasien penderita difteri selama kurun waktu Januari hingga minggu pertama Desember 2017.
Kepala Humas RSUD Sampang dr Yuliono di Sampang, Selasa mengemukakan rata-rata pasien difteri itu masih anak-anak.
"Jika dibanding dengan jumlah pasien yang pernah dirawat di RSUD Sampang pada 2016, jumlah pasien penderita difteri ini meningkat," ujar Yuliono.
Ia menjelaskan, pada 2016, jumlah pasien penderita difteri yang pernah dirawat di RSUD Sampang sebanyak 14 pasien.
"Jadi ada peningkatan sebanyak 3 orang dibanding 2016," katanya, menjelaskan.
Ia menjelaskan, dari sebanyak 17 orang pasien penderita difteri itu, semuanya sudah sembuh dan tidak ada yang meninggal dunia.
"Ini, karena pasien yang dirujuk umumnya kondisinya belum terlalu parah, sehingga bisa segera tertangani dengan baik," ujar Yuliono.
Humas RSUD Sampang ini lebih lanjut menjelaskan, gejala penderita difteri biasanya panas mendadak, juga nyeri saat menelan dan kelenjar di leher membesar.
Yuliono menyarankan agar tidak bersentuhan langsung dengan penderita difteri karena penyakit tersebut menular.
Dirinya menambahkan, penyakit difteri itu bisa dicegah dengan pemberian imunisasi Outbreak Response Immunization (ORI).
Difteri merupakan penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae.
Anak-anak yang berumur antara satu hingga sepuluh tahun memang termasuk orang yang sangat peka terhadap penyakit terhadap jenis penyakit ini.
Kuman difteri disebarkan oleh menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.
Menurut Yuliono, perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin.
Selain itu, bisa juga dengan membuat lubang pada pipa saluran pernapasan atas(tracheotomy) mungkin perlu untuk menyelamatkan nyawa. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi.
"Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun," katanya, menjelaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017