Kediri (Antara Jatim) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Jawa Timur, mengadakan "Workhsop" terkait dengan digital ekonomi yang memanfaatkan teknologi dalam jaringan, guna mendorong pembangunan ekonomi daerah.
     
"Saat ini memasuki era digital yang tidak bisa kita  cegah dan ini memiliki potensi pasar yang besar," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto di Kediri, Rabu.
     
Ia mengatakan, Indonesia memiliki pasar digital yang cukup besar. Seperti data yang diungkapkan oleh Ernst & Young (firma jasa profesional multinasional yang berpusat di London, Inggris, Britania Raya), tercatat sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna telepon pintar di Indonesia.
     
Djoko menyebut, pertumbuhan itu juga mendorong usaha yang semakin maju, salah satunya yang memanfaatkan dalam jaringan. Aktivitas jual beli lewat daring itu dapat secara langsung menghubungkan konsumen dengan produsen, termasuk berbagai UMKM di seluruh Indonesia.
     
"Dalam konteks tersebut, usaha daring memiliki potensi untuk menjembatani kebutuhan dan menggerakkan kegiatan sektor UMKM, serta masyarakat secara luas dan mendorong inklusi keuangan," katanya.
    
Ia berharap, dengan ini, akan semakin memperluas pasar UMKM, sehingga mereka juga bisa lebih berkembang, bahkan bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri.
     
Sementara itu, Kepala Seksi Teknologi E-Bisni Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Komunikasi dan Informatika Aris Kurniawan menyebut, perkembangan usaha lewat daring memang luar biasa.
     
"Pasar tradisional juga jalan, tapi transaksi di daring juga luar biasa besar," katanya.
     
Ia mengatakan, memang tidak semua produk diakomodasi melalui penjualan daring, namun dengan perkembangan teknologi, trend penjualan lewat daring juga meningkat.
     
Hal sama juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi Alief Rachman Kartiono. Pihaknya bahkan mendirikan situs jual beli khusus UMKM di Banyuwangi yang diresmikan pada 20 April 2016.
     
"Saat itu yang terdaftar 21 UMKM dengan jumlah produk sekitar 100, lalu meningkat hingga 67 UMKM dengan jumlah produk lebih dari 500 dan sudah diunggah di situs Banyuwangi mall," katanya.
     
Ia juga menambahkan, transaksinya juga cenderung fluktuatif. Pascaperesmian, transaksi yang tercatat Rp73 juta dan Rp21 juta, pascarekonsiliasi telah dilakukan "Cashout", sehingga total transaksi adalah Rp95 juta. 
     
Ia menambahkan, para pembeli mayoritas membeli produk makanan olahan yang harganya relatif kecil, dengan kisaran Rp5.000 per bungkus. Namun, nyatanya hal itu bisa mmebuat UMKM di daerah ini menjadi berkembang.
     
Dalam acara itu, selain dihadiri Kepala Perwakilan BI Kediri dan jajarannya, juga sejumlah tamu lainnya, baik dari kalangan pengusaha UMKM, perbankan. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017