Surabaya (Antara Jatim) – Kepala Laboratorium Infrastruktur dan Keamanan Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Bekti Cahyo Hidayanto mengatakan penyebaran virus "Ransomware Wannacry" tidak akan mempenguruhi pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri berbasis komputer (SBMPTN CBT).
Bekti saat dikonfirmasi di Surabaya, Senin mengatakan untuk ujian SBMPTN berbasis komputer dipastikan tidak terganggu secara signifikan dengan maraknya penyebaran virus "Ransomware Wannacry" tersebut. Sebab, virus tersebut menyerang sistem operasi Windows.
"Sementara untuk SBMPTN berbasis komputer servernya menggunakan sistem operasi di luar Windows. Jadi server artinya aman. Data-data kami juga aman,” kata dia.
Dia menambahkan, dari sisi komputer client yang dipakai peserta memang menggunakan Windows. Tetapi, programnya bakal diinjek dari program server. Dengan cara itu semua komputer client dijalankan, dan peserta tinggal menggunakan saja.
Kalaupun ada komputer peserta yang terkena "Ransomware", kata Bekti, hanya data-data di komputer tersebut yang dienkripsi oleh "Ransomware". Tapi, itu tidak ada hubungannya dengan aplikasi SBMPTN berbasis komputer.
"Virus "Ransomware" kan mengenkripsi data-data yang sudah ada di komputer Windows. Sedangkan data-data kami tidak akan disimpan di Windows itu. Komputer peserta kena, ya kena," ujarnya.
Dia mengungkapkan, "Ransomware" hanya mengenkripsi file tertentu dengan ekstensi tertentu. Sementara, ekstensi exe yang digunakan dalam SBMPTN CBT tidak bisa diserang. Jadi, tidak berpengaruh.
Dari sisi jaringan, lanjut dia, mungkin terkena pengaruh bila Ransomware masif terjadi di jaringan sekolah atau kampus yang dijadikan tempat ujian. Akan tetapi dalam pengerjaan soal berbasis komputer, peserta tidak selalu akses jaringan selama dua jam.
"Secara sistem batch akan meng-upload jawaban peserta ke server. Dan server ini berada di sekitar tempat ujian. Jadi, tidak menggunakan jaringan umum. Virus ini tidak terlalu signifikan," katanya.
Bekti mengungkapkan, pada dasarnya virus ini dibuat tidak untuk menyerang SBMPTN CBT. Ini lebih kepada efek saja terhadap pelaksanaan ujian tersebut. "Kalau berniat menyerang SBMPTN, bentuknya tidak begitu," ucapnya.
Saat disinggung adanya komputer yang terkena virus ketika pelaksaan SBMPTN CBT berlangsung, Bekti menyebut tidak akan mengganggu peserta. Tampilannya tidak terlihat karena menjadi "background" sistem aplikasi CBT.
"Istilahnya, kita hanya meminjam tampilan, monitor, dan "prosesor komputer client". Yang semuanya berada di sistem server kita," kata dia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Bekti saat dikonfirmasi di Surabaya, Senin mengatakan untuk ujian SBMPTN berbasis komputer dipastikan tidak terganggu secara signifikan dengan maraknya penyebaran virus "Ransomware Wannacry" tersebut. Sebab, virus tersebut menyerang sistem operasi Windows.
"Sementara untuk SBMPTN berbasis komputer servernya menggunakan sistem operasi di luar Windows. Jadi server artinya aman. Data-data kami juga aman,” kata dia.
Dia menambahkan, dari sisi komputer client yang dipakai peserta memang menggunakan Windows. Tetapi, programnya bakal diinjek dari program server. Dengan cara itu semua komputer client dijalankan, dan peserta tinggal menggunakan saja.
Kalaupun ada komputer peserta yang terkena "Ransomware", kata Bekti, hanya data-data di komputer tersebut yang dienkripsi oleh "Ransomware". Tapi, itu tidak ada hubungannya dengan aplikasi SBMPTN berbasis komputer.
"Virus "Ransomware" kan mengenkripsi data-data yang sudah ada di komputer Windows. Sedangkan data-data kami tidak akan disimpan di Windows itu. Komputer peserta kena, ya kena," ujarnya.
Dia mengungkapkan, "Ransomware" hanya mengenkripsi file tertentu dengan ekstensi tertentu. Sementara, ekstensi exe yang digunakan dalam SBMPTN CBT tidak bisa diserang. Jadi, tidak berpengaruh.
Dari sisi jaringan, lanjut dia, mungkin terkena pengaruh bila Ransomware masif terjadi di jaringan sekolah atau kampus yang dijadikan tempat ujian. Akan tetapi dalam pengerjaan soal berbasis komputer, peserta tidak selalu akses jaringan selama dua jam.
"Secara sistem batch akan meng-upload jawaban peserta ke server. Dan server ini berada di sekitar tempat ujian. Jadi, tidak menggunakan jaringan umum. Virus ini tidak terlalu signifikan," katanya.
Bekti mengungkapkan, pada dasarnya virus ini dibuat tidak untuk menyerang SBMPTN CBT. Ini lebih kepada efek saja terhadap pelaksanaan ujian tersebut. "Kalau berniat menyerang SBMPTN, bentuknya tidak begitu," ucapnya.
Saat disinggung adanya komputer yang terkena virus ketika pelaksaan SBMPTN CBT berlangsung, Bekti menyebut tidak akan mengganggu peserta. Tampilannya tidak terlihat karena menjadi "background" sistem aplikasi CBT.
"Istilahnya, kita hanya meminjam tampilan, monitor, dan "prosesor komputer client". Yang semuanya berada di sistem server kita," kata dia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017