Surabaya (Antara Jatim) - Jatim Art Forum 2016 yang digelar Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) sejak 15 Desember telah menghasilkan kesepakatan di antara seniman dan pelaku kebudayaan di Jawa Timur untuk memprokalamasikan kembali kebudayaan lokal, yang dinilai telah tergerus budaya asing sebagai akibat dari derasnya kemajuan teknologi informasi.
Jatim Art Forum 2016 mengambil tema “Mulat Wani” berlangsung di Kompleks Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), diSurabaya, akan berlangsung hingga 21 Desember.
Ketua DKJT Taufik “Monyong” Hidayat yang dikonfirmasi di Surabaya, Minggu menjelaskan “Mulat Wani” yang menjadi tema Jatim Art Forum tahun ini dimaksudkan untuk membongkar cara berpikir seniman dalam proses berkarya di era yang semakin digital seperti sekarang ini.
Ketua DKJT Taufik “Monyong” Hidayat yang dikonfirmasi di Surabaya, Minggu menjelaskan “Mulat Wani” yang menjadi tema Jatim Art Forum tahun ini dimaksudkan untuk membongkar cara berpikir seniman dalam proses berkarya di era yang semakin digital seperti sekarang ini.
"Jatim Art Forum merupakan agenda tahunan DKJT. Tahun ini adalah penyelenggaraan yang ketiga. Setiap tahunnya selalu menghasilkan kesepakatan untuk dijalani bersama pada tahun berikutnya. Seperti pada Jatim Art Forum tahun pertama menyepakati sebagai tahun budaya, Jatim Art Forum tahun lalu menyepekati negosiasi kebudayaan dengan pemerintah, dan tahun ini kita menyepakati reproklamasi kebudayaan," ujarnya.
Taufik mengatakan, kemajuan teknologi membuat pola berpikir seniman menjadi instan dalam berkarya. Sebab kecanggihan teknologi saat ini memang memungkinkan memberi kemudahan seniman untuk bekerja secara individu.
"Kalau dulu kan tidak. Dalam proses berteater misalnya, yang ngisi musiknya adalah seniman yang berkompeten di bidang musik. Pentas tari juga begitu, yang ngisi musiknya ya musisi beneran. Sekarang kan tidak, banyak yang ambil gampangnya, dengan cara mendownload, ini kan kacau," katanya.
Karenanya, Reproklamasi Kebudayaan, yang disepakati dalam Art Forum 2016, diharapkan para seniman dari berbagai bidang, seperti musik, tari, teater, film, senirupa dan sastra agar memformat ulang proses kreatifnya. Bagi Taufik, perubahan zaman yang selalu melahirkan kecanggihan teknologi merupakan suatu tantangan bagi seniman.
"Di sisi lain, kecanggihan teknologi itu dengan mudah dapat menjajah kita dari sisi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dan saya yakin kita dapat membentengi bentuk penjajahan seperti ini dengan kebudayaan, caranya ya dengan mereproklamasi kebudayaan kita sendiri," ungkapnya.
Jatim Art Forum 2016, sejak dibuka pada 15 Desember, selain beragendakan kegiatan orasi budaya dan diskusi, juga menampilkan sarasehan sastra, serta sejumlah pertunjukan tari dan teater oleh seniman lokal Jawa Timur. Selain itu juga digelar pameran lukisan hingga tanggal 21 Desember.
Taufik menambahkan, satu agenda tersisa Art Forum 2016 yaitu membahas tentang format hubungan internasional kebudayaan Jawa Timur, yang akan digelar pada penutupan tanggal 21 Desember mendatang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016