Bojonegoro (Antara Jatim) - "Ya saya ini orangnya yang 'tukang' demo Blok Cepu," ujar seorang warga Ringgintunggal, Kecamatan Gayam, Bojonegoro Eri Gunawan dalam perbicangan dengan Antara di kediamannya, Jumat (1/12).
Tiada hari tanpa demo, itulah yang dilakukannya ketika proyek minyak Blok Cepu mulai melakukan pembebasan tanah di Kecamatan Gayam dan sekitarnya pada 2002.
Bahkan, ia mengaku dalam suatu demo bersama warga di desanya juga desa lainnya terkait proyek minyak Blok Cepu pernah menghadang alat berat. "Saya pernah menghadang sendirian alat berat proyek minyak Blok Cepu. Tapi kalau warga di sini hampir semuanya pernah menjadi pendemo Blok Cepu," kata dia mengenang.
Hal itu dibenarkan seorang warga lainnya yang masih sedesa yaitu Syaibani, yang mengungkapkan perkembangan warga yang lambat laun tidak menggelar demo karena dilibatkan dalam pekerjaan proyek minyak Blok Cepu dengan operator ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
Bahkan, Syaibani menyebutkan tanahnya juga disewa untuk pekerjaan proyek minyak Blok Cepu selama sembilan tahun dan sekarang sudah dikembalikan.
Tidak hanya itu, anaknya sekarang juga menjadi tenaga keamanan di proyek minyak Blok Cepu di Kecamatan Gayam itu. "Warga menggelar demo ya karena memang ingin dilibatkan dalam pekerjaan proyek minyak," ucap Eri dibenarkan Syaibani.
Menurut Eri, warga lambat laun mengurangi demo. Selain terlibat dalam proyek minyak Blok Cepu, mereka juga membuka bisnis berbagai bidang usaha, apalagi sejak hadirnya Pusat Inkubasi Bisnis (PIB) di Desa Ringintunggal, Kecamatan Gayam.
Dirinya sekarang berternak sapi, yang sebagian di antaranya dititipkan kepada warga dengan sistem bagi hasil, dan sebagian lainnya dirawat sendiri di belakang rumahnya. "Saya sekarang memiliki sekitar 30 ekor sapi," ucapnya.
Selain itu, ia juga memiliki tanaman jambu kristal sekaligus membuat pembibitan jambu kristal di sekitar rumahnya yang kemudian juga dikembangkan ke desa lainnya.
Eri memperoleh rezeki tambahan karena tanahnya seluas 2.500 meter persegi disewa EMCl dengan harga yang lumayan mahal karena waktu sewa selama 30 tahun untuk lokasi kantor Pusat Inkubasi Bisnis (PIB).
Sekarang ini di atas tanahnya berdiri kantor PIB dengan luas bangunan 460 meter persegi dilengkapi dengan berbagai kebun juga kolam untuk percontohan.
"PIB mulai diserahkan EMCL kepada warga akhir Desember 2015," kata Direktur PIB Desa Ringgintunggal, Kecamatan Gayam, Bojonegoro Ifa Jumrotun Naimah.
Namun demikian, sebelumnya, sembilan warga di ring I Blok Cepu termasuk dirinya belajar magang di LSM Bina Swadaya Jakarta terkait pengembangan bisnis selama dua tahun sejak 2014.
"PIB sekarang ini menjadi lokasi riset, pelatihan dan pemasaran bagi warga yang berbinis berbagai usaha," kata dia menjelaskan.
Dalam mengelola PIB itu, pengurus bermitra sebagai mitra sehingga memperoleh alokasi anggaran dalam dua tahun ini yang besarnya sekitar Rp500 juta/tahun. Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition"
Keberadaan PIB sebagai usaha mengantisipasi munculnya gejolak sosial karena akan ada penggangguran sekitar 7.000 tenaga kerja di proyek minyak Blok Cepu, yang masa kontraknya berakhir akhir Desember 2016.
Sejumlah Asosiasi
Menurut dia, ada sejumlah asosiasi pengembangan bisnis warga di 12 Desa di Kecamatan Gayam, yaitu pertanian, peternakan, perikanan, makanan dan minuman, pengembangkan ekonomi kreatif, pengembangan ternak kroto, jamur dan holtikultura.
Untuk memastikan mampu memulai usaha pasca-pelatihan, peserta dihubungkan dengan akses permodalan melalui asosiasi usaha yang telah didirikan sebelumnya dalam bentuk "joint investmen" atau modal penyertaan.
"Ada sekitar 700 warga yang terlibat dalam usaha bisnis yang di bawah binaan PIB," ucapnya.
Kehadiran PIB menjadi perantara yang memasarkan produk usaha bisnis yang dikembangkan warga di sejumlah desa di Kecamatan Gayam.
Contohnya, ada sekitar 60 ibu-ibu yang sekarang mengembangkan jamur tiram di rumahnya masing-masing untuk pemasarannya dibeli pengusaha luar daerah yang datang ke warga.
