Tulungagung (Antara Jatim) - Kementerian Kelautan dan Perikanan RI mendorong kawasan-kawasan minapolitan yang telah tumbuh dan berkembang untuk lebih mandiri dalam hal penguatan usaha hulu hingga hilir pada komoditas budi daya ikan yang digeluti.
    
"Kami sangat berharap komunitas pembudidaya ikan seperti di Gondosuli ini untuk tidak lagi terlalu bergantung pada suplai pabrikan, terutama untuk masalah pakan misalnya," kata Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan Rifky Effendi Hardijanto saat berkunjung ke kawasan minapolitan ikan lele di Desa Gondosuli, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa.
    
Masalah pakan olahan berbentuk sentrat yang selama ini dibeli oleh pembudidaya di Tulungagung, khususnya kawasan minapolitan Desa Gondosuli menurut Rifky bisa kelola sendiri oleh kelompok pembudidaya.
    
Caranya, papar dia, kelompok pembudidaya harus membentuk plasma baru yang secara khusus mengurusi penyediaan pakan.
    
Tidak sekedar memotivasi, Sekjen KKP Rifky Effendi Hardijanto yang datang bersama Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto dan rombongan juga menyalurkan bantuan peralatan pembuat pakan ikan yang efisien namun tetap memiliki kualitas bagus.
    
Dengan begitu, lanjut dia, diharapkan persoalan klasik yang kerap dihadapi para pembudidaya ikan di Gondosuli segera terpecahkan, yakni terkait masalah pakan dan masalah pasar.
    
Menurut penuturan salah satu pembudidaya, persoalan pakan selalu menjadi momok mereka karena harganya sangat mahal, sementara total kebutuhan pakan setiap hari mencapai 1,5-2 ton.
    
Karenanya, Rifky mendorong penyediaan secara mandiri  oleh warga setempat.

"Saat ini pakan dari pabrik Rp9 ribu per kilogram. Dengan pakan mandiri diharapkan warga bisa membuat pakan dengan harga Rp6 ribu per kilogram. Selisih harga itu sangat penguntungkan para pembudidaya," kata Rifky.

Ia berharap ada kelompok masyarakat yang fokus meproduksi pakan. Kedua kelompok ini diharapkan bisa saling menguntungkan.

Artinya, urai Rifky, di satu sisi kelompok pembuat pakan untung karena produknya laku, di sisi lain pembudidaya juga untung karena mendapat pakan murah dengan hasil optimal.   
    
"Kami bisa memenfaatkan sumber pakan lokal, misalnya di Yogyakarta memanfaatkan undur-undur laut, bisa juga menggunakan cacing tanah," katanya.
     
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti  sempat mengancap akan mengimpor pakan ikan.

Ancaman ini karena produsen pakan ikan dinilai menjual produknya terlalu mahal.
     
Menurut Rifky, impor pakan masih belum menjadi pilihan. Sebab yang lebih penting adalah membangun kelompok pakan mandiri.
    
"Selain itu yang paing penting, dari sisi industri kami tentu ingin mandiri pakan," katanya.
    
Sementara, Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto juga memberikan bantuan mesin pakan.
    
Mesin dengan kapasitas 500 kilogram per hari ini, diharapkan bisa mendorong kemandirian pakan.
    
"Dengan kebutuhan pakan hingga 2 ton per hari, sebenarnya butuh empat mesin untuk Gondosuli," tutur Rifky.
     
Saat ini produksi ikan budidaya air tawar sebesar 4 juta ton per tahun, sedangkan ikan tangkap sebesar 6,6 juta ton per tahun.(*)


Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017