Jember (Antara Jatim) - Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengimbau petani tidak menanam tembakau pada 2016 ini karena cuaca ekstrem dan permintaan tembakau, baik di dalam maupun luar negeri masih "lesu".

"Kami meminta masyarakat mengurangi areal tanam tembakau dan petani diharapkan beralih menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan," kata Kepala Disbunhut Jember Masykur di Jember, Senin.

Informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Klas 1 Juanda menyebutkan kondisi perairan di Jawa Timur cenderung hangat pada bulan Juni hingga Oktober 2016, sehingga mengakibatkan uap air cenderung banyak dan membentuk awan-awan rendah penyebab hujan dan hal itu termasuk fenomena La Nina atau kemarau basah.

"Curah hujan diprediksi akan terjadi hingga Oktober 2016, sehingga petani tembakau diharapkan tidak memaksakan diri untuk menanam tembakau jenis apapun karena cuaca ekstrem dapat merusak daun tembakau," tuturnya.

Menurutnya, selama dua tahun terakhir harga tembakau anjlok, bahkan harga tembakau kasturi di Kabupaten Jember dihargai kisaran Rp500 hingga Rp1.000 per kilogram, sehingga petani diminta memperhatikan cuaca dan kebutuhan pasar.

"Petani diimbau menanam komoditas lain seperti komoditas palawija dan padi yang lebih menguntungkan dibandingkan tembakau," ujarnya.

Disbunhut Jember mencatat estimasi permintaan pasar tembakau tahun 2016 menurun dibandingkan tahun 2015 yakni permintaan Naa Oogst tradisional sebesar 500 ton dengan areal tanam 294 hektare, sedangkan tahun lalu tercatat luasan lahan sebanyak 618 hektare.

Pada tembakau Naa Oogst Tanam Awal (Nota) kebutuhannya sebanyak 2.330 ton dengan estimasi areal hanya 1.658 hektare dan Voor Oogst Kasturi kebutuhannya 6.450 ton atau seluas 4.300 hektare,  tembakau rajangan dan white burley masing masing hanya 500 hektare lahan. 

Sementara salah seorang petani tembakau kasturi di Jember, Abdurrahman mengatakan sebagian petani beralih menanam komoditas palawija karena curah hujan yang cukup tinggi mengguyur Kabupaten Jember.

"Biasanya musim tanam tembakau pada Juni dan Juli, namun hingga kini curah hujan masih cukup tinggi di Jember, sehingga petani mengurangi areal tanam tembakau dan menanam jagung, kedelai, cabai, dan sayuran yang lebih menguntungkan," tuturnya.

Ia mengatakan tanaman tembakau sangat tergantung cuaca, sehingga cuaca ekstrem dan kemarau basah dapat memengaruhi kualitas daun tembakau karena tembakau jenis kasturi dan rajangan membutuhkan matahari dalam proses pengeringan.

"Jika tidak mendapatkan matahari yang cukup pada saat proses pengeringan, maka kualitas daun tembakau akan buruk dan menyebabkan harga jual pun akan anjlok," ujarnya.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016