Bojonegoro (Antara Jatim) - Disnakertransos Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mulai membentuk kampung siaga bencana banjir di sejumlah lokasi untuk mengantisipasi dalam menghadapi bencana banjir luapan Bengawan Solo dan banjir bandang.
    
"Pembentukan kampung siaga bencana banjir ini untuk mempersiapkan masyarakat agar bisa mandiri tidak menggantungkan pemerintah kabupaten (pemkab) dalam menghadapi bencana," kata Kepala Disnakertransos Bojonegoro Adi Witjaksono, di Bojonegoro, Rabu.
    
Ia menyebutkan lokasi yang sudah terbentuk kampung siaga bencana banjir yaitu di Desa Sekaran, Kecamatan Balen.
    
Kampung siaga bencana banjir di desa setempat juga melibatkan warga di sejumlah desa juga di Kecamatan Balen.
    
"Warga dari berbagai desa di Kecamatan Balen, sebelumnya sudah memperoleh pelatihan dalam menghadapi bencana banjir, mulai evakuasi juga berbagai hal lainnya termasuk membuka dapur umum," jelas dia.
    
Menurut dia, kampung siaga bencana banjir di Desa Sekaran, Kecamatan Balen itu, akan menjadi pusat berbagai kegiatan warga yang mengungsi disebabkan banjir luapan Bengawan Solo.
    
"Kegiatan yang dilakukan warga, di antaranya, membuat dapur umum dengan bahan sembako dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur." ucapnya menambahkan.
    
Menyusul setelah ini, kata dia, pembentukan kampung siaga bencana banjir juga akan dilakukan di sebuah desa di Kecamatan Gondang.
    
"Di Kecamatan Gondang, rawan bencana banjir bandang dari anak sungai yang mengalir di desa setempat," ucapnya menegaskan.
    
Ia mengakui jumlah kampung siaga bencana banjir masih minim, dibandingkan dengan luas dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir luapan Bengawan Solo dan banjir bandang di daerahnya.
    
Tapi, lanjut dia, dengan adanya kampung siaga bencana banjir itu bisa mengurangi penanganan pengungsi banjir Bengawan Solo dan banjir bandang yang biasanya berkumpul di sejumlah lokasi.
    
"Adanya kampung siaga bencana banjir maka warga bisa mandiri tanpa mengantungkan pemkab dalam menghadapi banjir," ucapnya menegaskan.
    
Sesuai laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan curah hujan di daerah setempat akan tinggi selama Oktober, November dan Desember.
    
Bahkan, ancaman bencana di daerah setempat tidak hanya banjir luapan Bengawan Solo dan banjir bandang, tapi juga tanah longsor yang mengancam 12 kecamatan disebabkan curah hujan yang tinggi. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016