Bojonegoro (Antara Jatim) - Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meminta pemerintah kabupaten (pemkab) segera membenahi lingkungan perajin tahu dengan memasang instalasi pengolah limbah (IPL).
"Pemasangan IPL sangat ditunggu perajin tahu untuk mendukung pengembangan kerajinan tahu sebagai kawasan wisata kuliner," kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Bojonegoro Arifin, di Bojonegoro, Senin.
Sesuai informasi yang diterima, katanya, tim Disperindag sudah melakukan pengukuran di lokasi tanah yang akan menjadi lokasi IPL yang akan mengolah limbah perajin tahu di Kelurahan Ledokkulon, Kecamatan Kota.
"Sesuai rencana ada tiga IPL yang akan dipasang di lingkungan perajin tahu Ledokkulon, tetapi sampai hari ini belum ada kejelasan," ucapnya.
Padahal, menurut dia, para perajin tahu dan tempe yang menjadi sentra industri tahu di daerah setempat dengan jumlah sekitar 150 perajin sudah mencanangkan daerah setempat sebagai kawasan objek wisata kuliner.
Di sejumlah lokasi, lanjut dia, perajin tahu sudah mempersiapkan lokasi yang bisa dikunjungi wisatawan domestik (wisdom) untuk langsung menikmati kuliner tahu dan melihat tata cara membuat tahu.
"Di tempat saya juga saya sediakan untuk dikunjungi wisatawan. Sejak pencanangan Ledokkulon sebagai wisata kuliner sudah ada pengunjung dari luar daerah seperti Yogyakarta yang datang," tuturnya.
Ia memberikan gambaran di rumahnya juga dijadikan tempat berkunjung wisdom, karena di rumahnya juga mengolah tahu dengan bahan kedelai 1,5 kuintal dan 25 kilogram untuk pembuatan tempe per hari.
Kepala Kelurahan Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, Bojonegoro Sumantri menjelaskan pengembangan Ledokkulon sebagai objek wisata kulinter terhambat dengan anggaran yang dimiliki kelurahan.
"Kami tidak bisa mengalokasikan anggaran untuk melakukan penataan industri tahu Ledokkulon menjadi lokasi objek wisata, karena kelurahan tidak memperoleh anggaran seperti desa," katanya.
Dengan demikian, katanya, pengembangan Ledokkulon menjadi lokasi objek wisata kuliner setelah berhasil menggelar Festival Tahu harus ditangani pemkab.
Ia membenarkan permasalahan yang menghambat pengembangan Ledokkulon sebagai objek wisata kuliner yaitu limbah tahu tidak ada yang dilengkapi IPL.
"Ya lokasinya jadinya kumuh karena pembuangan limbah langsung masuk Bengawan Solo," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Pemasangan IPL sangat ditunggu perajin tahu untuk mendukung pengembangan kerajinan tahu sebagai kawasan wisata kuliner," kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Bojonegoro Arifin, di Bojonegoro, Senin.
Sesuai informasi yang diterima, katanya, tim Disperindag sudah melakukan pengukuran di lokasi tanah yang akan menjadi lokasi IPL yang akan mengolah limbah perajin tahu di Kelurahan Ledokkulon, Kecamatan Kota.
"Sesuai rencana ada tiga IPL yang akan dipasang di lingkungan perajin tahu Ledokkulon, tetapi sampai hari ini belum ada kejelasan," ucapnya.
Padahal, menurut dia, para perajin tahu dan tempe yang menjadi sentra industri tahu di daerah setempat dengan jumlah sekitar 150 perajin sudah mencanangkan daerah setempat sebagai kawasan objek wisata kuliner.
Di sejumlah lokasi, lanjut dia, perajin tahu sudah mempersiapkan lokasi yang bisa dikunjungi wisatawan domestik (wisdom) untuk langsung menikmati kuliner tahu dan melihat tata cara membuat tahu.
"Di tempat saya juga saya sediakan untuk dikunjungi wisatawan. Sejak pencanangan Ledokkulon sebagai wisata kuliner sudah ada pengunjung dari luar daerah seperti Yogyakarta yang datang," tuturnya.
Ia memberikan gambaran di rumahnya juga dijadikan tempat berkunjung wisdom, karena di rumahnya juga mengolah tahu dengan bahan kedelai 1,5 kuintal dan 25 kilogram untuk pembuatan tempe per hari.
Kepala Kelurahan Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, Bojonegoro Sumantri menjelaskan pengembangan Ledokkulon sebagai objek wisata kulinter terhambat dengan anggaran yang dimiliki kelurahan.
"Kami tidak bisa mengalokasikan anggaran untuk melakukan penataan industri tahu Ledokkulon menjadi lokasi objek wisata, karena kelurahan tidak memperoleh anggaran seperti desa," katanya.
Dengan demikian, katanya, pengembangan Ledokkulon menjadi lokasi objek wisata kuliner setelah berhasil menggelar Festival Tahu harus ditangani pemkab.
Ia membenarkan permasalahan yang menghambat pengembangan Ledokkulon sebagai objek wisata kuliner yaitu limbah tahu tidak ada yang dilengkapi IPL.
"Ya lokasinya jadinya kumuh karena pembuangan limbah langsung masuk Bengawan Solo," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016