Kediri (Antara Jatim) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto menyebutkan "Administered price" atau harga barang/jasa diatur pemerintah, merupakan salah satu penyumbang terbesar inflasi yang terjadi di Kota Kediri, Jawa Timur.
     
"Evaluasi secara kumulatif selama Januari-April 2017 inflasi di kota ini adalah 1,89 persen (ytd) dan ini harus diwaspadai. Per kelompok barang sumber utama inflasi kenaikan TDL (tarif dasar listrik)," katanya di Kediri, Rabu.
     
Dari hasil evaluasi, kenaikan inflasi yang terjadi sampai dengan April memang terutama berasal dari kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 5,69 persen dengan kontribusi 1,25 persen. 
     
Adapun komoditas yang mengalami inflasi terbesar adalah tarif listrik sebesar 38,78 persen dan menyumbang inflasi 1,0 persen. Selanjutnya, diikuti kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan laju inflasi 2,64 persen dan menyumbang inflasi 0,57 persen. 
     
Dalam evaluasi, komoditas yang menyumbang inflasi cukup tinggi di kelompok tersebut adalah tarif pulsa 0,24 persen dan BBM nonsubsidi 0,27 persen. 
     
Adanya kenaikan ini, lanjut Djoko karena komoditas tersebut termasuk "Administered price", yang artinya harga barang atau jasa tersebut diatur oleh Pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik. 
     
Djoko menyebut, dengan kenaikan yang terjadi saat ini sudah di luar kontrol, sebab sudah menjadi kebijakan dari pusat. Namun, ia mengaku bersyukur sebab pasokan bahan pokok cukup, sehingga memicu terjadinya deflasi. 
     
"Sementara, kami bersyukur, karena bahan pokok deflasi. Jadi, Januari-April, kelompok bahan makanan deflasi 1,39 persen, sehingga memberikan kontribusi dan ini cukup tinggi," ujarnya. 
     
Ia menyebut, dar pantauan TPID pertengahan Mei 2017 ini ada kenaikan harga bras dan bawang putih, namun saat ini sudah ada solusi. Untuk beras, stok pun lebih dari cukup, secara nasional hingga 2,5 juta ton, sehingga dipastikan tidak ada alasan harga beras naik.
     
Untuk bawang putih, Djoko mengakui stok harus mengandalkan impor. Saat ini, pemerintah sudah membuka kran impor bawang putih, dan ditargetkan harga bawang putih bisa lebih stabil dan maksimal Rp38 ribu per kilogram.
     
Untuk bahan pokok lain, misalnya telur saat ini juga relatif lebih stabil, sehingga antara peternak dan konsumen tidak terjadi selisih yang cukup besar. 
     
Djoko berharap, kondisi stabilnya harga bahan pokok itu bisa terus terjaga hingga akhir tahun. Terlebih lagi di Mei 2017, diprediksi akan terjadi inflasi, karnea adanya kenaikan tarif dasar listrik.  
     
Sementara itu, untuk menjaga stabilitas harga dan menekan inflasi, TPID juga sudah merencanakan melakukan operasi pasar, yang akan ditangani langsung oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017