Malang (Antara Jatim) - Pakar Ilmu Pemuliaan Ternak Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Dr Veronica Margareta Ani Nurgiartiningsih menyatakan pertumbuhan populasi dan  produktivitas sapi di Indonesia rata-rata tergolong rendah.
      
"Rendahnya produktivitas ini menjadi kelemahan paling menonjol  ari sapi di Tanah Air. Pertumbuhan sapi pedaging selama satu tahun (2015-2016) hanya 4,36 persen atau dari 15.419.720 ekor menjadi 16.092.560 ekor," kata Veronica di Malang, Jawa Timur, Rabu.

Menurut dia, rendahnya produktivitas sapi tersebut, disebabkan rendahnya kualitas bibit dan ketersediaan bibit unggul sapi. Selain itu, ada tren pertumbuhan populasi yang lamban dan cenderung konstan pada sapi pedaging.

Penyebab utama lambannya pertumbuhan tersebut, katanya, akibat dari tingginya pemotongan sapi betina produktif, seleksi negatif dan "inbreeding", yakni silang dalam (perkawinan antara ternak yang mempunyai hubungan saudara).

Secara genetis, inbreeding meningkatkan homosigisitas dan dapat meningkatkan peluang munculnya gangguan reproduksi dan cacat fisik. Selain itu, perkawinan silang (crossbreeding) juga menjadi salah satu ancaman pengembangan populasi sapi lokal.

Ia mengemukakan sapi lokal kerap kali hasilnya kurang baik. Sebab, dilakukan perkawinan antarsaudara atau individu sapi yang berkerabat sehingga muncul cacat genetik. Lalu perkawinan dilakukan antar-dua bangsa sehingga hasilnya blasteran.

Oleh karena itu, lanjutnya, perlu seleksi akurat dalam memilih ternak unggul terbaik untuk dikembangbiakkan. "Sebenarnya pemerintah juga telah memiliki program seleksi uji performance sapi potong nasional sejak 2009 dan saya termasuk salah satu anggota komisi pertimbangannya," kata Veronica.

Veronica mengemukakan pengembangan ternak harus didasarkan pada strategi pemuliaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan ternak. Dalam kaitannya dengan bibit ternak di Indonesia, kendala utama yang dihadapi adalah ketersediaan bibit unggul.

Hingga saat ini, kata Veronica, pembibitan sapi pedaging lokal dihadapkan pada kondisi tidak tersediannya ternak, baik dari segi kualitas bagus maupun kuantitasnya. Kelembagaan pembibitan belum mampu memenuhi kebutuhan bibit nasional.

Menurut Ketua Laboratorium Produksi dan Pemuliaan Ternak UB itu, kurang optimalnya aplikasi manajemen breeding  menjadi akar pembibitan nasional. "Keberhasilan program pemuliaan sangat tergantung pada strategi pemuliaan, yakni rekording, parameter genetik dan seleksi," ucapnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017