Tulungagung, (Antara Jatim) - Satu lagi pemandu lagu korban "overdosis" akibat pesta minuman keras di Kafe Karaoke Bengawan, Desa Bulusari, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur bertambah, sehingga total yang meninggal hingga saat ini berjumlah empat orang.
"Kami mendapat informasi satu pemandu lain bernama Opi meninggal pada Jumat (11/8) malam," kata Kepala Desa Bulusari, Kecamatan Kedungwaru Pramudianto dikonfirmasi wartawan, Minggu.
Informasinya, kata Pramudianto, Opi yang asal Desa Tales, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri itu sempat menjalani perawatan intensif selama tiga hari.
Namun, karena kondisinya yang terus memburuk, nyawa Opi akhirnya tidak tertolong. Opi yang masih belia (17 tahun) merupakan pemandu lagu kedua yang tewas setelah terlibat pesta minuman keras menggunakan campuran alkohol berkadar tinggi.
Sebelumnya, satu pemandu lagu berinisiap Pipi (17) asal Sanankulon, lebih dulu tewas akibat menderita lambung parah sepulang pesta minuman keras di tempatnya bekerja di Kafe karaoke Bengawan, bersama seorang pria, operator lagu dan dua purel lain.
Selain Pipi, seorang pria yang berperan sebagai "bandar" atau bos dalam pesta minuman keras itu dan operator lagu Kafe bengawan, masing-masing bernama Supriyadi (40) dan Azis (25) juga meregang nyawa.
Aziz adalah korban pertama pada Selasa (8/8) disusul Pipi pada Rabu (9/8) pagi dan Supriyadi pada Kamis (10/8).
Pramudianto mengaku dia bersama sejumlah perangkat masih melacak keberadaan Anis. Anis dikabarkan satu-satunya pemandu lagu yang kemungkinan dalam keadaan sehat.
Sebab Anis beberapa kali minta air kelapa karena sudah tidak kuat minum minuman keras.
Dari informasi yang didapat, Anis dirawat di Rumah Sakit Aura Shifa di Ploso Klaten, Kabupaten Kediri. Namun, setelah dilacak di rumah sakit tersebut, Anis tidak ditemukan.
Masih menurut Pramu, sebelumnya seorang pemandu lagu lain, Pipi juga meninggal dunia di Nglampir, Kecamatan Bandung.
Saat itu Pipi disembunyikan di rumah seseorang bernama Edy Sancoko. Karena itu Pramu berharap, polisi lekas meminta penjelasan dari Edy.
Sementara pemilik Kafe Bengawan, Temi, sampai saat ini belum bisa dilacak keberadaannya.
Telepon genggamnya dimantikan. Padahal menurut Pramu, seharusnya Temi memberikan klarifikasi, apa yang terjadi di kafe tempat hiburan miliknya itu.
Kini warga dan perangkat mengawasi kafe di tepi Sungai Brantas tersebut. Setiap ada orang asing datang akan dihentikan, dan dimintai penjelasan.
Pramu khawatir, ada upaya untuk menghilangkan barnag bukti. "Saya juga siap memfasilitasi kepolisian, seandainya akan mendobrak Cafe Bengawan. Mumpung barang buktinya masih ada, mungkin bisa diambil dan diuji di laboratorium," ucap Pramu.
Kanit Reskrim Polsek Kedungwaru, Aiptu Daroji mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan. Proses ini diarahkan untuk mengungkap, ada unsur pidana atau tidak dalam kejadian ini.
"Lebih lanjut besok (hari ini) bisa menghubungi Kasi Humas Polsek Kedungwaru," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Kami mendapat informasi satu pemandu lain bernama Opi meninggal pada Jumat (11/8) malam," kata Kepala Desa Bulusari, Kecamatan Kedungwaru Pramudianto dikonfirmasi wartawan, Minggu.
Informasinya, kata Pramudianto, Opi yang asal Desa Tales, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri itu sempat menjalani perawatan intensif selama tiga hari.
Namun, karena kondisinya yang terus memburuk, nyawa Opi akhirnya tidak tertolong. Opi yang masih belia (17 tahun) merupakan pemandu lagu kedua yang tewas setelah terlibat pesta minuman keras menggunakan campuran alkohol berkadar tinggi.
Sebelumnya, satu pemandu lagu berinisiap Pipi (17) asal Sanankulon, lebih dulu tewas akibat menderita lambung parah sepulang pesta minuman keras di tempatnya bekerja di Kafe karaoke Bengawan, bersama seorang pria, operator lagu dan dua purel lain.
Selain Pipi, seorang pria yang berperan sebagai "bandar" atau bos dalam pesta minuman keras itu dan operator lagu Kafe bengawan, masing-masing bernama Supriyadi (40) dan Azis (25) juga meregang nyawa.
Aziz adalah korban pertama pada Selasa (8/8) disusul Pipi pada Rabu (9/8) pagi dan Supriyadi pada Kamis (10/8).
Pramudianto mengaku dia bersama sejumlah perangkat masih melacak keberadaan Anis. Anis dikabarkan satu-satunya pemandu lagu yang kemungkinan dalam keadaan sehat.
Sebab Anis beberapa kali minta air kelapa karena sudah tidak kuat minum minuman keras.
Dari informasi yang didapat, Anis dirawat di Rumah Sakit Aura Shifa di Ploso Klaten, Kabupaten Kediri. Namun, setelah dilacak di rumah sakit tersebut, Anis tidak ditemukan.
Masih menurut Pramu, sebelumnya seorang pemandu lagu lain, Pipi juga meninggal dunia di Nglampir, Kecamatan Bandung.
Saat itu Pipi disembunyikan di rumah seseorang bernama Edy Sancoko. Karena itu Pramu berharap, polisi lekas meminta penjelasan dari Edy.
Sementara pemilik Kafe Bengawan, Temi, sampai saat ini belum bisa dilacak keberadaannya.
Telepon genggamnya dimantikan. Padahal menurut Pramu, seharusnya Temi memberikan klarifikasi, apa yang terjadi di kafe tempat hiburan miliknya itu.
Kini warga dan perangkat mengawasi kafe di tepi Sungai Brantas tersebut. Setiap ada orang asing datang akan dihentikan, dan dimintai penjelasan.
Pramu khawatir, ada upaya untuk menghilangkan barnag bukti. "Saya juga siap memfasilitasi kepolisian, seandainya akan mendobrak Cafe Bengawan. Mumpung barang buktinya masih ada, mungkin bisa diambil dan diuji di laboratorium," ucap Pramu.
Kanit Reskrim Polsek Kedungwaru, Aiptu Daroji mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan. Proses ini diarahkan untuk mengungkap, ada unsur pidana atau tidak dalam kejadian ini.
"Lebih lanjut besok (hari ini) bisa menghubungi Kasi Humas Polsek Kedungwaru," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017