Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggandeng Pusat Pengolahan Teknik Sistem Informasi Universitas Airlangga (PPTSI Unair) untuk membantu Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) mengembangkan sistem informasi manajemen di sebuah perguruan tinggi (PT).
"Sistem informasi manajemen di sebuah perguruan tinggi memang tidak mudah disediakan karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Setidaknya, sekitar Rp5 miliar yang harus disiapkan untuk bisa memiliki SI," kata Ketua PPTSI Unair Soegianto Soelistiono saat pelatihan khusus mengelola sistem informasi manajemen di kampus Unusa, Jumat.
Dia menjelaskan, Rp5 miliar itu meliputi penyediaan data center, blue print management dan sumber daya manusia (SDM) profesional.
Karena keterbatasan itulah, kata dia, banyak PT yang masih belum memiliki SI manajemen yang layak dan mumpuni. Padahal, ketersediaan SI bagi PT untuk saat ini sangatlah dibutuhkan.
Soegianto menjelaskan, pelatihan dengan melibatkan PTNU ini karena NU berupakan organisasi yang besar dan massif. "Dari sanalah, kami berpikir kalau lembaga pendidikan tinggi dari sebuah organisasi besar sudah dirangkul dan dimajukan. Insha Allah pendidikan itu akan merata," ujarnya.
Bukan hanya pelatihan dan workshop, PPTSI juga akan mendampingi PTNU itu agar bisa mandiri dalam mengelola sistem informasi manajemennya. Pendampingan itu, kata Soegianto akan berlangsung selamanya.
"Tidak hanya pendampingan tapi kami akan siapkan tiga unsur yang biayanya mahal itu di masing-masing PTNU di seluruh Indonesia yang berjumlah 230 lembaga. Kami akan siapkan data center, blue print management dan sumber daya manusia (SDM) profesional. Pokoknya PTNU tidak mengeluarkan uang sepeserpun," ujarnya.
Untuk bisa merealisasikannya, PPTSI menyiapkan dana sekitar Rp 10 miliar. Dana ini relatif kecil bila dibandingkan jika PTNu harus menyiapkan semuanya sendiri.
Sementara itu, Wakil Rektor III Unusa Ima Nadatien mengatakan persiapan sistem informasi manajemen di kampus-kampus NU di seluruh Indonesia itu sebenarnya ada kolerasi dengan pengisian data kampus secara lengkap dan komprehensif ke data fider Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).
"Saat ini pengisian data itu tidak lagi dilakukan secara manual. Sehingga tidak terjadi penumpukan hard copy di Kemristekdikti," ujarnya.
Dia menambahkan untuk bisa mengisi data di fider Kemristekdikti, kampus memang perlu meniliki sistem sehingga data yang diunggah bisa valid dan mudah.
"Unggahan itu dilakukan setiap semester. Dan tidak boleh terlambat. Kalau semester ganjil itu antara Februari dan Maret sementara semester genap di Agustus hingga September," katanya.
Data-data yang harus diunggah ke fider Kemristekdikti itu kata Ima, meliputi semua kegiatan kampus, mulai mahasiswa, dosen hingga prestasi yang diraih sivitas akademikanya. Data yang diisi itu bisa menentukan peningkatan akreditasi baik akreditasi program studi, fakultas maupum lembaga pendidikan tinggi itu sendiri.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Sistem informasi manajemen di sebuah perguruan tinggi memang tidak mudah disediakan karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Setidaknya, sekitar Rp5 miliar yang harus disiapkan untuk bisa memiliki SI," kata Ketua PPTSI Unair Soegianto Soelistiono saat pelatihan khusus mengelola sistem informasi manajemen di kampus Unusa, Jumat.
Dia menjelaskan, Rp5 miliar itu meliputi penyediaan data center, blue print management dan sumber daya manusia (SDM) profesional.
Karena keterbatasan itulah, kata dia, banyak PT yang masih belum memiliki SI manajemen yang layak dan mumpuni. Padahal, ketersediaan SI bagi PT untuk saat ini sangatlah dibutuhkan.
Soegianto menjelaskan, pelatihan dengan melibatkan PTNU ini karena NU berupakan organisasi yang besar dan massif. "Dari sanalah, kami berpikir kalau lembaga pendidikan tinggi dari sebuah organisasi besar sudah dirangkul dan dimajukan. Insha Allah pendidikan itu akan merata," ujarnya.
Bukan hanya pelatihan dan workshop, PPTSI juga akan mendampingi PTNU itu agar bisa mandiri dalam mengelola sistem informasi manajemennya. Pendampingan itu, kata Soegianto akan berlangsung selamanya.
"Tidak hanya pendampingan tapi kami akan siapkan tiga unsur yang biayanya mahal itu di masing-masing PTNU di seluruh Indonesia yang berjumlah 230 lembaga. Kami akan siapkan data center, blue print management dan sumber daya manusia (SDM) profesional. Pokoknya PTNU tidak mengeluarkan uang sepeserpun," ujarnya.
Untuk bisa merealisasikannya, PPTSI menyiapkan dana sekitar Rp 10 miliar. Dana ini relatif kecil bila dibandingkan jika PTNu harus menyiapkan semuanya sendiri.
Sementara itu, Wakil Rektor III Unusa Ima Nadatien mengatakan persiapan sistem informasi manajemen di kampus-kampus NU di seluruh Indonesia itu sebenarnya ada kolerasi dengan pengisian data kampus secara lengkap dan komprehensif ke data fider Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).
"Saat ini pengisian data itu tidak lagi dilakukan secara manual. Sehingga tidak terjadi penumpukan hard copy di Kemristekdikti," ujarnya.
Dia menambahkan untuk bisa mengisi data di fider Kemristekdikti, kampus memang perlu meniliki sistem sehingga data yang diunggah bisa valid dan mudah.
"Unggahan itu dilakukan setiap semester. Dan tidak boleh terlambat. Kalau semester ganjil itu antara Februari dan Maret sementara semester genap di Agustus hingga September," katanya.
Data-data yang harus diunggah ke fider Kemristekdikti itu kata Ima, meliputi semua kegiatan kampus, mulai mahasiswa, dosen hingga prestasi yang diraih sivitas akademikanya. Data yang diisi itu bisa menentukan peningkatan akreditasi baik akreditasi program studi, fakultas maupum lembaga pendidikan tinggi itu sendiri.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017