Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa asal Palacky University Of Olomouc Republik Ceko Pavla Machulikova menyatakan kekagumannya akan pembelajaran khususnya sistem pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak sekolah dasar (SD) yang ada di Indonesia.
Ditemui saat mengajar Bahasa Inggris di SD Muhammadiyah 4 Surabaya, Rabu, ia mengatakan kemampuan bahasa Inggris siswa SD cukup baik. Bahkan siswa kelas 3 sudah bisa memahami banyak kosa kata bahasa Inggris. Padahal di negaranya, bahasa Inggris baru mulai dipelajari saat kelas 3.
"Bahasa Inggris juga menjadi bahasa kedua di negara saya. Tapi anak-anak baru belajar saat kelas 3 SD. Di sini kelas 3 sudah paham banyak kosa kata bahasa Inggris walaupun masih ada kesalahan," tutur Pavla yang sedang mengikuti program bersama Universitas Trunojoyo Madura ini.
Saat mengajar di kelas, ia melihat banyak siswa menanyakan berbagai hal yang ia sukai. Mulai dari hobi, makanan, minuman hingga kebiasaan di negara asalnya. Ia bahkan cukup kewalahan dengan antusias siswa yang ingin tahu tentang negaranya.
"Mengajar cukup sulit bagi saya, apalagi semua anak tertarik berbicara dengan saya. Mereka menanyakan semua hal tentang saya dengan manis," ujarnya.
Pavla mengatakan, dirinya tak sendiri mengajar di SD Muhammadiyah. Beberapa temannya juga datang ke SD itu, namun tidak untuk mengajar. Salah satu temannya bahkan mengumpulkan bahan riset untuk studi masternya.
Guru Bahasa Inggrus SD Muhammadiyah 4 Surabaya Mega Firend mengungkapkan beberapa kali "native speaker" memang hadir ke sekolah untuk membantu pembelajaran. Baginya hal ini lebih menarik karemlna siswa terlihat bersemangat. Sehingga Mega tinggal mengarahkan para "native speaker" untuk membahas materi sesuai dengan yang sedang diajarkan.
"Mereka berdialog tapi tetap dalam pantauan, disesuaikan dengan tema yang diajarkan. Misalkan membicarakan 'clouds', bisa diarahkan ke perbedaan cuaca hingga membandingkan budaya di ceko dan di Indonesia," ujarnya.
Menurutnya, tidak semua "native speaker" mampu berkomunikasi dengan baik pada siswa. Beberapa dari mereka juga pasif sehingga selalu mendapat pendampingan dari guru lain untuk mengisi materi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Ditemui saat mengajar Bahasa Inggris di SD Muhammadiyah 4 Surabaya, Rabu, ia mengatakan kemampuan bahasa Inggris siswa SD cukup baik. Bahkan siswa kelas 3 sudah bisa memahami banyak kosa kata bahasa Inggris. Padahal di negaranya, bahasa Inggris baru mulai dipelajari saat kelas 3.
"Bahasa Inggris juga menjadi bahasa kedua di negara saya. Tapi anak-anak baru belajar saat kelas 3 SD. Di sini kelas 3 sudah paham banyak kosa kata bahasa Inggris walaupun masih ada kesalahan," tutur Pavla yang sedang mengikuti program bersama Universitas Trunojoyo Madura ini.
Saat mengajar di kelas, ia melihat banyak siswa menanyakan berbagai hal yang ia sukai. Mulai dari hobi, makanan, minuman hingga kebiasaan di negara asalnya. Ia bahkan cukup kewalahan dengan antusias siswa yang ingin tahu tentang negaranya.
"Mengajar cukup sulit bagi saya, apalagi semua anak tertarik berbicara dengan saya. Mereka menanyakan semua hal tentang saya dengan manis," ujarnya.
Pavla mengatakan, dirinya tak sendiri mengajar di SD Muhammadiyah. Beberapa temannya juga datang ke SD itu, namun tidak untuk mengajar. Salah satu temannya bahkan mengumpulkan bahan riset untuk studi masternya.
Guru Bahasa Inggrus SD Muhammadiyah 4 Surabaya Mega Firend mengungkapkan beberapa kali "native speaker" memang hadir ke sekolah untuk membantu pembelajaran. Baginya hal ini lebih menarik karemlna siswa terlihat bersemangat. Sehingga Mega tinggal mengarahkan para "native speaker" untuk membahas materi sesuai dengan yang sedang diajarkan.
"Mereka berdialog tapi tetap dalam pantauan, disesuaikan dengan tema yang diajarkan. Misalkan membicarakan 'clouds', bisa diarahkan ke perbedaan cuaca hingga membandingkan budaya di ceko dan di Indonesia," ujarnya.
Menurutnya, tidak semua "native speaker" mampu berkomunikasi dengan baik pada siswa. Beberapa dari mereka juga pasif sehingga selalu mendapat pendampingan dari guru lain untuk mengisi materi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017