Bojonegoro, (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, berkoordinasi dengan Balai
Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, terkait perbaikan kerusakan
turap dan tapak Bendung Gerak Bengawan Solo di Desa Padang, Kecamatan
Trucuk.
"Kami sudah koordinasi dengan Balai Besar Bengawan Solo di Jawa Tengah, soal perbaikan `plengsengan` (turap, red) dan tapak Bedung Gerak yang ambrol," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pemkab Bojonegoro Andi Tjandra, di Bojonegoro, Selasa.
Menurut dia, kewenangan memperbaiki kerusakan turap Bendung Gerak Bengawan Solo di daerahnya itu, menjadi tanggung jawab Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah.
"Pengelolaan Bendung Gerak Bengawan Solo, selama ini di bawah Balai Besar Bengawan Solo di Solo," ucapnya, menambahkan.
Dari keterangan yang diperoleh menyebutkan, plengsengan dan tapak Bendung Gerak, di bagian kanan, maupun kiri, ambrol dengan panjang puluhan meter, bersamaan dengan surutnya air, dua pekan lalu.
Di bagian kanan Bendung Gerak, plengsengan bagian kanan, yang ambrol panjangnya puluhan meter, tapi di bagian kirinya, selain plengsengan ambrol juga tapak Bendung Gerak juga ambrol, dengan diameter sekitar 30 meter.
Jarak turap dan tapak Bendung Gerak yang ambrol di kedua sisi, sekitar 200 meter lebih dari pintu pengaturan air dan jembatan Bendung Gerak, yang menghubungkan Kecamatan Trucuk dan Kalitidu.
Menurut Juru Pintu Bendung Gerak PJT V di Bojonegoro Gigih EP, pengelolaan Bendung Gerak belum sepenuhnya diserahkan PJT V di Bojonegoro.
"Balai Besar Bengawan Solo, belum menyerahkan sepenuhnya, pengelolaan Bendung Gerak, karena masih ada beberapa bangunan yang harus diperbaiki," jelas dia.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro AndiK sudjarwo, memperkirakan ambrolnya pelengsengan dan tapak Bendung Gerak, akibat adanya penambangan pasir mekanik di daerah hilirnya.
Data teknis Bendung Gerak Bengawan Solo di daerah setempat, memiliki panjang 1.841,752 meter, dengan kemampuan menampung air sekitar 13 juta meter kubik dari daerah tangkapan air seluas 12,467 km2.
Bendung gerak yang diresmikan pada 12 Juni 2012, mampu mencukupi kebutuhan air irigasi di Bojonegoro seluas 4.531 hektare, atau sama dengan 4,946 meter kubik per detik dan di Blora, Jateng, seluas 665 hektare atau 0.881 meter kubik per detik.
Direncanakan tampungan air di Bendung Gerak, akan dimanfaatkan untuk penyediaan air domestik dan industri di Bojonegoro sebesar 0,161 meter kubik per detik, Blora sebesar 0,118 meter kubik per detik.
Sekarang ini, air Bendung Gerak, juga dimanfaatkan untuk kebutuhan industri migas Blok Cepu sebesar 0,8 meter kubik per detik, dengan ketentuan pemanfaatannya pada musim hujan. (*)
"Kami sudah koordinasi dengan Balai Besar Bengawan Solo di Jawa Tengah, soal perbaikan `plengsengan` (turap, red) dan tapak Bedung Gerak yang ambrol," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pemkab Bojonegoro Andi Tjandra, di Bojonegoro, Selasa.
Menurut dia, kewenangan memperbaiki kerusakan turap Bendung Gerak Bengawan Solo di daerahnya itu, menjadi tanggung jawab Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah.
"Pengelolaan Bendung Gerak Bengawan Solo, selama ini di bawah Balai Besar Bengawan Solo di Solo," ucapnya, menambahkan.
Dari keterangan yang diperoleh menyebutkan, plengsengan dan tapak Bendung Gerak, di bagian kanan, maupun kiri, ambrol dengan panjang puluhan meter, bersamaan dengan surutnya air, dua pekan lalu.
Di bagian kanan Bendung Gerak, plengsengan bagian kanan, yang ambrol panjangnya puluhan meter, tapi di bagian kirinya, selain plengsengan ambrol juga tapak Bendung Gerak juga ambrol, dengan diameter sekitar 30 meter.
Jarak turap dan tapak Bendung Gerak yang ambrol di kedua sisi, sekitar 200 meter lebih dari pintu pengaturan air dan jembatan Bendung Gerak, yang menghubungkan Kecamatan Trucuk dan Kalitidu.
Menurut Juru Pintu Bendung Gerak PJT V di Bojonegoro Gigih EP, pengelolaan Bendung Gerak belum sepenuhnya diserahkan PJT V di Bojonegoro.
"Balai Besar Bengawan Solo, belum menyerahkan sepenuhnya, pengelolaan Bendung Gerak, karena masih ada beberapa bangunan yang harus diperbaiki," jelas dia.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro AndiK sudjarwo, memperkirakan ambrolnya pelengsengan dan tapak Bendung Gerak, akibat adanya penambangan pasir mekanik di daerah hilirnya.
Data teknis Bendung Gerak Bengawan Solo di daerah setempat, memiliki panjang 1.841,752 meter, dengan kemampuan menampung air sekitar 13 juta meter kubik dari daerah tangkapan air seluas 12,467 km2.
Bendung gerak yang diresmikan pada 12 Juni 2012, mampu mencukupi kebutuhan air irigasi di Bojonegoro seluas 4.531 hektare, atau sama dengan 4,946 meter kubik per detik dan di Blora, Jateng, seluas 665 hektare atau 0.881 meter kubik per detik.
Direncanakan tampungan air di Bendung Gerak, akan dimanfaatkan untuk penyediaan air domestik dan industri di Bojonegoro sebesar 0,161 meter kubik per detik, Blora sebesar 0,118 meter kubik per detik.
Sekarang ini, air Bendung Gerak, juga dimanfaatkan untuk kebutuhan industri migas Blok Cepu sebesar 0,8 meter kubik per detik, dengan ketentuan pemanfaatannya pada musim hujan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016