Surabaya, (Antara Jatim) - Tiga Pilar Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) yang terdiri dari kepolisian sektor (polsek), camat dan komando rayon militer (koramil) di Kecamatan Tegalsari Surabaya mendatangi sekolah-sekolah di wilayah setempat untuk menekan kriminalitas.

"Ini merupakan ajang kampanye dan sosialisasi kepada pelajar untuk turut serta menekan kriminalitas," ujar Kepala Polsek Tegalsari Surabaya Komisaris Polisi David Triyo Prasojo di sela kegiatan yang berlangsung di SMP Praja Mukti, Jalan Kupang Segunting Surabaya, Senin.

Di hadapan para pelajar, David bersama Camat Tegalsari Janu Mardianto dan Komandan Koramil setempat, Mayor Mahfud R, mengampanyekan tiga hal, yaitu anti kekerasan seksual kepada anak, antiperudungan antarsesama warga sekolah, dan pelopor generasi internet sehat.

"Pelajar harus berani menolak kekerasan seksual. Kami mengimbau kalau melihat atau mengalami langsung tindak kekerasan seksual, agar segera lapor ke ke orang tua, guru atau petugas," ujarnya.

Dia menambahkan pelajar juga harus menghindari perudungan karena dampaknya buruk, di antaranya dapat menyebabkan anak menjadi tertutup dan rendah diri.

Selain itu, lanjut dia, yang tak kalah penting adalah pelajar harus bisa menyaring informasi yang sehat dan diperlukan untuk keperluan belajar.

"Kemajuan teknologi informasi saat ini sangat cepat dan tak bisa ditolak. Gunakan akses internet secara bijak dan hindari informasi negatif," tuturnya.

Mantan Kapolsek Tambaksari Surabaya itu meyakini, melalui kampanye dan sosialisasi yang melibatkan aparat tiga pilar di wilayah setempat dengan turun langsung memberi pemahaman kepada pelajar di sekolah-sekolah dapat menekan angka kriminalitas.

Terlebih tiga hal yang dikampanyekan tersebut dituangkan melalui kesepakatan dalam bentuk ikrar yang ditandatangani bersama antara pelajar, Polsek, Koramil dan Kecamatan Tegalsari Surabaya.

"Kami sepakat untuk berani menghindari dan melawan kekerasan seksual kepada anak," ucap Ketua OSIS SMP Praja Mukti Surabaya Arya Wahyu Putra.

Siswa Kelas VIII ini mengakui kekerasan seksual dan perudungan masih sering terjadi di lingkungan sekolah.

"Terutama 'bullying' yang masih sering terjadi. Kita semua harus menghindari karena tindakan itu menyakiti, merendahkan martabat dan kehormatan diri sendiri serta orang lain," ujarnya.

Pelajar lainnya, Adelia, juga menyatakan sepakat untuk mengakses internet secara sehat.

"Kemajuan tekhnologi informasi saat ini sangat cepat. Kalau tak padai memilih maka bisa berdampak negatif," katanya.

Siswi Kelas VIII itu berpendapat, penggunaan internet negatif juga bisa menjadi salah satu pemicu  terjadinya kekerasan seksual.

"Makanya kami sepakat untuk menjadi generasi pelopor internet sehat serta melawan kekerasan seksual dan bullying," ucapnya.(*)

Pewarta: Hanif N

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017