Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya mengampanyekan pemenuhan hak disabilitas kepada mahasiswa agar lebih memahami hak penyandang cacat.

"Dengan kampanye pemenuhan hak disabilitas, kami berharap dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk lebih berempati kepada para disabilitas," kata koordinator acara, Gunawan Tanuwidjaja ST MSc, di Surabaya, Sabtu.

Selain memberikan pemahaman kepada mahasiswa, ia mengatakan pihaknya juga memberikan keyakinan pada penyandang cacat untuk mengekspresikan kebutuhan mereka yang belum diperhatikan masyarakat maupun pemerintah secara umum.

"Kami juga membahas bagaimana sebaiknya desain rumah dan fasilitas bagi para disabilitas, orang tua dan ibu hamil, namun yang menjadi fokus kami mengenai fasilitas para disabilitas atau difabel," ujar dosen Arsitektur UK Petra tersebut.

Menurut dia, desain rumah dan fasilitas bagi difabel, seperti tangga rumah yang harus diperhatikan dengan menggunakan ram agar lebih nyaman dan aman, maupun penggunaan toilet untuk difabel yang lebih aman menggunakan toilet duduk.

"Penyandang cacat atau difabel seharusnya dapat dijamin oleh regulasi, sehingga hak-hak mereka dapat terpenuhi, namun hingga saat ini masih belum terealisasi, baik kajian maupun dukungan dari banyak pihak," terangnya.

Tak berhenti disitu saja, para penyandang disabilitas juga menampilkan pentas seni, yaitu baca puisi, penampilan musik patrol (kenthongan) hingga permainan musik band dengan mengundang 54 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB).

Dalam kesempata itu, pemenang "Indonesian Award 2015", Tutus Setiawan MPd, membagikan konvensi hak-hak disabilitas serta berpesan agar jangan tinggalkan mereka karena difabel, karena difabel memiliki kemampuan dan kekuatan.

"Kami para disabilitas hanya membutuhkan tempat untuk berekspresi, termasuk di dalamnya bekerja dan tempat tinggal yang layak. Kami tidak butuh untuk dikasihani," ungkap Tutut yang juga guru SMP YPAB itu.   
     
Ia menuturkan program pembangunan pemerintah masih belum melibatkan disabilitas. Sarana kesehatan, pendidikan, dan ruang publik belum ramah terhadap penyandang disabilitas.

"Para penyandang disabilitas juga kerap kali berhadapan dengan masyarakat dan petugas pelayanan yang kerap terasa belum siap menerima kehadiran kami, seperti tidak hanya fasilitas transportasi umum yang ramah," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016