"Kemana kaki melangkah, pasti ada cerita. Semakin banyak berjalan maka akan semakin banyak tahu, semakin banyak mengenal, dan menjadi lebih  memahami apa arti saling menghargai," demikian kata-kata bijak yang sering kita dengar.

Perjalanan mengajarkan kepada kita mengenai banyak hal tentang hidup dan kehidupan. Perjalanan mengajarkan cara bersyukur, menikmati semua fasilitas yang telah Tuhan  berikan untuk manusia, dan pada akhirnya memberi pemahaman bahwa hidup adalah kesadaran tentang keberagaman, kebermanfaatan, dan saling menghormati.

Indonesia dan Tiongkok sudah pasti tidak sama. Namun dalam ketidaksamaan tersebut pasti ada kesamaan-kesamaannya pula. Kesamaan dan perbedaan adalah dua hal yang selalu ada dalam satu waktu. Ibarat suatu bangunan, perbedaan justru akan menjadikan gedung yang kokoh dan cantik. Perbedaan bisa menjadi bahan pembelajaran agar lebih baik. Bukankah perbedaan adalah suatu rahmat ?

Republik Rakyat China atau Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memiliki wilayah yang cukup luas, yakni sekitar 9,69 juta kilometer persegi dan penduduk 1,36 miliar. Negara yang sebagian besarnya daratan ini mempunyai 33 wilayah setingkat provinsi, atau jumlahnya hampir sama dengan Indonesia yang memiliki 34 provinsi.

Provinsi-provinsi yang ada di Tiongkok, masing-masing memiliki karakter yang berbeda-beda pula. Sebab, di Tiongkok juga terdapat banyak suku bangsa seperti halnya di Indonesia.


Provinsi Yunnan

Sebagai gambaran beragamnya suku dan kebudayaan di RRT, di antaranya terefleksikan di kehidupan masyarakat Provinsi Yunnan. Di provinsi ini terdapat 25 dari 56 suku bangsa di Tiongkok. Suku bangsa yang tinggal di provinsi dengan ibu kota Kunming ini di antaranya adalah Suku Naxi, Yi, Han, Bai, Hani, Zhuang, Dai, Miao, dan Hui.

Suku yang tinggal di provinsi ini adalah suku-suku minoritas. Masing-masing suku bangsa tersebut memiliki karakter dan khazanah seni budayanya. Dengan demikian, corak kehidupan mereka juga sangat beragam. Keberagaman tersebut terekam jelas di Museum Universitas Kebangsaan Minzu di "Kota Satelit"  Kunming.

Di museum yang menjadi media pembelajaran bagi mahasiswa dari suku minoritas tersebut dapat dijumpai perbedaan alat-alat pertanian yang mereka gunakan, pakaian adat yang sangat beragam, asesoris pakaian dan senjata tajam yang mereka pakai, arsitektur rumah yang berbeda antara satu suku dengan suku lain, dan lainnya.

Sementara itu, Yunnan sendiri adalah sebuah provinsi di sebelah barat daya RRT. Yunnan memiliki wilayah sekitar 394.000 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 45 juta jiwa. Provinsi ini berbatasan dengan sejumlah negara tetangga, yaitu Vietnam, Laos dan Burma atau Myanmar.

Wilayah Yunnan sebagian besar berupa pegunungan-pegunungan. Meski daerah ini terdapat empat musim, namun suhu udara di daerah ini tetap sejuk meskipun di musim panas. Pada musim panas bulan Mei ini misalnya, suhu udara di Yunnan berkisar 11-21 derajat Celcius.

Dengan kondisi alamnya seperti itu, Yunnan merupakan daerah agraris. Yunnan adalah pemasok produk pertanian seperti sayuran, bunga, tanaman obat (herbal)  dan buah-buahan yang penting bagi RRT. Bahkan, Yunnan merupakan juga produsen kopi dan tembakau yang sangat dominan di negeri ini.

Untuk melihat potensi pertanian di provinsi dengan 12 perguruan tinggi tersebut tidak terlalu sulit. Sepanjang perjalanan menyusuri berbagai arah luar kota dari Kota Kunming--Ibu Kota Provinsi Yunnan--, tergambar jelas luasnya lahan pertanian daerah ini.

Di sepanjang jalan, selain apartemen menjulang, bukit yang membentang dan permukiman warga, terhampar lahan pertanian nan luas. Sebagian besar tanaman mereka diselimuti plastik agar tidak mudah terserang hama penyakt atau terdampak oleh pergantian cuaca ekstrem.

