Dari jalan raya arah Bojonegoro ke Ngawi, terdapat pertigaan, namanya pertigaan Palang Wesi. Disitulah jalan utama menuju kampung adat Samin, tepatnya berada di Dusun Jepang.

Usai melintasi portal, di sisi kanan terdapat tempat pemakaman umum, seolah menjadi pintu gerbang masuk kawasan hutan, milik Perhutani.

Dusun Jepang, salah satu dusun dari sembilan dusun di Desa Margomulyo yang berada di kawasan hutan seluas 74,733 hektare.

Jaraknya sekitar 4,5 kilometer dari Ibu Kota Kecamatan Margomulyo, atau 69 kilometer arah barat-selatan atau kurang lebih dengan jarak tempuh antara 2-2,5 jam perjalanan dengan kendaraan dari tengah kota Bojonegoro, dan 259 kilometer dari Surabaya.

Jalannya kecil, tak lebih dari dua meter. Jika ada satu mobil melintas maka satu mobil lainnya dari arah berlawanan harus menepi dan merelakan rodanya terjerat rerumputan, bahkan masuk di kudapan lumpur.

Dulu bahkan, jalannya hanya setapak, motor melintas pun wajib berhati-hati jika tak ingin terperosok.

Kini, jalannya mulai diperbaiki. Bukan dengan aspal, namun paving dengan harapan lebih kuat saat dilintasi dan tidak mudah rusak.

Berjalan menyusuri hutan yang kanan-kirinya dirindangi pohon jati, sekitar 3,5 kilometer kemudian berdiri bangunan sekolah dasar yang seolah menyambut pendatang, sekaligus sebagai penanda sudah sampai di Dusun Jepang, Kecamatan Margomulyo.

Tidak lebih dari 50 meter masuk dari sisi kanan sekolahan, rumah-rumah adat khas Samin berjejer. Saat siang, kampungnya agak sepi.

Nyaris tak terlihat aktivitas penduduk, hanya satu- dua ibu yang menjemur biji jagung di atas terpal di halaman rumah.

"Ya seperti ini suasananya di kampung Samin, apalagi saat siang di bulan Ramadhan. Tenang, aman dan nyaman," ujar Bambang Sutrisno, salah seorang warga setempat.

Kendati terlihat sepi, namun penduduk tetap bekerja karena mayoritas beraktivitas di luar dusun, seperti karyawan hingga petani.

Anak-anaknya pun, kata dia, tetap menuntut ilmu meski harus keluar dusun dan menempuh perjalanan yang tidak cukup mudah.

"Di sini adanya SD. Sekolah tingkat menegah ada, tapi di luar dusun Jepang," ungkap pria berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Kecamatan Margomulyo tersebut.

Jumlah penduduk di Dusun Jepang berjumlah sekitar 250 kepala keluarga, yang 100 di antaranya adalah warga asli Samin, sedangkan sisanya merupakan pendatang.

"Tapi meski ada yang asli dan pendatang, suasana kerukunannya nomor satu. Tidak ada yang namanya konflik, karena di sini menjunjung tinggi sifat kekeluargaan," ucapnya.

Ia menceritakan, yang menjadi salah satu ciri khas warga Samin adalah kekompakan di atas segalanya. Seperti saat ada kerja bakti atau pembangunan di kampung, dipastikan seluruh warganya bahu-membahu dan bergotong royong menyelesaikannya.

Sebab jika ada salah seorang warga yang cuek dan tidak mau berbaur atau bahkan enggan gotong royong maka akan terkucilkan.

"Kalau orang itu punya keperluan dan butuh orang dusun maka tidak akan ada yang peduli. Hikmahnya, warga Samin harus saling bersama dan menjunjung tinggi semangat kekeluargaan," katanya.

Jiwa kekeluargaan warga setempat juga dibenarkan Trah Samin Trah terakhir Samin Surosentiko di Kabupaten Bojonegoro, Hardjo Kardi.

