Kediri (Antara Jatim) - Perajin tenun ikat di Kota Kediri, Jawa Timur, memanfaatkan mesin pemintal benang baru, sehingga bisa memenuhi permintaan kain dengan lebih cepat.
     
"Sekarang sudah diperbantukan mesin pemintal baru, jadi pekerjaan lebih cepat," kata Ketua Koperasi Usaha Bersama (KUB) Kampung Tenun Ikat Bandar Kidul, Kota Kediri Eko Hariyanto di Kediri, Selasa.  
     
Ia mengatakan, permintaan kain tenun ikat dari Kota Kediri juga terus meningkat. Bahkan, saat Lebaran 2017 lalu, permintaan ada kenaikan hingga 20 persen dari omzet sehari-hari. Untuk sarung misalnya, bisa memroduksi lebih dari 5-6 kodi.
     
Eko menegaskan, dengan mesin pemintal itu sangat diuntungkan. Selama ini, perajin memanfaatkan mesin pemintal tradisional dengan dominan menggunakan tenaga manusia, sehingga produksi kain pun terbatas. Namun, dengan menggunakan mesin pemintal, produksi bisa lebih baik. Dengan satu alat pemintal, bisa menghemat tenaga dari 12 orang. Saat ini, setidaknya ada empat mesin pemintal. 
     
Lebih lanjut, ia mengatakan untuk pembeli sebenarnya adalah pelanggan tetap. Namun, mereka membeli dalam jumlah banyak untuk stok. Salah satu pembeli misalnya dari Madura. Pembelian dilakukan untuk menyukupi kebutuhan, yang salah satunya Madura sebagai tujuan wisata.
     
Produksi tiap saat juga bertambah. Namun, ia tetap komunikasi dengan perajin lainnya. Jika permintaan banyak, sementara produksi miliknya masih belum mencukupi, ia akan meminta perajin lainnya yang produknya sudah lebih untuk dijual bersama. 
     
Eko menambahkan, produk yang dibuat di tempatnya ada yang berupa sarung maupun kain tenun ikat. Untuk bahan baku juga relatif tersedia, sehingga perajin pun tidak kesulitan. Beberapa bahan baku yang digunakan misalnya katun lokal, impor, maupun sutra. Namun, dari beragam produk tersebut, yang paling banyak diminati adalah jenis katun. 
     
"Kalau bahan baku sekarang sutra yang agak sulit, ini kemungkinan karena masih impor. Sementara, yang katun masih lancar. Kebanyakan untuk sarung itu katun lokal, jadi maish mudah," ujarnya. 
     
Eko juga mengatakan, harga jual kain tenun ikat saat ini juga relatif stabil. Untuk sarung harganya di atas Rp180 ribu per lembar sarung, sementara untuk kain harganya sekitar Rp160 ribu per lembar kain. Ukuran kainnya sekitar 2 meter.
     
Terkait dengan motif, Eko mengatakan masih memanfaatkan motif khas tenun ikat. Namun, agar pelanggan tidak bosan dimodifikasi dengan beragam model, sehingga tetap elegan. Bahkan, perajin tenun ikat di Kediri saat ini sudah memodifikasi kain menjadi beragam produk. Selain baju, juga terdapat tas, bahkan sepatu. 
     
Eko pun optimistis, permintaan kain tenun ikat semakin lama juga akan semakin bagus. Pemerintah Kota Kediri pun juga sudah mendukung sepenuhnya dengan usaha ini, yang salah satunya adanya kebijakan untuk menggunakan kain tenun ikat sebagai pakaian kerja.
     
Selain itu, perajin tenun ikat juga kesempatan tampil di beberapa acara baik skala internasional maupun ajang nasional, misalnya pernah tampil di "Jakarta Fashion Week 2017" yang digelar di Senayan City, Jakarta akhir 2016.
     
Di KUB Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri terdapat 10 pengusaha ikut tergabung. Saat ini, terdapat 139 mesin tenun yang tersebar di sejumlah perajin tenun yang berpusat di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri itu. Dari usaha itu, mampu menyerap sampai 210 tenaga kerja. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017