Hasil pertanian dari ladang-ladang yang luas tersebut sebagian besar untuk memasok kebutuhan dalam negeri dan sebagian juga dijual ke luar negeri. Produksi mereka cukup ekonomis dan mampu bersaing di pasar karena dibudidayakan dalam lahan yang cukup.

Meski daerahnya berupa pegunungan-pegunungan, tapi Yunnan sangat cukup air. Ada sejumlah danau di daerah ini yang mampu menyuplai kebutuhan air masyarakatnya seperti Danau Suodu dan Danau Lugu. Konon, potensi air dari Yunnan mencapai empat kali lebih besar ketimbang daerah-daerah lain di RRT. 

Oleh karena itu, cukup beralasan jika pemerintah setempat juga berupaya mengoptimalkan potensi yang dimiliki menjadi sumber energi berupa pembangkit listrik tenaga air, objek wisata air terjun buatan dan juga produk air mineral dan lain sebagainya.

Sejauh mata memandang, di atas perbukitan atau pegunungan terlihat jaringan listrik yang disalurkan ke daerah-daerah sekitarnya, utamanya di kawasan permukiman, perkantoran dan industri. 

"Yunnan juga pemasok kopi dan produk tembakau terbesar untuk RRT," kata Wakil Direktur Urusan Luar Negeri Provinsi Yunnan, Wang Wei, saat menerima delegasi media Jawa Timur, di Kunming, belum lama ini.
  
Hal yang sama juga diungkapkan Pimpinan Pabrik Rokok Hongta, Cheng Qian Dong bahwa Badan Usaha Milik Negara dengan produksi mencapai 10 ribu karton rokok per hari itu sepenuhnya memanfaatkan hasil tembakau dari daerah Yunnan yang sangat terkenal.

Produk Hongta-- perusahaan yang juga mengembangkan usahanya di bidang lain, di antaranya properti-- ini bahkan tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri RRT tapi juga diekspor ke sejumlah negara, utamanya negara-negara di Asia Selatan.

Kendati sebagai daerah agraris, tapi proses pembangunan di Yunnan, khususnya di Kunming dan daerah sekitarnya, sangat terlihat jelas. Pembangunan di kawasan   asal Laksamana Cheng Ho itu kini masih terus berjalan. 

Seperti diketahui, Laksamana Cheng Ho yang bernama asli Ma He atau juga dikenal dengan nama Man Sanbao petilasannya dapat ditemukan di sejumlah tempat di Indonesia, yakni Surabaya dan Semarang. Cheng Ho merupakan suku Hui dari Provinsi Yunnan.   

Pembangunan ruas-ruas jalan tol dari dan ke Kunming terus dilakukan. Sarana transportasi disediakan  secara baik. "Di sini menganut prinsip, jika ingin maju atau kaya, maka harus dibangun jalan dulu. Karena itu, di daerah ini dan juga di RRT pada umumnya, banyak dibangun jalan," kata Profesor Gunawan, warga Guangdong yang bernama asli Cai Jincheng saat mendampingi delegasi media Jawa Timur.

Selain potensi tersebut, Yunnan merupakan daerah tujuan wisata yang patut diperhitungkan. Karena, selain panorama alamnya yang eksotis, daerah ini juga memiliki kekayaan khazanah seni budaya yang beraneka macam. 

Apalagi, Yunnan yang pada 2016 dikunjungi sebanyak 142 juta wsiatawan, lima juta diantaranya wisatawan mancanegara, selama ini telah membuka jalur penerbangan langsung dari dan ke Bandara Changshui di Kunming,  mencapai 50 negara, salah satunya ke Denpasar, Bali, Indonesia.   

Jadi, kata Gunawan--profesor Bahasa dan Sastra yang fasih berbahasa Indonesia itu--, Yunnan merupakan provinsi dengan daerah pegunungan yang banyak ditinggali suku minortitas. Yunnan provinsi pemasok kebutuhan sayur-sayuran, buah-buahan, dan produk pertanian yang sangat penting bagi RRT. Yunnan memiliki potensi mata air terbesar ketimbang daerah lain di RRT. 

"Meskipun  demikian, secara perkapita, memang Yunnan masih tertinggal dibandingkan daerah lain di (RRT) bagian timur yang merupakan daerah industri dan memiliki pelabuhan laut," katanya menambahkan.   (Bersambung..)  (*)   

Pewarta: Slamet Hadi Purnomo

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017