Menurut dia, sejak zaman kolonial Belanda, semangat keakraban dan kekeluargaan warga Samin merupakan yang tertinggi dan bukan menjadi ciri khas Samin jika ada yang tak melakukannya.

"Warga Samin itu di mana saja tempatnya selalu kompak dan berkeluarga, tidak mengenal kekerasan dan konflik apapun namanya," katanya ketika ditemui di kediamannya di Dusun Jepang beberapa waktu lalu.

Mengenakan ikat kepala khas Samin, ia sangat bersemangat menyambut tamu. Di mulai dari caranya mempersilakan duduk, mengawali percakapan, hingga cara menjelaskan adat-istiadat Samin seolah tidak terlihat usianya tahun ini memasuki ke-82 tahun.

"Warga Samin itu 'dom sumuruping banyu' (jarum yang masuk air)," katanya sembari memberi pertanyaan apakah istilah yang dimaksud.

Sesepuh Samin itu kemudian menjelaskan rinci kepribadian Samin yang intinya tak mengenal watak keras, ekstrem, suka marah dan saling mencela.

"Tidak ada sifat-sifat seperti itu di Samin. Kalau ada, ya bukan orang Samin," tukasnya.

"Diibaratkan seperti jarum yang dimasukkan ke air, maka tak beriak sama sekali ketika dijatuhkan ke air," ucapnya, menambahkan.

Antidemo
Mbah Hardjo, begitu ia akrab disapa, mengaku mendengar informasi dari sejumlah pemberitaan media massa terkait adanya unjuk rasa yang mengatasnamakan warga Samin dengan tuntutan menolak berdirinya pabrik semen di kawasan Pati-Rembang, Jawa Tengah.

Informasi itu membuat keturunan keempat dari Ki Samin Surosentiko tersebut terusik dan menyayangkan sikap pendemo yang membawa "bendera" Samin.

"Kalau orang Samin asli itu antidemo karena semua persoalan diselesaikan secara musyawarah. Bukan dengan unjuk rasa, sebab Samin tak mengenal itu," tuturnya dengan nada lirih.

Sekadar diketahui, di Rembang saat ini tengah dilakukan pembangunan semen oleh PT Semen Indonesia yang menuai pro dan kontra.

Kakek yang juga ahli membuat alat musik tradisional itu menjelaskan, ajaran Ki Samin Surosentiko tentang kebenaran, kejujuran, kerukunan serta zaman dulu sangat membenci penjajah, baik Belanda maupun Jepang.

Sejak awal, Ki Samin Surosentiko bercita-cita untuk memperoleh bangsa yang dipimpin oleh bangsanya sendiri sehingga sesuai dengan perkembangan zaman serta keberhasilan pembangunan masyarakat di Bojonegoro, keturunannya kini telah berkembang seperti masyarakat desa lainnya, bahkan mempunyai kelebihan dalam hal kejujuran, kebenaran, kerukunan dan ketaatan kepada aparatur pemerintah.

"Sekali lagi, tidak ada warga Samin yang memilih jalur demo daripada musyawarah," kata sesepuh yang menjadi panutan kaum Samin tersebut.

Pabrik Semen
Pembangunan pabrik Semen Indonesia di wilayah Rembang memasuki tahap akhir atau proyeknya sudah mencapai sekitar 94 persen.

"Artinya, hanya tinggal beberapa bulan lagi pembangunannya selesai, kemudian mulai beroperasi untuk menambah kapasitas produksi semen dalam negeri," kata Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Agung Wiharto.

Proyek pabrik semen Rembang saat ini sudah memasuki tahap akhir dengan beberapa pengerjaan yang memasuki proses penyelesaian, seperti "preheater", "killen" dan penyelesaian "belt conveyor" dari area tambang batu kapur menuju lokasi pabrik.

Pihaknya menargetkan pembangunan pabrik selesai Oktober 2016, pada November 2016 dimulai uji coba, kemudian beroperasi secara komersial pada Januari 2017.(*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016