Trenggalek (Antara Jatim) - Akses jalur Trenggalek-Ponorogo di kilometer 17, Desa Nglinggis, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, akhirnya bisa dibuka dengan sistem buka-tutup setelah beberapa bongkahan batu besar yang menutup badan jalan dipecah dan disingkirkan menggunakan alat berat.
    
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Trenggalek Joko Rusianto di Trenggalek, Minggu mengatakan pembukaan jalur selatan melalui Trenggalek-Ponorogo hingga Wonogiri, Jawa Tengah, itu telah dilakukan sejak Sabtu (28/1) atau dua hari pascalongsor terjadi pada Kamis (26/1).
    
"Akses sudah bisa dilalui sejak kemarin, namun belum bisa sepenuhnya karena masih ada sisa material longsor yang masih harus dibersihkan," katanya.  
    
Ia memperkirakan, normalisasi jalan nasional di perbatasan Trenggalek-Ponorogo itu tuntas Minggu sore atau maksimal Senin (30/1).   
    
Saat ini petugas gabungan menggunakan sejumlah alat berat terus berupaya menyingkirkan sisa batuan yang masih berserak di sekitar jalan raya antarkota tersebut supaya tidak mengganggu kenyamanan arus lalu lintas.
    
Sementara, puluhan kendaraan terutama jenis roda empat atau lebih yang sebelumnya mengantre diparkir di tepi jalan menunggu proses normalisasi berangsur berkurang.
    
Petugas kepolisian lalu lintas dibantu dinas perhubungan daerah secara bertahap memandu kendaraan-kendaraan besar, utamanya jenis truk dan bus untuk menyeberangi titik longsor, sementara proses pembersihan masih terus dilakukan.
    
"Selain masih ada sisa longsor, jalur ini masih licin karena tanah liat yang tercampur air di atas aspal sehingga pengendara diimbau hati-hati," ujarnya.   
    
Saat ini, arus lalu lintas di jalur Trenggalek-Ponorogo berangsur normal.
    
Namun volume pengendara yang melintas terpantau padat merayap dampak pemberlakuan sistem buka-tutup dimana arus lalu lintas dari dua arah berjalan bergantian dengan jeda waktu tertentu.
    
Longsor di jalan nasional Trenggalek-Ponorogo, Desa Nglinggis, Kecamatan Tugu, sudah berulang kali terjadi.
    
Dalam sebulan ini saja, menurut BPBD Trenggalek tercatat sudah belasan kali longsor terjadi dan mayoritas di antaranya menyebabkan arus lalu lintas terputus total.
    
Selain faktor cuaca ekstrem efek la nina, kondisi tebing dan jurang yang mengapit jalur antarkota di perbatasan Trenggalek-Ponorogo itu ditengarai sebagai pemicu kerapnya terjadi tanah longsor atau pergerakan tanah secara terus-menerus.  
    
Sebelum longsor besar pada Kamis (26/1) di kilometer 17, dua hari sebelumnya longsor dengan skala lebih sempat terjadi di dua titik, yakni di kilometer 16 dan 17 dan menyebabkan akses lalu lintas terputus total.
    
Kejadian longsor besar terakhir yang nyaris menimpa bangunan rumah toko milik Datuk Nurhandik asal Madura terjadi hanya selang kurang dari 24 jam sejak jalur penghubung dua kabupaten itu berhasil dibuka dampak kejadian pergerakan tanah sebelumnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017