Tulungagung (Antara Jatim) - RSUD dr Iskak, Tulungagung, Jawa Timur, merawat dua pasien anak yang didiagnosa positif terinfeksi bakteri difteri (Corynebacterium diphteriae) yang membuat mereka sempat mengalami susah bernafas karena tenggorokan yang nyaris tersumbat.  
    
Menurut keterangan Kabid Pelayanan Medis dan Perawatan RSUD dr Iskak, dr Zomrotul Aini, Sp.A, Selasa, kedua pasien anak penderita difteri saat ini kondisinya sudah membaik.
    
Satu dari dua pasien tersebut bahkan sudah diizinkan pulang pada Senin (11/12) setelah bakteri difteri yang bersarang di tenggorokan atau saluran pernafasan dalam, berhasil dibersihkan menggunakan obat antidifteri.
    
"Sekarang masih ada satu pasien anak penderita difteri yang dirawat di ruang isolasi. Namun kondisinya juga sudah berangsur membaik, mungkin besok sudah boleh pulang," kata dokter spesialis anak ini.
    
Kedua pasien yang dirawat masing-masing adalah Muhamad Khoirul Azam (6), warga Desa Petungroto Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri dan M Aryasatya Radhitya (3) anak warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung.
    
Khoirul Azam sudah pulang dengan status sudah bebas penyakit difteri, namun untuk Arya masih dalam pengawasan tim medis RSUD dr Iskak meski kondisinya sudah membaik dan lendir difteri yang menyumbat lubang pernafasan bagian dalam (di tenggorokan) sudah menghilang.
    
"Arya ini masuk pada 5 Desember, ini sudah sepekan dirawat di IRNA di ruang isolasi dan mendapat penanganan intensif. Kondisinya sekarang sudah baik, tapi sekarang masih tahap pembersihan (bakteri) yang mungkin tersisa," kata dr Aini.

Dalam kurun 2017, kata dr Aini, kasus difteri belum pernah ditangani tim medis RSUD dr Iskak, kecuali dua pasien tersebut.
    
Menurut dia, difteri bisa menular pada kedua pasien dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya karena penderita belum dilakukan imunisasi difteri atau karena ada orang dalam lingkungannya yang belum imunisasi.
    
"Pencegahan difteri harus dilakukan sistem imunisasi menyeluruh untuk menciptakan kekebalan komunitas. Satu saja ada yang tidak imunisasi difteri, maka yang satu ini bisa menularkan virus difteri ke lingkungan sekitarnya, sekalipun yang lain sudah imunisasi," kata dr Aini.
    
Ia mengatakan, imunisasi difteri bukan berarti seseorang kebal 100 persen terhadap paparan virus Corynebacterium diphteriae, namun hanya meningkatkan kekebalan hingga kisaran 90 persen.
    
"Sisanya yang 10 persen ini masih rentan tertular, cuma biasanya dampaknya tidak separah yang belum pernah imunisasi," kata dia.
    
Atas temuan kasus difteri tersebut, dr Aini memastikan RSUD dr Iskak sudah mengirim tembusan informasi dan laporan klinis pasien ke dinkes terkait agar dilakukan penanganan intensif ke lingkungan sekitar rumah korban untuk dilakukan sterilisasi agar wabah difteri tidak semakin meluas. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017