Selain itu juga pengembangan tanaman lengkuas yang ditanam di lahan milik SKK Migas di Kecamatan Gayam, yang tidak dimanfaatkan dan pengembangan sayur-sayuran juga melibatkan puluhan ibu-ibu.
"Hasilnya bisa menambah pendapatan keluarga selain dimanfaatkan sendiri," ucapnya menambahkan.
Meski demikian, bukan berarti tanpa halangan dalam mengembangan bisnis ekonomi warga di ring I Blok Cepu. "Faktor utama yang harus diyakinkan warga yaitu harus percaya diri bahwa bisnisnya bisa berkembang," katanya menegaskan.
Program PIB pernah dipresentasikan dua kali dalam kegiatan "Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition" di Jakarta.
Oleh akrena itu, ia optimistis PIB yang merupakan lembaga lengkap karena memiliki 11 pengurus akan mampu mandiri dengan program berkelanjutan tidak hanta tingkat lokal, tetapi juga nasional.
"Kami terus berusaha memperluas jaringan pemasaran tidak hanya lokal, tetapi juga ke Surabaya, juga kota lainnya untuk memasarkan produksi kegiatan bisnis masyarakat di Blok Cepu," ucapnya.
"Saat ini masih bagus karena ada ada penyandang dananya EMCL. Tapi akan ada batasnya sehingga harus diupayakan program PIB tetap bisa berkelanjutan," kata dia menegaskan.
Meskipun demo warga di ring I sudah mereda bukan berarti permasalahan sosial sudah selesai, karena masih ada empat kepala keluarga (KK) warga Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, yang mengaku mengalami gejala mirip keracunan.
Seperti yang pernah dilaporkan Camat Gayam Hartono empat warga Desa Mojodelik itu dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Padangan.
"Pengakuan warga yang dirujuk mereka mengaku pusing dan mual-mual," ucap dia seraya menambahkan warga itu kediamannya di ring I Blok Cepu.
Namun, ketika itu produksi minyak lapangan Banyuurip, Blok Cepu di Kecamatan Gayam, yang sekarang lebih dari 200 ribu barel per hari, tidak ada gangguan.
Selain itu, masalah tanah seluas 4.800 meter persegi yang berada di tengah-tengah proyek minyak Blok Cepu milik Ali Mukharom Warga Kecamatan Malo. "Saya minta tanah saya dibeli Rp9 triliun, sebab ini bisnis," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Tiada hari tanpa demo, itulah yang dilakukannya ketika proyek minyak Blok Cepu mulai melakukan pembebasan tanah di Kecamatan Gayam dan sekitarnya pada 2002.
Bahkan, ia mengaku dalam suatu demo bersama warga di desanya juga desa lainnya terkait proyek minyak Blok Cepu pernah menghadang alat berat. "Saya pernah menghadang sendirian alat berat proyek minyak Blok Cepu. Tapi kalau warga di sini hampir semuanya pernah menjadi pendemo Blok Cepu," kata dia mengenang.
Hal itu dibenarkan seorang warga lainnya yang masih sedesa yaitu Syaibani, yang mengungkapkan perkembangan warga yang lambat laun tidak menggelar demo karena dilibatkan dalam pekerjaan proyek minyak Blok Cepu dengan operator ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
Bahkan, Syaibani menyebutkan tanahnya juga disewa untuk pekerjaan proyek minyak Blok Cepu selama sembilan tahun dan sekarang sudah dikembalikan.
Tidak hanya itu, anaknya sekarang juga menjadi tenaga keamanan di proyek minyak Blok Cepu di Kecamatan Gayam itu. "Warga menggelar demo ya karena memang ingin dilibatkan dalam pekerjaan proyek minyak," ucap Eri dibenarkan Syaibani.
Menurut Eri, warga lambat laun mengurangi demo. Selain terlibat dalam proyek minyak Blok Cepu, mereka juga membuka bisnis berbagai bidang usaha, apalagi sejak hadirnya Pusat Inkubasi Bisnis (PIB) di Desa Ringintunggal, Kecamatan Gayam.
Dirinya sekarang berternak sapi, yang sebagian di antaranya dititipkan kepada warga dengan sistem bagi hasil, dan sebagian lainnya dirawat sendiri di belakang rumahnya. "Saya sekarang memiliki sekitar 30 ekor sapi," ucapnya.
Selain itu, ia juga memiliki tanaman jambu kristal sekaligus membuat pembibitan jambu kristal di sekitar rumahnya yang kemudian juga dikembangkan ke desa lainnya.
Eri memperoleh rezeki tambahan karena tanahnya seluas 2.500 meter persegi disewa EMCl dengan harga yang lumayan mahal karena waktu sewa selama 30 tahun untuk lokasi kantor Pusat Inkubasi Bisnis (PIB).
