Tulungagung (Antara Jatim) - Instalasi irigasi pertanian untuk mengairi ratusan hektare sawah yang melintasi Sungai Parit Raya di Desa Tanggulwelahan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur,  putus setelah fondasi talang air di tengah sungai ambrol tergerus banjir.
    
Sejumlah petani dan petugas babinsa Desa Tanggungwelahan, Kecamatan Besuki, Sabtu mengatakan, kerusakan konstruksi talang air terjadi pada Jumat (21/10) sore saat debit sungai Parit Raya meningkat dampak banjir kiriman dari arah Trenggalek.

"Banyak 'garangan pring' (sampah rumpun bambu) yang tersangkut di fondasi talang air sehingga menyebabkan arus berputar menggerus fondasi," kata Firda Sukardi, Babinsa Desa Tanggulwelahan.
    
Saat tiang penyangga talang air mulai putus, kata dia, debit air Sungai Parit Raya yang memilik lebar sekitar 30 meter lebih dan kedalaman hingga dasar sungai sekitar 10 meter lebih itu sangat besar dampak banjir kiriman dari Trenggalek.
    
Banyaknya sampah rumpun bambu yang tersangkut di kaki-kaki tiang penyangga talang air membuat laju arus air tertahan dan arus yang keluar mengalir berputar balik menggerus fondasi sehingga ambrol.
    
"Talang air yang terbuat dari struktur baja dengan penampang atas selebar setengah meter ini sering dijadikan jalur pintas warga untuk menyeberang," katanya.
    
Dampak putusnya talang jaringan irigasi pertanian tersebut, lanjut Firda, sekitar 270 hektare sawah di Desa Tanggulwelahan dan sekitarnya terancam kekeringan akibat suplai air terhenti.
    
Imbas serupa juga dialami sekitar 400 hektare sawah di Desa Ngunggahan, Kecamatan Bandung yang berada di jarak yang lebih jauh, karena talang air yang putus merupakan jaringaj irigasi utama yang disalurkan ke persawahan penduduk melompati Sungai Parit Raya.
    
"Jika (talang air) tidak segera diperbaiki maka dalam tempo antara 3-7 hari sawah yang mulai masuk musim tanam di Tanggulwelahan dan sekitarnya akan kering," kata Miran (55), petani setempat.
    
Menurut dia, sebenarnya masih ada solusi dilakukan petani untuk menyelamatkan suplai air persawahan mereka, yakni dengan menyewa pompa air untuk menyedot air Sungao Parit Raya dan disalurkan ke persawahan penduduk setempat.
    
Namun mengingat biaya atau ongkos sewa yang tinggi, sekitar Rp300 ribu per 100 ru, Miran mengatakan beban biaya produksi itu memberatkan petani apalagi kebutuhan pengairan tidak hanya cukup sekali suplai.
    
"Satu-satunya jalan ya harus diperbaiki secepatnya. Jika tidak, petani dipastikan gagal tanam," ujarnya.
    
Staf Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tulungagung Triwidyo Basuki atau Okky menyatakan saat ini masih menghitung dampak kerugian dan potensi kekeringan yang dialami lahan pertanian di wilayah Besuki sebagai dampak putusnya talang air irigasi di Desa Tanggulwelahan tersebut.
    
"Dampaknya tidak sekarang, tapi memang ada potensi kekeringan jika suplai air terus terhenti," ujarnya.
    
Ia mengatakan, Dinperta Tulungagung akan mengupayakan penyediaan bantuan peralatan pompa air untuk menjaga suplai air ke persawahan di Desa Tanggulwelahan dan sekitarnya tetap terjaga hingga talang air yang patah diperbaiki.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016