Madiun (Antara Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun, memaksimalkan para kader Posyandu yang
berjumlah 1.350 orang untuk menekan angka kematian ibu (AKI) dan bayi,
sekaligus bertugas meningkatkan kesehatan masyarakat di wilayah
setempat.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Madiun, Jawa Timur Lies Bambang
Irianto, Jumat, mengatakan ribuan kader tersebut merupakan para ibu
warga Kota Madiun yang secara sukarela bersedia terjun ke masyarakat
untuk melakukan pelayanan kesehatan.
"Mereka bertugas di 270 Posyandu yang ada di seluruh wilayah Kota
Madiun. Saya sangat bangga dengan para kader posyandu tersebut, yang
telah berperan aktif, hingga angka kematian ibu dan bayi di Kota Madiun
menyentuh "zero" atau nol per 100 ribu kelahiran selama tahun 2015,"
ujar Lies kepada wartawan di Madiun.
Menurut dia, kader Posyandu merupakan relawan pilihan. Sebab,
mereka rela meluangkan waktu dan tenaga untuk mengelola posyandu. Mereka
telah bekerja tanpa pamrih karena tidak mengharapkan imbalan atau
honor.
"Padahal, kader Posyandu ikut andil dalam mewujudkan generasi yang
sehat. Pemerintah kota tidak menutup mata. Para kader Posyandu ini tetap
kami uang transport," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun dr Agung Sulistya
Wardhani mengatakan keberadaan posyandu di setiap kelurahan tidak hanya
menekan angka kematian bayi dan balita. Namun, juga mempercepat
penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
Dalam tugasnya, kader mendeteksi dini tumbuh kembang anak atau
balita lewat penimbangan berat berbanding tinggi badan, serta pengukuran
lingkar kepala dan lingkar lengan. Data yang didapat lalu disalin di
kartu menuju sehat (KMS) dan buku register.
"Tenaga kesehatan di puskesmas juga wajib melakukan deteksi dini
peyimpangan pertumbuhan untuk mengetahui status gizi balita. Dengan
demikian, gangguan keterlambatan tumbuh kembang akan segera diketahui,
termasuk gangguan penglihatan dan daya dengar," kata Wardani.
Kader posyandu juga berkewajiban berkunjung ke rumah peserta yang
absen karena sakit. Kunjungan juga wajib dilakukan ke rumah balita yang
berat badannya statis selama dua bulan berturut-turut.
Selain itu, juga mengunjungi ibu yang ikut program KB. Kunjungan
juga dilakukan ke anggota Posyandu yang masuk kategori risiko tinggi
terkena penyakit menular.
Ia menambahkan, selain kader posyandu, Kota Madiun juga memiliki
banyak kader di bidang lain. di antaranya, kader perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), kader kesehatan lingkungan, kader HIV, kader
jumantik, kader penyakit tidak menular, kader kampung sadar gizi, kader
lansia, kader kusta, dan kader tuberkulosis (TB).
"Dengan banyaknya kader yang ada, diharapkan masyarakat Kota Madiun
semakin sadar untuk hidup bersih dan sehat. Adapun, tujuan akhirnya
adalah menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera," kata Wardhani.
(*)
berjumlah 1.350 orang untuk menekan angka kematian ibu (AKI) dan bayi,
sekaligus bertugas meningkatkan kesehatan masyarakat di wilayah
setempat.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Madiun, Jawa Timur Lies Bambang
Irianto, Jumat, mengatakan ribuan kader tersebut merupakan para ibu
warga Kota Madiun yang secara sukarela bersedia terjun ke masyarakat
untuk melakukan pelayanan kesehatan.
"Mereka bertugas di 270 Posyandu yang ada di seluruh wilayah Kota
Madiun. Saya sangat bangga dengan para kader posyandu tersebut, yang
telah berperan aktif, hingga angka kematian ibu dan bayi di Kota Madiun
menyentuh "zero" atau nol per 100 ribu kelahiran selama tahun 2015,"
ujar Lies kepada wartawan di Madiun.
Menurut dia, kader Posyandu merupakan relawan pilihan. Sebab,
mereka rela meluangkan waktu dan tenaga untuk mengelola posyandu. Mereka
telah bekerja tanpa pamrih karena tidak mengharapkan imbalan atau
honor.
"Padahal, kader Posyandu ikut andil dalam mewujudkan generasi yang
sehat. Pemerintah kota tidak menutup mata. Para kader Posyandu ini tetap
kami uang transport," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun dr Agung Sulistya
Wardhani mengatakan keberadaan posyandu di setiap kelurahan tidak hanya
menekan angka kematian bayi dan balita. Namun, juga mempercepat
penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
Dalam tugasnya, kader mendeteksi dini tumbuh kembang anak atau
balita lewat penimbangan berat berbanding tinggi badan, serta pengukuran
lingkar kepala dan lingkar lengan. Data yang didapat lalu disalin di
kartu menuju sehat (KMS) dan buku register.
"Tenaga kesehatan di puskesmas juga wajib melakukan deteksi dini
peyimpangan pertumbuhan untuk mengetahui status gizi balita. Dengan
demikian, gangguan keterlambatan tumbuh kembang akan segera diketahui,
termasuk gangguan penglihatan dan daya dengar," kata Wardani.
Kader posyandu juga berkewajiban berkunjung ke rumah peserta yang
absen karena sakit. Kunjungan juga wajib dilakukan ke rumah balita yang
berat badannya statis selama dua bulan berturut-turut.
Selain itu, juga mengunjungi ibu yang ikut program KB. Kunjungan
juga dilakukan ke anggota Posyandu yang masuk kategori risiko tinggi
terkena penyakit menular.
Ia menambahkan, selain kader posyandu, Kota Madiun juga memiliki
banyak kader di bidang lain. di antaranya, kader perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), kader kesehatan lingkungan, kader HIV, kader
jumantik, kader penyakit tidak menular, kader kampung sadar gizi, kader
lansia, kader kusta, dan kader tuberkulosis (TB).
"Dengan banyaknya kader yang ada, diharapkan masyarakat Kota Madiun
semakin sadar untuk hidup bersih dan sehat. Adapun, tujuan akhirnya
adalah menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera," kata Wardhani.
(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016