Sekarang ini di atas tanahnya berdiri kantor PIB dengan luas bangunan 460 meter persegi dilengkapi dengan berbagai kebun juga kolam untuk percontohan.
"PIB mulai diserahkan EMCL kepada warga akhir Desember 2015," kata Direktur PIB Desa Ringgintunggal, Kecamatan Gayam, Bojonegoro Ifa Jumrotun Naimah.
Namun demikian, sebelumnya, sembilan warga di ring I Blok Cepu termasuk dirinya belajar magang di LSM Bina Swadaya Jakarta terkait pengembangan bisnis selama dua tahun sejak 2014.
"PIB sekarang ini menjadi lokasi riset, pelatihan dan pemasaran bagi warga yang berbinis berbagai usaha," kata dia menjelaskan.
Dalam mengelola PIB itu, pengurus bermitra sebagai mitra sehingga memperoleh alokasi anggaran dalam dua tahun ini yang besarnya sekitar Rp500 juta/tahun. Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition"
Keberadaan PIB sebagai usaha mengantisipasi munculnya gejolak sosial karena akan ada penggangguran sekitar 7.000 tenaga kerja di proyek minyak Blok Cepu, yang masa kontraknya berakhir akhir Desember 2016.
Sejumlah Asosiasi
Menurut dia, ada sejumlah asosiasi pengembangan bisnis warga di 12 Desa di Kecamatan Gayam, yaitu pertanian, peternakan, perikanan, makanan dan minuman, pengembangkan ekonomi kreatif, pengembangan ternak kroto, jamur dan holtikultura.
Untuk memastikan mampu memulai usaha pasca-pelatihan, peserta dihubungkan dengan akses permodalan melalui asosiasi usaha yang telah didirikan sebelumnya dalam bentuk "joint investmen" atau modal penyertaan.
"Ada sekitar 700 warga yang terlibat dalam usaha bisnis yang di bawah binaan PIB," ucapnya.
Kehadiran PIB menjadi perantara yang memasarkan produk usaha bisnis yang dikembangkan warga di sejumlah desa di Kecamatan Gayam.
Contohnya, ada sekitar 60 ibu-ibu yang sekarang mengembangkan jamur tiram di rumahnya masing-masing untuk pemasarannya dibeli pengusaha luar daerah yang datang ke warga.
Selain itu juga pengembangan tanaman lengkuas yang ditanam di lahan milik SKK Migas di Kecamatan Gayam, yang tidak dimanfaatkan dan pengembangan sayur-sayuran juga melibatkan puluhan ibu-ibu.
"Hasilnya bisa menambah pendapatan keluarga selain dimanfaatkan sendiri," ucapnya menambahkan.
Meski demikian, bukan berarti tanpa halangan dalam mengembangan bisnis ekonomi warga di ring I Blok Cepu. "Faktor utama yang harus diyakinkan warga yaitu harus percaya diri bahwa bisnisnya bisa berkembang," katanya menegaskan.
Program PIB pernah dipresentasikan dua kali dalam kegiatan "Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition" di Jakarta.
Oleh akrena itu, ia optimistis PIB yang merupakan lembaga lengkap karena memiliki 11 pengurus akan mampu mandiri dengan program berkelanjutan tidak hanta tingkat lokal, tetapi juga nasional.
"Kami terus berusaha memperluas jaringan pemasaran tidak hanya lokal, tetapi juga ke Surabaya, juga kota lainnya untuk memasarkan produksi kegiatan bisnis masyarakat di Blok Cepu," ucapnya.
PIB Berkelanjutan
Pada kesempatan terpisah Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Bojonegoro Setyo Yuliono menyatakan pemkab akan mengembangkan ekonomi rakyat melalui program PIB di desa lainnya.
"Saat ini masih bagus karena ada ada penyandang dananya EMCL. Tapi akan ada batasnya sehingga harus diupayakan program PIB tetap bisa berkelanjutan," kata dia menegaskan.
Meskipun demo warga di ring I sudah mereda bukan berarti permasalahan sosial sudah selesai, karena masih ada empat kepala keluarga (KK) warga Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, yang mengaku mengalami gejala mirip keracunan.
Seperti yang pernah dilaporkan Camat Gayam Hartono empat warga Desa Mojodelik itu dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Padangan.
"Pengakuan warga yang dirujuk mereka mengaku pusing dan mual-mual," ucap dia seraya menambahkan warga itu kediamannya di ring I Blok Cepu.
Namun, ketika itu produksi minyak lapangan Banyuurip, Blok Cepu di Kecamatan Gayam, yang sekarang lebih dari 200 ribu barel per hari, tidak ada gangguan.
Selain itu, masalah tanah seluas 4.800 meter persegi yang berada di tengah-tengah proyek minyak Blok Cepu milik Ali Mukharom Warga Kecamatan Malo. "Saya minta tanah saya dibeli Rp9 triliun, sebab ini bisnis," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017