Surabaya (Antara Jatim) - Oknum Guru Olahraga SD Dr Sutomo 1 Surabaya Singgih Priyo Hardiyanto diduga melakukan tindak kekerasan terhadap siswanya yang bernama GS dengan melakukan pukulan di kepalanya hingga berdarah pada Selasa (7/2).
Maria Goreti Yeti Rusdiana, orang tua GS, mengatakan pemukulan dilakukan saat pelajaran olahraga. Karena pukulan gagang sapu yang dilakukan oknum guru tersebut, kepala anaknya berdarah-darah.
"Kegiatannya saat itu loncat-loncat. Karena merasa capek dia berhenti sebentar, tiba-tiba didatangi guru olahraganya kemudian dipukul kepalanya," katanya saat berada di sekolah setempat, Rabu.
Yeti mengatakan pemukulan tersebut disaksikan sejumlah siswa. Sebelum terjadi pemukulan terhadap anaknya, guru olahraga yang bersangkutan sempat menjewer beberapa siswa lain. "Mungkin dia temperamen, karena pernah anak kelas II ditendang juga," ujarnya.
Yeti mengatakan kejadian seperti itu tak sepatutnya terjadi, karena dengan profesinya sebagai guru, seharusnya bisa menjadi teladan bagi para siswanya. "Jadi guru yang bener. Guru kan 'digugu dan ditiru', masak seperti itu," ujarnya.
Ia juga menyesalkan dengan terjadinya kasus pemukulan terhadap putri sulungnya tersebut. Yeti berharap, tindak kekerasan tak terjadi lagi di sekolah. Ia heran putrinya mendapat perlakukan seperti itu, padahal putrinya sering ikut lomba mewakili sekolahnya.
Sementara itu, Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya bersama Dinas Kesehatan dan Psikolog serta unit Satreskrim Polrestabes Surabaya akan melakukan investigasi dan pendampingan terhadap korban setelah adanya insiden itu.
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, M Ikhsan, saat ditemui di sekolah setempat mengatakan pihaknya langsung mendatangi sekolah tersebut untuk melakukan investigasi bersama anggota Polrestabes Surabaya setelah mendengar kabar adanya insiden tersebut.
"Atas kejadian ini kami sangat terkejut, dari itu kami datang kesini untuk memastikan duduk perkara atas kejadiannya, namun kami menjamin bahwa adik GS, siswa yang menjadi korban masih tetap bisa melakukan aktivitasnya (bersekolah), karena kami siap melakukan pendampingan bersama psikolog dan Dinas Kesehatan," kata Ikhsan.
Ikhsan menjelaskan guru bersangkutan merupakan guru tidak tetap yang diperbantukan untuk mengajar mata pelajaran olahraga, dan telah mengajar selama kurang lebih lima tahun.
"Tadi pihak keluarga beserta kepala sekolah dan guru olahraga yang melakukan pemukulan melakukan mediasi bersama Polrestabes Surabaya. Nantinya kami masih mengumpulkan fakta-fakta yang ada untuk menentukan sanksi apa yang tepat terhadap kasus seperti itu," ucapnya.
Sementara itu, kepala SD Dr Soetomo 1 Surabaya, Rusdjati Kusuma W mengakui bahwa adanya seorang guru olahraga melakukan pemukulan terhadap seorang siswa kelas 4 C.
"Tadi juga pak kadis menegaskan kepada guru olahraga itu bahwa kalau tidak sanggup menjadi guru, ya silahkan berkonsultasi untuk berhenti. Namun, pak Singgih mengatakan masih sanggup dan berjanji bisa mengubah perilaku terhadap siswa dan tidak melakukan sanksi pemukulan," kata Rusdjati. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Maria Goreti Yeti Rusdiana, orang tua GS, mengatakan pemukulan dilakukan saat pelajaran olahraga. Karena pukulan gagang sapu yang dilakukan oknum guru tersebut, kepala anaknya berdarah-darah.
"Kegiatannya saat itu loncat-loncat. Karena merasa capek dia berhenti sebentar, tiba-tiba didatangi guru olahraganya kemudian dipukul kepalanya," katanya saat berada di sekolah setempat, Rabu.
Yeti mengatakan pemukulan tersebut disaksikan sejumlah siswa. Sebelum terjadi pemukulan terhadap anaknya, guru olahraga yang bersangkutan sempat menjewer beberapa siswa lain. "Mungkin dia temperamen, karena pernah anak kelas II ditendang juga," ujarnya.
Yeti mengatakan kejadian seperti itu tak sepatutnya terjadi, karena dengan profesinya sebagai guru, seharusnya bisa menjadi teladan bagi para siswanya. "Jadi guru yang bener. Guru kan 'digugu dan ditiru', masak seperti itu," ujarnya.
Ia juga menyesalkan dengan terjadinya kasus pemukulan terhadap putri sulungnya tersebut. Yeti berharap, tindak kekerasan tak terjadi lagi di sekolah. Ia heran putrinya mendapat perlakukan seperti itu, padahal putrinya sering ikut lomba mewakili sekolahnya.
Sementara itu, Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya bersama Dinas Kesehatan dan Psikolog serta unit Satreskrim Polrestabes Surabaya akan melakukan investigasi dan pendampingan terhadap korban setelah adanya insiden itu.
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, M Ikhsan, saat ditemui di sekolah setempat mengatakan pihaknya langsung mendatangi sekolah tersebut untuk melakukan investigasi bersama anggota Polrestabes Surabaya setelah mendengar kabar adanya insiden tersebut.
"Atas kejadian ini kami sangat terkejut, dari itu kami datang kesini untuk memastikan duduk perkara atas kejadiannya, namun kami menjamin bahwa adik GS, siswa yang menjadi korban masih tetap bisa melakukan aktivitasnya (bersekolah), karena kami siap melakukan pendampingan bersama psikolog dan Dinas Kesehatan," kata Ikhsan.
Ikhsan menjelaskan guru bersangkutan merupakan guru tidak tetap yang diperbantukan untuk mengajar mata pelajaran olahraga, dan telah mengajar selama kurang lebih lima tahun.
"Tadi pihak keluarga beserta kepala sekolah dan guru olahraga yang melakukan pemukulan melakukan mediasi bersama Polrestabes Surabaya. Nantinya kami masih mengumpulkan fakta-fakta yang ada untuk menentukan sanksi apa yang tepat terhadap kasus seperti itu," ucapnya.
Sementara itu, kepala SD Dr Soetomo 1 Surabaya, Rusdjati Kusuma W mengakui bahwa adanya seorang guru olahraga melakukan pemukulan terhadap seorang siswa kelas 4 C.
"Tadi juga pak kadis menegaskan kepada guru olahraga itu bahwa kalau tidak sanggup menjadi guru, ya silahkan berkonsultasi untuk berhenti. Namun, pak Singgih mengatakan masih sanggup dan berjanji bisa mengubah perilaku terhadap siswa dan tidak melakukan sanksi pemukulan," kata Rusdjati. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017