Ponorogo (Antara Jatim) - Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia di Jawa Timur mengimbau seluruh jajaran pengurus Perwosi di daerah agar aktif menyosialisasikan pencegahan tindak kekerasan terhadap anak melalui pola edukasi keluarga serta komunikasi antara orang tua dengan anak.
    
"Semua pihak harus ikut andil dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap anak, termasuk jajaran Perwosi Jatim, karena ini menjadi instrusi (Perwosi) pusat," kata Ketua Perwosi Jawa Timur Fatma Saifulah Yusuf saat berkunjung di Ponorogo, Kamis.
    
Fatma yang juga istri Wakil Gubernur Jatim Saifulah Yusuf mengatakan, perwosi di daerah harus mengambil peran dalam kegiatan sosial  kemasyarakatan tersebut.  
    
Sebab, kata dia, intensitas maupun kualitas kekerasan terhadap anak dari tahun ke tahun terus meningkat.
    
Tidak hanya kekerasan fisik, namun juga yang berkaitan dengan kekerasan seksual terhadap anak, kata Fatma.
    
"Intinya yang terpenting harus dibangun pola komunikasi dan edukasi yang aktif dari orang tua kepada anak. Apapun itu, termasuk tentang pendidikan seks namun dalam batasan-batasan tertentu dan mudah dipahami oleh anak," ujarnya.
    
Menurut Fatma Saifulah, saat ini komunikasi antara anak dan orang tua cenderung minim.
    
Beberapa faktor yang mempengaruhi, kata Fatma, antara lain karena orang tua terlalu sibuk bekerja sementara anak-anak dibebaskan bermain gadget, internet, dan sosial media tanpa pengawasan yang baik.
    
"Anak harus diajak ngomong. Para orang tua sebisa mungkin menjadi teman 'curhat' (berbincang/ngobrol) tentang banyak hal. Jangan hanya semata-mata bertanya tentang pelajaran di sekolah, makan atau rutinitas sederhana lain," ujarnya.
    
Senada, Ketua Perwosi Kabupaten Ponorogo Sri Wahyuni mengatakan di daerahnya saat ini anak-anak sangat rentan mengalami berbagai tindak kekerasan, baik fisik maupun pelecehan seksual.
    
Menurut Sri Wahyuni, banyaknya orang tua yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) menyebabkan anak-anak mereka tidak mendapat bimbingan serta pengawasan yang baik sesuai kebutuhan perkembangan mental anak.
    
"Anak-anak TKI juga sangat rentan terpengaruh budaya pergaulan bebas," katanya.
    
Sri wahyuni mengatakan, di Ponorogo sebagian besar kasus kekerasan justru dilakukan oleh orang terdekat.
    
Oleh karenanya, Sri Wahyuni berharap agar anak TKI mendapat pengawasan berlapis dari keluarga terdekatnya saat orang tua kandung tidak ada di rumah atau masih bekerja di luar negeri.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016