Jakarta, (Antara) - Negara Indonesia diberkahi dengan kekayaan alam yang melimpah. Lintas khatulistiwa tampaknya menjadi salah satu bukti bahwa garis alam pun mendukung potensi energi wilayah Nusantara. Salah satu potensi energi berasal dari perut bumi pertiwi yang belum dimaksimalkan adalah gas bumi.

Tidak salah jika beberapa pengamat migas mengatakan bahwa dengan memaksimalkan energi sumber daya alam berupa gas bumi, diprediksikan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar tujuh persen.

Gas bumi sendiri memiliki perbedaan dengan Liquified Petroleum Gas (LPG), namun banyak masyarakat yang belum memahami perbedaan tersebut.

Sales Area Head PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Cirebon Ade Sutisna menjelaskan bahwa gas bumi merupakan gas yang berasal dari hasil eksplorasi kilang sumur gas. Komponen utama senyawa gas ini adalah metana (CH4) yang merupakan molekul hidrokarbon paling pendek dan ringan daripada jenis gas yang lain.

Kemudian hasil dari penambangan gas bumi tersebut dimurnikan untuk dipisahkan dari kotoran-kotoran. Gas hasil pemurnian tersebut kemudian disalurkan ke stasiun gas melalui pipa gas bumi hingga ke konsumen. Karena berat jenisnya lebih ringan dari udara, sehingga ketika terjadi kebocoran gas akan bergerak menuju atas serta bergerak bebas ke udara, lain dengan LPG (Elpiji) yang berat jenisnya lebih besar, sehingga akan terkumpul ke bawah jika terjadi kebocoran. Gas bumi lebih memiliki karakter ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi, selain itu harga jualnya lebih murah, yakni sepertiga dari elpiji.

Tidak seperti dengan minyak bumi, pemanfaatan gas bumi di Indonesia belum maksimal. Menurut data, sebanyak 47 persen energi Indonesia masih didominasi oleh pengolahan minyak, dan gas sebanyak 24 persen, batu bara 24 persen energi baru terbarukan (EBT) sebanyak lima persen.

Sedangkan perencanaan bauran energi nasional 2025, akan ditargetkan minyak menjadi 25 persen, gas 22 persen, batu bara 30 persen, dan EBT 23 persen (geothermal, windpower, solarpower). Penurunan konsentrasi fokus minyak dari 47 persen menuju 25 persen menjadi peluang bagi gas untuk menunjukkan potensi terbaiknya.

Ekonomi Mandiri

Melalui potensi murahnya gas bumi ini, tanpa impor dari luar negeri, beberapa industri rumah tangga mulai memanfaatkan keunggulan gas bumi melalui distribusi PGN. Bahkan pasokan bahan bakar dari Perusahaan Gas Negara (PGN) mampu meningkatkan omzet pendapatan salah satu pengusaha rumah makan hingga sebesar 50 persen.

Hal tersebut diakui oleh Nur Wahid, yang merupakan pemilik rumah makan Nasi Jamblang Bu Nur, di Cirebon. "Setelah menggunakan gas dari PGN, pendapatan kami bisa meningkat 50 persen, karena pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat," kata Nur Wahid.

Jika memakai gas berjenis LPG biaya pemakaian bahan bakar per bulan bisa mencapai Rp15 juta sampai Rp20 juta jika sedang ramai, sedangkan setelah beralih ke gas PGN, biaya pemakaian bahan bakar hanya Rp7 juta per bulan. Biaya bisa dikontrol melalui meteran yang terpasang, layaknya memantau meteran listrik.

Nur Wahid menjelaskan jumlah kompor yang harus teraliri gas atau harus menyala setiap hari sebanyak 15 buah, atau berarti memiliki sebanyak 30 buah tungku yang harus beroperasi setiap harinya. Kemudian jam operasional tungku tersebut dimulai dari jam 04.00 wib hingga jam 17.00 wib. 

Nur Wahid menjelaskan untuk memperoleh aliran gas alam dari PGN, ia harus mengurus administrasi dan lama tunggu sekitar empat bulan.

