Bojonegoro (Antara Jatim) - Produksi puncak minyak lapangan Banyuurip Blok Cepu di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, rata-rata 165 ribu barel hari akan bertahan selama tiga tahun kalau tidak ditemukan cadangan potensi minyak baru.
     
"Public Affairs and Social Development" ExxonMobil Indonesia (EMOI) Erwin Maryoto di Bojonegoro, Selasa mengatakan produksi puncak minyak Blok Cepu hanya bertahan maksimal tahun itu berdasarkan dari perhitungan yang pernah dilakukan.
     
Begitu pula, lanjut dia, perhitungan juga terkait besarnya produksi minyak yang dihasilkan dari lapangan Banyuurip, setelah produksi puncak selesai.
     
Namun, ia enggan menyebutkan besarnya produksi minyak Blok Cepu, setelah produksi puncak berakhir, dengan alasan ada beberapa kemungkinan.
     
"Saya tidak bisa menyebutkan," katanya, ketika ditanya kemungkinan produksinya akan turun menjadi sekitar 90 ribu barel per hari.     
     
Terkait pengembangan lapangan minyak Kedungkeris di Desa Ngunut, Kecamatan Dander, menurut dia, sekarang ini masih dalam tahap proses penyusunan "plant of development" (POD). 
     
Sesuai perkiraan,lapangan minyak Kedungkeris, potensinya sekitar 200 juta barel, masih kalah dibandingkan lapangan Banyuurip Blok Cepu, di Kecamatan Gayam, yang mencapai 450 juta barel.
     
Di lapangan setempat, katanya, hanya akan dilakukan pengeboran satu sumur minyak, dengan perkiraan biaya mencapai 100 juta dolar Amerika serikat. 
     
"Dengan satu sumur minyak untuk produksinya hanya berkisar 5-10 ribu barel per hari, yang juga dijadikan satu dengan produksi minyak Blok Cepu lainnya," tuturnya.
     
Lebih lanjut ia menjelaskan produksi minyak lapangan Banyuurip Blok Cepu, rata-rata 165 ribu barel per hari,yang baru berjalan beberapa waktu lalu, dialirkan melalui pipa distribusi menuju Kapal Gagak Rimang, di laut Tuban.
     
Di kapal Gagak Rimang, yang kapasitasnya mencapai 2,2 juta barel itu, produksi minyak Blok Cepu, secara tetap diambil dengan kapal tangker minyak.
     
"Secara tetap produksi minyak di Kapal Gagak Rimang diambil dengan kapal tangker minyak, baik bagian minyak yang menjadi jatah Pertamina, juga jatah ExxonMobil Cepu Limited (EMCL)," ucapnya, menambahkan.
     
Di Bojonegoro, Erwin Maryoto, juga melakukan dengar pendapat dengan Komisi B DPRD terkait pendistribusian produksi puncak minyak Blok Cepu.
     
"DPRD ingin menanyakan pendistribuan produksi minyak Blok Cepu, sebab BUMD pemkab akan membangun kilang minyak, sehingga membutuhkan pasokan minyak Blok Cepu," jelas Wakil Ketua Komisi B DPRD Ali Machmudi, sebelum dengar pendapat. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016