"Administrasinya mudah hanya masalah waktu tunggu saja. Selain itu, untuk instalasi harus disediakan sendiri oleh konsumen, namun tetap mendapat bantuan persediaan perlengkapan dari PGN," katanya.

Industri kimia pun tidak ketinggalan dari memanfaatkan keuntungan gas bumi. CV Sumberjaya Kapur, perusahaan penghasil kalsium oksida atau bubuk kapur di Cirebon bahkan memanfaatkan distribusi gas dari PGN hingga generasi ketiga di keluarganya.

Dadang Iskandar, pemilik pabrik tersebut menjelaskan pihaknya menggunakan gas dari PGN sejak tahun 1966. "Bubuk kapur dari kami rata-rata diproduksi sebanyak 750 ton setiap bulannya, atau menghasilkan sekitar Rp900 juta per bulan omzetnya," kata Dadang.

Keuntungan dari gas yang dipakai adalah panas api yang dihasilkan pas untuk melepaskan CO2 dari batu kapur, daripada menggunakan minyak atau kayu bakar yang bisa menimbulkan polusi udara serta lebih lama proses pembakarannya.

Api di tungku miliknya tidak padam selama 24 jam operasional, dan biaya operasional bahan bakar menurutnya bisa menghemat sekitar 50 persen daripada LPG. Selain itu, faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama, sebab tekanan gas bumi lebih rendah, sehingga jika terjadi kebocoran, masih bisa diantisipasi.

"Petugas selalu melakukan kontrol kepada kami serta perawatan pipa, sehingga itu sangat membantu dan memberikan ketenangan," katanya.

Kemudian nafas perekonomian lainnya melalui PT Genteng Teracotta Industri (GTI), pabrik ini bahkan sudah mengikat PGN dengan kontrak untuk bisa memenuhi pasokan gas sebanyak 204 ribu meter kubik setiap bulannya untuk proses pengeringan genteng. Per harinya rata-rata konsumsi gas menghabiskan sekitar 6.500 meter kubik, kata Staff Pemasaran PT GTI  Agus Nugraha.

"Dulu sempat memakai minyak mdf (kualitas di bawah solar), namun hasilnya lama, serta membutuhkan infrastruktur lebih banyak, sehingga kemudian beralih ke gas bumi," kata Agus.

Pabrik yang memiliki 300 karyawan ini mengaku hasilnya bisa lebih dari dua kali lipat semenjak beralih dengan bahan bakar gas bumi.

Manfaat ini, selanjutnya mendapat apresiasi atas saluran gas alam dari Perusahaan Gas Negara (PGN) yang telah didistribusikan kepada 4.000 rumah tangga di wilayah Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Cirebon, Jawa Barat.

"Kami sangat terbantu, karena biaya penggunaan bahan bakar lebih hemat, dan tekanan gas juga rendah sehingga risiko kecelakaan atau meledak lebih kecil," kata Yuni Resdiyanti, salah satu warga Harjamukti.

Ia mengatakan bahwa sistem pembayaran juga mudah karena banyak tersedia di loket atau beberapa toko pengecer ternama.

Selain itu, Eka Sukarya, pelanggan rumah tangga lainnya dari saluran PGN, juga menyampaikan hal yang sama, bahwa penggunaan gas alam lebih mudah dan tidak perlu mengangkat berat tabung-tabung gas.

Proyek saluran gas alam untuk 4.000 rumah tangga di Cirebon, sebenarnya merupakan rancangan aset dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sedangkan, PGN hanya menjalankan dan mengoperasikan jalannya proyek tersebut.

Walaupun demikian, hingga saat ini infrastruktur untuk distribusi gas masih menjadi kendala utama dalam pelayanan distribusi gas bumi hingga ke pelanggan, karena sistem penyaluran gas diproses seperti listrik, yaitu melalui media pipa ke rumah-rumah atau pabrik, sehingga instalasi jaringan pipa perlu tersedia.(*)

Pewarta: Afut Syafril

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016